2 bab ii

53
ASUHAN KEEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN DIRUANG PICU RSJ. HB.SA’ANIN PADANG SRI WAHYUNI 11111686

Upload: yan-eshad

Post on 11-Aug-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2 bab ii

ASUHAN KEEPERAWATAN PADA PASIENDENGAN PRILAKU KEKERASAN DIRUANG PICU

RSJ. HB.SA’ANIN PADANG

SRI WAHYUNI11111686

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSTIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2014

Page 2: 2 bab ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 1

DAFTAR ISI.............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................3

B. Tujuan Penulisan.......................................................................................4

C. Ruang Lingkup..........................................................................................4

D. Metode Penulisan  ....................................................................................4

E. Sistematika Penulisan................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi ........................................................................................................6

B.  Etiologi........................................................................................................6

C.  Faktor Predisposisi .....................................................................................7

D. Rentang Respon Marah ...............................................................................8

E.  Faktor Presipitasi    .................................................................................... 8

F.   Manifestasi Klinis.......................................................................................8

G. Asuhan Keperawatan.................................................................................... 9

H. Pedoman Manajemen Krisis saat terjadi Prikalu Kekerasan........................18

Bab III TINJAUAN KASUS...................................................................................22

Bab IV PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 43

B. Saran  ..............................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA 

Page 3: 2 bab ii

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit

jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan

“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan

seperti memukul anggota keluarga/ orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-

marah merupakan alasan utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.

Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama

perawatan klien seyogyanya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara

merawat klien (manajemen perilaku kekerasan).

Asuhan keperawatan yang diberikan di rumah sakit jiwa terhadap perilaku

kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan perawatan intensif di rumah sakit umum.

Asuhan keperawatan perilaku kekerasan (MPK) yaitu asuhan keperawatan yang

bertujuan melatih klien mengontrol perilaku kekerasannya dan pendidikan kesehatan

tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuhan keperawatan ini dapat

dituangkanmenjadi pendekatan proses keperawatan.

Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)

menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah

mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami

gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita

skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira

Page 4: 2 bab ii

2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam

Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk

Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data

Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5

juta orang (WHO, 2006).

B.   Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum      :          

Agar setiap mahasiswa dapat memahami, menjelaskan Asuhan

Keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan.

2. Tujuan Khusus     :

a. Diharapkan mahasiswa/I dapat mengerti dan menambah pengetahuan

tentang keperawatan jiwa pada klien dengan prilaku kekerasan dari

pengertian, etiologi, hingga dapat membuat Asuhan Keperawatan yang

sesuai.

b. Sebagai pemenuhan tugas KEPERAWATAN JIWA

C.   Ruang Lingkup Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada “Asuhan

Keperawatan pada Klien dengan Prilaku Kekerasan”.

D.   Metode Penulisan

Metode ini menggunakan metode deskripsi dimana penulis mendapatkan

data dan informasi melalui studi kepustakaaan dan metode observasi melalui

sumber internet.

Page 5: 2 bab ii

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikosologis (Budianna Kelliat, 2004). Prilaku

kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1995). Prilaku kekerasan adalah

suatu keadaan dimana individu mengalami prilaku yang dapat melukai secara

fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain (Towsend, 1998). Suatu

keadaan dimana klien mengalami prilaku yang dapat membahayakan klien

sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Maramis, 1998).

Prilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua menjadi prilaku kekerasan secara

verbal dan fisik (Ketner et al, 1995).

Jadi, sesuai dengan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prilaku

kekerasan adalah suatu bentuk prilaku yang dapat melukai seseorang baik

secara fisik maupun psikologis dan dapat membahayakan diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan yang dapat dilakukan secara verbal maupun secara fisik.

Page 6: 2 bab ii

2. Rentang Respon kekerasan (keliat, 2006)

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Prioritas Pasif Agresif Prilaku Kekerasan

Keterangan :

1. Asertif

Individu dapat mengungkapkan prilaku kekerasanan marah tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan

2. Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat

menemukan alternatif

3. Pasif

Individu tidak dapat mengungkaprilaku kekerasanan perasaannya

4. Agresif

Perilaku yang tidak menyertai marah, terdapat dorongan untuk menunut

tapi masih terkontrol.

5. Prilaku kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol

Page 7: 2 bab ii

3. Faktor Penyebab

1. Psikologis

Kegagalan dapat menimbulkan frustasi yang kemudian menimbulkan

agresif atau amuk atau masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu

perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau menyaksikan penganiayaan.

2. Prilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan. Sering

mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah sehingga

menstimulasi individu untuk menghadapi perilaku kekerasan

3. Sosial budaya

Kontrol masyarakat yang rendah dan cenderung menerima prilaku

kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah dalam masyarakat

merupakan faktor predisposisi terjadinya prilaku kekerasan.

4. Bioreurologis

Pengaruh system neurologis mempunyai implikasi dalam mempasilitasi

dan menghamba impuls agresif. System limbic sangat terlibat dalam

menstimulasi timbunya prilaku bermusuhan dan respo agresif (Townsen,

1996)

5. Klien

a) Kelemahan fisik : penyakit fisik

b) Keputusasaan

c) Ketidakberdayaan

Page 8: 2 bab ii

d) Percaya diri yang kurang

6. Lingkungan

a) Situasi lingkungan yang rebut dan padat

b) Kritikan yang mengarah pada penghinaan

c) Kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan

7. Interaksi dengan orang lain

Interaksi sosial yang provokatif dan konfik (Sundeen, 1996)

4. Proses Terjadinya

Banyak hal yang dapat menimbulkan stress, marah, cemas, dan HDR

pada individu. Agresif dapat menimbulkan kecemasan sehingga dapat

menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan. Kecemasan dapat

diungkapkan melalui 3 cara:

a. Mengungkapkan marah secara verbal

b. Menekan/ mengingkari rasa marah

c. Menentang perasaan marah

Dengan cara tersebut akan menimbulkan perasaan bermusuhan. Bila

cara ini berlangsung terus menerus maka dapat terjadi penyerangan dengan

kekerasan disertai tindakan melempar yang menimbulkan perasaan marah

tersebut. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun

internal berupa perilaku dekruktif maupun agresif . Sedangkan secara internal

dapat berupa perilaku yang merusak diri.

Page 9: 2 bab ii

Mengekspresikan marah dapat dengan perilaku destruktif dengan

menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan direspon tanpa menyakiti

orang lain, serta memberikan perasaan lega.

5. Mekanisme koping

Keberhasilan individu dalam berespon terhadap kemarahan dapat

menimbulkan respon asertif. Respon menyelesaikan dana menyesuaikan

merupakan respon adatif kemarahan atau rasa tidak setuju akan dinyatakan

atau diungkapkan prilaku kekerasan tanpa menyakiti orang lain, akan

memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan

melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan

menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif kekerasan.

6. Penatalaksanaan

a. Medis

1) Psikofarmakologi

Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari

penemuan neurobilogi. Obat-obatan tersebut mempengaruhi system

saraf pusat (SSP) secara langsung dan selanjutnya mempengaruhi

prilaku, persepsi, pemikiran dan emosi. Menurut Stuart dan Laraia

(2005), beberapa kategori obat yang digunakan untuk mengatasi prilaku

kekerasan adalah sebagai berikut :

Page 10: 2 bab ii

a) Antianxiety dan Sedative Hipnotics

Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut,

Benzodiazepines seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering

digunakan dalam kedaruratan psikiatrik untuk menenagkan

perlawanan klien. Tapi bat ini direkomendasikan untuk dalam waktu

lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan,

juga bisa memperburuk gejala depresi. Lorazepam adalah pilihan yang

baik digunakan untuk mengobati pasien dengan agitasi dan prilaku

kekerasan secara khusus apabila etiologi belum jelas. Obat ini aman

dan efektif. Obat ini adalah satu-satunya obat Benzodiazepine yang

diserap dengan baik apabila diberikan melalui intramuscular.

Lorazepam juga dapat diberikan secara oral, sublingual, atau

intravascular. Pemberian obat ini harus hati-hati karena dapat

menimbulkan depresi pernafasan. Pemberian Lorazepam juga dapat

menimbulkan reaksi paradoksial.

b) Antidepressant

Antidepresant dapat mengurangi ketakutan, irribilitas, dan kecemasan.

Emosi ini memiliki spectrum yang sama dengan agitasi. Penemuan

sekarang menunjukkan bahwa obat ini dapat menurunkan mood yang

negative dan prilaku kekerasan seperti juga perubahan positif pada

kepribadian. Pasien dengan angguan kepribadian yang diberikan obat

anidepresan serotonin ini dapat berkurang irritabilitas dan prilaku

Page 11: 2 bab ii

kekerasannya. Pasien dengan agitasi posttraumatik memiliki respon

terhadap pemberian Amitriptilin.

c) Mood Stabilizers

Mood stabilizers digunakan untuk menangani pasien dengan

gangguan bipolar ddan sebagai terapi tambahan pada skizoferenia.

Obat-obat ini digunakan juga untuk mengatasi prilaku kekerasan

meskipun bukan protitipe untuk tujuan ini. Valproate (depakene)

banyak diguankan pada beberapa keadaan seperti demensia,

gangguan kepribadian ambang, sindrom mood organik, gangguan

bipolar, skizofrenia, gangguan skizoafektif, dan retardasi mental.

Divalproex (depakote) dan Carmabazepine digunakan secara

luasuntuk menangani impulsitas dan prilaku kekerasan. Sayangnya

carmabazepine mempunyai efek seperti pusing, ataksia,

kebingungan, agranulositsis dan hepatoksis seghingga

penggunaannya terbatas. Devalproex memilki sedikit efek samping

dan interaksi obat yang sidikit sehingga banyak digunakan sebagai

mood stabilizer pada pasien demensia. Berkurangnya prilaku

kekerasan pada episode maiak merupakan peran yang penting dari

Lithium Carbonate. Lithium juga digunakan untuk mengatasi prilaku

kekerasan pada pasien dengan retardasi mental. Lithium juga

digunakan untuk mengurangi prilaku kekerasan pada tahanan yang

Page 12: 2 bab ii

mengamuk. Meskipun efektif tetapi karena masalah torelabilitasnya

maka penggunaannya terbatas

d) Antipsychotic

Obat neuropletik menyebabkan efek sedasi ketika diberikan dengan

dosis yang tinggi. Haloperidol dapat diberikan secara intramuscular

untuk mengatasi agitasi agitasi dan prilaku kekerasan pada pasien

dengan variasi penyebab yang luas. Haloperidol tidak terlalu

menyebabkan hipotensi dan hanya memilki efek antiklonergik yang

kecil dibaningkan dengan neuroletik yang kecil dibandingkan

dengan neuroleptik yang ‘low ptoency’ seperti Chlorpomazine.

Tetapi kadang-kadang neuroleptik ‘low potency’ kadang-kadang

digunakan karena dokter menginginkan efek sedasinya. Dengan

mengobati psikosis yang menjadi penyabnya, neuroleptik dapat

memberikan efek yang panjang tehadap agitasi dan prilaku

kekerasannya. Mania akut dapat dengan cepat dan efektif datasi

dengan obat neuroleptik dosis tinggi dapat menyebabkan efek

samping seperti akatisia (tidak dapat duduk dengan tenang).

Generasi kedua atau obat antipsikotik atipikal. Obat ini sekarang

menjadi pilihan yang penting dalam penanganan prilaku kekerasan

pada pasien psikosis. Obat-obat ini mempunyai efek samping yang

lebih rendah dalam efek ekstrapiramidal, akatisia, dan terdive

diskinesia (repetitive, purposeless, involuntary movement), dan obat-

Page 13: 2 bab ii

obat ini memiliki efek antipsikotik yang digunakan termasuk

Ziprasidone, Clozapine, Risperidone, dan Olanzapine. Antipsikotik

tidak dianjuran diberikan pada pasien tanpa gangguan psikotik atau

bipolar. Dalam hal ini Lorazepame dan obat sedative non spesifik

lain dapat diberikan. Suatu studi oleh Doskoh tahun 2001

menunjukkan bahwa Clozapine dapat mengurangi prilaku kekerasan

dan pencederaan diri sendiri pada pasien dengan retardasi mental.

e) Medikasi lainnya

Banyak kasus menunjukkan bahwa pemberian Naltrexone

(anatagonis opiate), dapat menurunkan prilaku mencedarai diri.

Beta adrenergic blocker khususnya Propranolol digunakan untuk

mengatasi prilaku kekerasan pada banyak diagnosis termasuk

retardasi mental, autism, syndrome otak posttraumatic, demensia,

Huntington disease, Wilson disease, psikosis postensefalitis,

disfungsi sitem saraf pusat kronik yang ditandai ‘soft neurologic

sign’, EEG abnormal atau epilepsy. Propranolol juga digunakan

sebagai terapi tambahan untuk mengurangi gejala prilaku kekerasan

pada pasien skizofrenia. Masalah utama yang timbul pada

penggunaan propranolol untuk prilaku kekerasan adalah terjadinya

gangguan kardiovaskular yang sering. Beta Blocker yang lain

digunakan untuk terapi prilaku kekerasan adalah Pindolol,

Metoprolol, dan Nadolol.

Page 14: 2 bab ii

2) ECT (Elektro Convulsive Thrapy)

Elektro Convulsive Teraphy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan

dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan dua

elektroda yang ditempatkan dibagian temporal kepala pelipis kiri

dan kanan). Arus menimbulkan kejang grand mall yag berlangsung

25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listrik

diotak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam

otak.

http://www.koranplus.com/forum/therapimedical-info/13562.html

b. Keperawatan

a) Terapi lingkungan

Begitu pentingnya bagi perawat untuk mempertimbangkan lingkungan

bagi semua klien ketika mencoba mengurangi atau menghilangkan

agresif. Aktivitas atau kelompok yang direncanakan seperti permainan

kartu, menonton, dan mediskusikan sebuah film, atau diskusi informal

memberikan klien kesempatan untuk membicarakan peristiwa atau isu

ketika klien tenang. Aktivitas juga melibatkan klien dalam proses

terapeutik dan meminimalkan kebosanan. Penjadwalan interaksi satu-

satu dengan klien menunjukkan perhatian perawat yang tulus terhadap

klien dan kesiapan untuk mendengarkan masalah, pikiran serta

perasaan klien. Mengetahui apa yang diharapkan dapat meningkatkan

rasa aman klien (Videbeck, 2001).

Page 15: 2 bab ii

b) Terapi kelompok

Pada terapi kelompok, klien berpartisipasi dalam sesi bersama

kelompok individu. Para anggota kelompok bertujuan sama dan

diharapkan member kontribusi kepada kelompok untuk membantu

yang lain dan juga mendapatkan bantuan dari yang lain. Peraturan

kelompok ditetapkan dan harus dipatuhi oleh semua anggota

kelompok. Dengan menjadi anggota kelompok klien dapat,

mempelajari cara baru memandang masalah atatu cara koping atau

menyelesaikan masalah dan juga membantunya mempelajari

ketrampilan intrapersonal yang penting (Videbeck, 2001).

c) Terapi keluarga

Terapi keluarga adalah bentuk terapi kelompok yang mengikutsertakan

klien dan anggota keluarganya. Tujuannya ialah memahami

bagaimana dinamika keluarga mempengaruhi psikopatologi klien,

memobilisasi kekuatan dan sumber fungsional keluarga,

mresrukturisasi gaya prilaku keluarga yang maladaptive, dan

menguatkan prilaku penyelesaian masalah keluarga (Steinglass, 1995

dalam Videbeck, 2001)

d) Terapi individual

Psikoterapi individu adalah metode yang menimbulkan perubahan

individu dengan cara pengkajian perasaan, sikap, cara pikir, dan

prilakunya. Terapi ini memiliki hubungan personal antara ahli terapi

Page 16: 2 bab ii

dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri dan

prilaku mereka sendiri, membuat hubungan interpersonal, atau

berusaha lepas dari sakit hati atau ketidakbahagiaan (Videbeck, 2001).

Page 17: 2 bab ii

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamn, No MR, tanggal masuk, tangal pengkajian

2. Alasan masuk

Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,

memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri

sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami

gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara

teratur(Budiana Keliat,2004)

3. Faktor predisposisi

a. Gangguan jiwa dimasa lalu

Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan

pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan

jiwa(Sunden,1996)

b. Pengobatan sebelumnya

Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai alternatif

serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa ke rumah sakit jiwa

c. Trauma

Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,

seksual, penolakan, dari lingkungan

Page 18: 2 bab ii

d. Herediter

Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau ada

hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.

e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan

dari llingkungan

4. Fisik

Pengkajian fisik

a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan

bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat

b. Ukur tinggi badan dan berat badan

c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat

pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,

rahang mengatup, wajah memerah)

d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan ketus)

5. Psikososial

1. Genogram

Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan

klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah

diingat oleh klien maupun keluarga pada saat pengkajian.

Page 19: 2 bab ii

2. Konsep diri

a. Citra tubuh

Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang

mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain

sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.

b. Identitas

Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan

pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat kerja

dan dalam lingkungan tempat ia tinggal

c. Harga diri

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan hubungan dengan orang lain

akan terlihat baik, harmonis atau terdapat penolakan atau klien merasa

tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga maupun diluar

lingkungan keluarga.

d. Peran diri

Biasanya klien memiliki masalah dengan peran atau tugas yang

diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya

klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa

tidak berguna.

Page 20: 2 bab ii

e. Ideal diri

Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan

perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.

f. Harga diri

Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan

penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang selalu mengarah pada

penghinaan dan penolakan.

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti

Tempat mengadu, berbicara

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok

Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan

aktif dalam kelompok tersebut

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan klien

dalam hubungan masyarakat

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan jiwa.

b. Kegiatan ibadah

Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.

5. Status mental

a. Penampilan

Biasanya penampilan klien kotor.

Page 21: 2 bab ii

b. Pembicaraan

Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian

bicara cepat, keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.

c. Aktivitas motorik

Biasanya aktivitas motorik klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat

tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-ubah, gemetar, tangan

mengepal, dan rahang dengan kuat.

d. Alam perasaan

Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan

e. Efek

Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa sebab

f. Interaksi selama wawancara

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan akan terlihat bermusuhan,

curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan mudah

tersinggung.

g. Persepsi

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab

pertanyaan dengan jelas

h. Isi fikir

Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja

i. Tingkat kesadaran

Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,

Page 22: 2 bab ii

j. Memori

Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang terjadi

dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.

k. Kemampuan penilaian

Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang dan

tidak mampu mengambil keputusan

l. Daya fikir diri

Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya

6. Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

Biasanya klien tidak mengalami perubahan

b. BAB/BAK

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan

c. Mandi

Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut

dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan klien

hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.

d. Berpakaian/berhias

Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan. Klien

tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dank lien tidak

mengenakan alas kaki

Page 23: 2 bab ii

e. Istirahat dan tidur

Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:

menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan

tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur

klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.

f. Penggunaan obat

Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dank klien tidak

mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.

g. Pemeliharaan kesehatan

Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli

tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.

h. Aktifitas didalam rumah

Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan

makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya

sehari-hari.

7. Mekanisme koping

Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan tingkah

laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak terpenuhi,

memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah tangga.

8. Masalah psikologis dan lingkungan

Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan

lingkungan

Page 24: 2 bab ii

9. Pengetahuan

Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang

penyakitnya, dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi dari

obat yang diminumnya.

2. Aspek Medik

Diagnosis medik : Skizoporanoid

Terapi medis : - Clor promanazine

- Haloperidol

- Klien pernah terapi ECT

3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul

1. Prilaku kekerasan

2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3. Harga diri rendah

Page 25: 2 bab ii

NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI

TUJUAN KRITERIA EVALUASI

1. Perilaku

kekerasan

TUM:

- Pasien dapat

melanjutkan

hubungan peran

sesuai tanggung

jawab.

TUK:

1.    PPasien dapat

Membina

Hubungan saling

percaya

Setelah dilakukan ...x20

menit interaksi diharapkan

klien menunjukkan tanda-

tanda

a.    Pasien mau membalas

salam.

b.   Pasien mau jabatan

c.    Pasien menyebutkan Nama

d.   Pasien tersenyum

e.    Pasien ada kontak Mata

f.    Pasien tahu nama Perawat

Pasien menyediakan waktu

untuk kontrak

Beri salam / panggil

nama pasien.

Sebut nama perawat

sambil Salaman

Jelaskan maksud

hubungan Interaksi

Beri rasa nyaman dan

sikap Empatis

Lakukan kontrak singkat

tapi sering

TUK:

2.    PPasien dapat

mengidentifikasi

penyebab marah /

amuk

a.    Pasien dapat

Mengungkapkan

perasaannya.

b.   Pasien dapat menyebutkan

perasaan marah / jengkel

Beri kesempatan untuk

Mengungkapkan

perasaannya.

Bantu pasien untuk

mengungkapkan marah

atau jengkel.

TUK:

3.    PPasien dapat

mengidentifikasi

tanda marah

a.       Pasien dapat

mengungkapkan perasaan

saat marah /jengkel.

b.      Pasien dapat

menyimpulkan tanda-tanda

jengkel / kesal

Anjurkan pasien

mengungkapkan

perasaan saat marah

/jengkel.

Observasi tanda perilaku

kekerasan pada pasien

Page 26: 2 bab ii

TUK:

4.   PPasien dapat

mengungkapkan

perilaku marah

yang sering

dilakukan

a.       Pasien mengungkapkan

marah yang biasa dilakukan

b.      Pasien dapat bermain peran

dengan perilaku marah yang

dilakukan

c.       Pasien dapat mengetahui

cara marah yang dilakukan

menyelesaikan masalah atau

tidak

Anjurkan pasien

mengungkapkan marah

yang biasa dilakukan

Bantu pasien bermain

peran sesuai perilaku

kekerasan yang biasa

dilakukan.

Bicarakan dengan pasien

apa dengan cara itu bisa

menyelesaikan masalah

TUK:

5. PPasien dapat

mengidentifikasi

akibat perilaku

Kekerasan

a.    Pasien dapat menjelaskan

akibat dari cara yang

digunakan

Bicarakan akibat /

kerugian cara yang

dilakukan

Bersama pasien

menyimpulkan cara yang

digunkana pasien.

Tanyakan pasien apakah

mau tahu cara marah

yang sehat

TUK:

6.   PPasien

mengidentifikasi

cara construksi

dalam berespon

terhadap perilaku

kekerasan

a.       Pasien dapat

melakukan berespon

terhadap kemarahan secara

konstruktif.

Tanyakan pada pasien

apakah pasien mau tahu

cara baru yang sehat

Beri pujian jika pasien

engetahui cara lain yang

ehat

Diskusikan cara marah

yang sehat dengan

pasien.

Page 27: 2 bab ii

a) Pukul bantal untuk

melampiaskan marah

b) Tarik nafas dalam

c) Mengatakan pada

teman saat ingin

marah

Anjurkan pasien sholat

atau berdoa

TUK:

7.    PPasien dapat

mendemonstrasika

n cara mengontrol

marah

a.       Pasien dapat

mendemonstrasikan

cara mengontrol

perilaku kekerasan

a)  Tarik nafas dalam

b) Mengatakan

secara langsung

tanpa menyakiti

c) Dengan

sholat/berdoa

Pasien dapat memilih

cara yang paling tepat.

Pasien dapat

mengidentifikasi manfaat

yang terpilih

Bantu pasien

menstimulasi cara

tersebut.

Beri reinforcement

positif atas keberhasilan.

Anjurkan pasien

menggunakan cara yang

telah dipelajari.

2. RPK

(Resiko

Perilaku

Kekerasan)

TUK:

8.    PPasien dapat

dukungan keluarga

mengontrol marah

a.      Keluarga pasien dapat :

        Menyebutkan cara

merawat pasien dengan

perilaku kekerasan.

        Mengungkapkan rasa puas

dalam merawat pasien

Identifikasi kemampuan

keluarga merawat pasien

dari sikap apa yang telah

dilakukan

Jelaskan peran serta

keluarga dalam merawat

pasien.

Page 28: 2 bab ii

Jelaskan cara-cara

merawat pasien.

Bantu keluarga

mendemonstrasikan cara

merawat pasien.

Bantu keluarga

mengungkapkan

perasaannya setelah

melakukan demonstrasi.

TUK:

9.    PPasien dapat

menggunakan obat

dengan benar

a.    Pasien dapat menggunakan

obat-obat yang diminum

dengan kegunaannya.

b.   Pasien dapat minum obat

sesuai program pengobatan

Jelaskan jenis-jenis obat

yang diminum pasien dan

oeluarga.

Diskusikan manfaat

minum obat.

Jelaskan prinsip 5 benar

minum obat

Anjurkan pasien minum

obat tepat waktu

TUK:

10.   PPasien dapat

dukungan dari

lingkungan untuk

mengontrol marah

a.    Lingkungan

mengetahui

bagaimana cara

menyikapi pasien

dengan perilaku

kekerasan.

Jelaskan peran serta

lingkungan terhadap

kondisi pasien

Beri penjelasan bagaimana

cara menyikapi pasien

dengan perilaku kekerasan

Diskusikan cara -cara yang

dilakukan untuk menyikapi

pasien dengan perilaku

kekerasan

Page 29: 2 bab ii

3. Harga Diri

Rendah

(HDR)

TUM:

Pasien dapat

mengontrol

perilaku kekerasan

pada saat

berhubungan

dengan orang lain

TUK :

1.   PPasien dapat

membina

hubungan saling

percaya

a.        Ekspresi Wajah

bersahabat , menunjukkan

rasa scaang, ada kontak

mata, mau berjabat tangan,

mau menyebutkan nama,

mau menjawab salam, klien

mau duduk berdampingan

dengan perawat, mau

mengutarakan masalah yang

dihadapi

Bina hubungan saling

percaya dengan

mengungkapkan prinsip

komunikasi tcrapeutik

Sapa pasien dengan

ramah laik verbal

maupun non verbal

a. Perkenalkan diri

dengan sopan

b. Tanyakan nama

iengkap pasien dan

nama panggilan

disukai pasien

c. Jelaskan tujuan

pertemuan

d. Jujur dan menepati

janji

e. Tunjukkan siknp

empati dan menerima

pasien apa adanya

f. Beri perhatian kepada

pasien dan perhatikan

kebutuhan dasar

pasien

TUK  :

2.

Pasien dapat

mengidentifikasi

         Daftar kemampuan yang

dimiliki pasien di rumah

sakit, rumah, sekolah dan

tempat kerja

Diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang

dimiliki buat daftarnya

Setiap bertemu pasien

Page 30: 2 bab ii

kemampuan dan

aspek positif yang

dimilik

b.        Daftar positif keluarga

pasien

         Daftar positif lingkungan

pasien

dihindarknn dari

metnberi penilni; negatif

Utamakan memberi

pujian yang realistic pada

kemampuan dan aspek

positif pasien

TUK

3.

Pasien dapat

menilai

kemampuan yang 

digunakan

a.       Pasien menilai

kemampuan yang digunakan

b.      Pasien memiliki 

kemampuan yang dapat

digunakan di rumah

Diskusikan dengan

pasien kemampuan yang

masih dapat  digunakan

selama sakit

Diskusikan kemampuan

yang dapat dilanjutkan

pengguna di rumah sakit

Berikan pujian

TUK :

4.

Pasien dapat

menetapkan dan

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan yang

dimiliki

a.       Pasien menilai

kemampuan yang akan .

dilatih

b.      Pasien mencoba Susunan

jadwal harian

Meminta pasien

untuk:memilih satu

kcgiatan yang mau 

dilakukan di rumah sakit

Bantu pasien

melakukannya jika perlu

beri contoh

Beri pujian atas

keberhasilan pasien.

Diskusi kaji jadwal

kegiatan harian atas

kegiatan yang telah

dilatih

Catatan : Ulangi untuk

Page 31: 2 bab ii

kemampuan lain sampai

semua selesai

TUK:

5.  PPasien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit dari

kemampuannya

a.       Pasien melakukan kegiatan

yang telah di latih (mandiri,

dengan bantuan atau

tergantung)

b.      Pasien marnpu melakukan

beberapa kegiatan secara

mandiri

Beri kesempatan pada

pasien untuk mencoba

kcgiatan yang telah

direncanakan

Beri pujian atas

keberhasian pasien

Diskusikan kemungkinan

penaksiiran di rumah

TUK :

6.

Pasien dapat 

memanfatkan

system pendukung

yang ada

a.       Keluarga memberi

dakungan dan pujian

b.      Keluarga memahami

jadwal kegiatan harian

pasien

Beri pendidikan

kcschatan pada keluarga

tentang cara merawat

pasien dengan harga diri

rcndah

Bantu keluarga

memberikan dukungnn

selama pasien dirawat.

Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

di rumah

Jelaskan cara pelaksmann

jadwal kegiatan pasien di

rumah

Anjurkan memberi pujian

pada pasien setiap

berhasil

6. Implementasi

Page 32: 2 bab ii

Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan

melaksanankan berbagai strategi kegiatan (tindakan keperawatan) yang telah

direncanakan dalam tindakan keperawatan

7. Evaluasi

Evaluasi pada pasien Evaluasi pada keluarga

Pasien mampu

1. Menyebutkan penyebab, tanda gejala

prilaku kekerasan, jenis prilaku

kekerasan yang biasa dilakukan dan

akibat dari prilaku kekerasan

2. Pasien mampu menggunakan cara

mengontrol prilaku kekerasan secara

fisik 1 yaitu tarik nafas dalam

3. Pasien mampu menggunakan cara

mengontrol prilaku kekerasan secara

fisik 2 yaitu memukul bantal dan

kasur

4. Pasien mampu menggunakan cara

mengontrol prilaku kekerasan secara

verbal

5. Pasien mampu menggunakan cara

Keluarga mampu

1. Mencegah terjadinya prilaku

kekerasan

2. Menunjukan sikap medukung dan

menghargai

3. Memotivasi dalam mengontrol

prilaku kekerasan

4. Mengidentifikasi prilaku yang harus

segera di laporkan ke perawat

Page 33: 2 bab ii

mengontrol prilaku kekerasan secara

spiritual

6. Pasien mampu menggunakan cara

mengontrol prilaku kekerasan dengan

patuh minum obat

DAFTAR PUSTAKA

Page 34: 2 bab ii

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI;

Jakarta.

Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan

Keperawatan, 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku

kedokteran EGC : Jakarta.

Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku

kedokteran EGC ; Jakarta.

Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan

Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit :

Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.

Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC ; Jakarta.

WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC

; Jakarta.