1adrasah di e i. kemerdei

66
Kt fTINUITAS DAN PERKEMBANGAN l\1ADRASAH DI E i._ KEMERDEI<AAN SAMP AI DENGAN ORDE BARU Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilnm Tarbiyah dan K·eguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh CJ_elar Smjana Pendidikan Islam O/eh: Rachmatullah NIM: 101011020593 UilUSAN PENDIDII<AN AGAMA ISLAM FA lJLTAS ILMU TARBIYAH DAN I<:EGURUAN . UNIVERSIT AS ISLAM NEGEf{l (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAI<ARTA 1426 HI 2006 M

Upload: buianh

Post on 09-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

Kt fTINUITAS DAN PERKEMBANGAN l\1ADRASAH

DI E i._ KEMERDEI<AAN SAMP AI DENG AN ORDE BARU

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilnm Tarbiyah dan K·eguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

CJ_elar Smjana Pendidikan Islam

O/eh:

Rachmatullah NIM: 101011020593

UilUSAN PENDIDII<AN AGAMA ISLAM

FA lJLTAS ILMU TARBIYAH DAN I<:EGURUAN

. UNIVERSIT AS ISLAM NEGEf{l (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAI<ARTA

1426 HI 2006 M

Page 2: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

ONTINUITAS DAN PERKEMBANGAN MADRASAH

D :RA KEMERDEKAAN SAMPAI DENGAN ORDE BARU

Skripsi

Di<,jukn11 Kcpacla Fakultas flmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Mcmcnuhi Pcrsyaralan Mcmpcrolch

• Gelar Smjana Penclidikan Islam

Of eh:

Rachmatullah NJM: 101011020593

Dra. II". n·u iaidalul Munawarah M. Ag l'\JIP. 150 228 871

JURUSAN PENDJDIKAN AGAMA ISLAM

F, !::ULT AS ILMU TARBIYAH DAN .KEGURUAN

UNIVER.SIT AS ISLAM NEGERI (UIN)

SY ARIF tIIDA Y ATULLAII

JAI<ARTA

1426 I-I I 2006 M

Page 3: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

LEMEAR PENGESAHAN

S )si yang be1jndnl : "KONTINUITAS DAN PERKEMBANGAN i

MADilA [H DI ERA KEMERDEKAAN SAMPAI DENGAN ORDE BARU",

telah dinj in dalam Ujian Mnnaqasah Faknltas limn Tarbiyah dan Keguruan pada

tanggal E iaret 2006. Skripsi ini telah cliterima sebagai syarat nntuk memperoleh

gelar Sar la Penclidikan Islam (S.Pd.l) Strata-I (SI) Fakultas limn Tarbiyah dan

Keguruar

Dckan Fl Kctua me

Prof~ NIP. 150

/ Penguji I

v igknp Anggota

Zainab, M.Ag 1 129

Jakarta, 6 Maret 2006

Siclang Muuaqasah

Anggota:

Pcmbantu Dekan I/ Sckretnris merangkap Anggota

.~°'i.M.A NIP. 150 202 343

Penguji II

\ . ,,vJ\~

'----.._./ Drs. I-I.Abdul Fattah Wibisono, M.A NIP. 150 236 009

Page 4: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

KATA PENGANTAR

i1amdulillah, puja, puji serta syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT I iberi hidayah, rahmat dan inayah kepada siapa :mja yang Dia kehendaki.

Shala\/\ fan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW pembawa

kebajik pendobrak kebatilan, penuntun manusia dari kegelapan kepada cahaya

terang ~derang dan dari kemusyrikan kepada tauhid serta langkahnya selalu

diridha ~han.

[ipsi yang penulis susun ini be1:judul "Konlinuitas dan Perkembangan

Madrw : di Era Kemerdekaan sampai dengan Orde Baru ". Meskipun tergolong

terlamt 1iamun Alhamdulillah skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

lam pembuatan skripsi ini, penulis begitu banyak mendapat bantuan, baik

moril r pun materiil dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan,

oleh ka !1 itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

I. kan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ,

,g telah membimbing penulis selama penulis melaksanakan studi di

:ultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. !ua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah

fnberikan pelayanan dan kemudahan administrasi dari awal hingga akhir

Wa perkuliahan penulis.

Page 5: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

3. a. Hj. Djunaidatul Munawarah, M.Ag, selaku pembimbing yang telah rela

:luangkan waktunya di tengah kesibukan aktifitasnya guna memberikan

1bingan dan arahan kepada penulis.

4. ahanda Abdul Rasyid dan Ibunda Rukaesih yang telah dan masih mendidik

iulis sejak buaian hingga saat ini. Sebagai seorang ·anak, penulis belum bisa

inbalas jasa keduanya kecuali berdo'a semoga Allah SWT memberikan

~san yang terbaik atas semua amal mereka dan selalu melimpahkan

\mat dan Inayah-Nya.

5. lk tercinta Achmad Maulana Sundara, yang selalu giat dalam belajar. Siti

~yidah, yang selalu tersenyum dan memberikan harapan kepada keluarga

L1k terns be1juang, semoga Allah menjadikan kalian sebagai hamba-Nya

~ selalu ikhlas dalam setiap aktifitas. Amin.

6. ~ Sudarlan, adik tersayang yang selalu bersenandung dengan West Live-nya

l bahkan Michael Learn To Rock yang kadang-kadang membuatku

,enyum dibuatnya.

7. nad Ranovi dan Eman Priatna, yang selalu setia menemani penulis dalam

1yelesaikan penulisan skripsi ini yang kerap sampai tengah malam bahkan

kalanya sampai menjelang pagi.

8. 1Rohana dan Ghifari Razaq, yang selalu sabar dan sering mengalah karena

J.s mendahulukan penulis ketika sama-sama dala.m keadaan memerlukan

•a. Semoga kalian dijadikan hamba Allah SWT yang bertaqwa dan

ijadi kebanggaan orang tua, Amin.

Page 6: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

9. apak Syarifuddin, yang telah rnemfasilitasi penulis dengan sebuah komputer,

:udah-mudahan Allah SWT selalu meridhai Bapak. Amin.

IC [as Afud, Atim dan Bang Jenggot, dari kalianlah penulis mengerti arti

!rsahabatan. Semoga Allah SWT selalu merahmati setiap aktifitas kalian.

miin.

11 gus shohib dan Istri, yang selalu rnemberi rnotivasi walau hanya via SMS,

mi Setiawan dan Istri, yang setia terhadap teman, Jaji Ulum Bahri beserta

teri yang selalu mendo'akan penulis.

12 ~man-teman PAI angkatan 200 I khususnya kela.s B yang tidak mungkin

/mlis sebutkan satu-persatu.

13. )ng Ali, atas kebaikannya kepada penulis karena pernah memberikan

tnpangan gratis selarna penulis rnenuntut ilmu di Ciputat.

14. ~ma Parti, yang selalu rnengirirnkan makanan temtama ketika penulis ingin

i:buka puasa. Sernoga kebaikannya dijadikan bekal oleh Allah SWT. Amin.

15. [hirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang . .

lgsung atau tidak Jangsung terlibat dalam pembuatan skripsi ini dan tidak

pat penulis sebutkan satu persatu namanya di sini, sernoga semua amalan

!lg telah anda lakukan dicatat sebagai amalan kebaikan kelak di akhirat.

nin.

Kemayoran, 06 Maret 2006

Penulis

Page 7: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

DAFTAR ISI

KATA NGANTAR ............................................................................................ .

DAFT 1 CSI .......................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. ..

B. ldentifikasi Masalah ...................................................................... 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................... 8

E. Metode Penelitian.......................................................................... 8

F. Sistematika Penulisan ................................................................... IO

BAB II : POTRET MADRASAH DI ERA KEMERDEKAAN

DAN ORDE LAMA........................................................................... 12

A. Berdirinya Departemen Agama dan Kontribusinya

terhadap Madrasah .......................... :................ ............................ 12

1. Berdirinya Departemen Agama.. ............................................. 12

2. Kontribusi Departemen Agama terhadap Madrasah............... 14

B. Perhatian Pemerintahan Orde Lama terhadap Madrasah............ 16

C. Madrasah Wajib Belajar ................................................................ 21

Page 8: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

BABU

BABI1

BABV

: POTRET MADRASAH DI MASA ORDE BARU ................... 26

A. Madrasah di Masa Awai Orde Bani............................................. 26

B. Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri dan

lmplementasinya pada madrasah. ................................................ 27

C. Berdirinya Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) ............. 35

D. lntegrasi Madrasah kedalam Sistem Pendidikan Nasional.......... 39

: DINAMIKA PERKEMBANGAN DAN KONTINUITAS

MADRASAH PADA ERA KEMERDEKAAN SAMPAI

ERA ORDE BARU ........................................................................ 43

A. Dinamika Perkembangan Madrasah Sejak Era Kemerdekaan

sampai Orde Baru......................................................................... 43

B. Kontinuitas dan Perkembangan Maclrasah Sejak Era

Kemerdekaan sampai Orde Baru ................................................ 51

:PENUTUP

A. Kesimpu Ian.................................................................................... 54

B. Saran-saran.................................................................................... 55

DAFTi PUST AKA ........................................................................................... 56

Page 9: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

BAB I

PENDAHULUAN

A. La: Belakang Masalah

csistensi madrasah dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia tergolong

fer 1ena modern yaitu dimulai sekitar awal abad 20 Sungguhpun demikian,

ma sah bukan suatu yang indigenous (pribumi) dalam peta dunia pendidikan di

Inc ~sia. Sebagaimana ditunjukkan oleh kata "madrasah" itu sendiri, yang

ber l dari bahasa Arab. Secara harfiah, kata ini berarti atau setara maknanya

der h kata Indonesia "sekolah" (yang notabene juga bukan kata asli dari bahasa

Ind ,:sia. "sekolah" dialihkan dari bahasa asing, misalnya school ataupun

sea '1 Buku-buku sejarah pendidikan Islam di Indonesia sejauh ini agaknya

sed sekali yang menginformasikan adanya lembaga pendidikan yang disebut

ma< !ah pada masa-masa awal penyebaran dan perkembangan Islam di

Nw iara. 2 Evolusi kelembagaan pendidikan di wilayah ini pada umumnya

berr ·a dari pesantren, madrasah dan kemudian sekolah. Madrasah di Indonesia

bisa langgap sebagai perkembangan lanjut atau pembahatuan dari lembaga

pen ikan pesantren atau surau.

h. 18

Cet..

Malik Fajar, Aiadrasah dan Tantangan 1\Iodernitas, (Bandung: Mizan, 1999), Cet ke- 2,

lksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana llmu, 1999), 'h. 79

Page 10: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

2

[adrasah dalam tradisi pendidikan di Indonesia pada dasarnya merupakan

ad :i atau islamisasi dari tradisi sekolah yang diperkenalkan pemerintah Hindia

B( :da.3 Pada era kolonialis Belanda, perkembangan madrasah dimulai dari

se 1gat reformasi yang dilakukan masyarakat Muslim. Ada dua faktor penting

ya melatar belakangi kemunculan madrasah di Indonesia; pertama, adanya

pa ,ngan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan Islam tradisional

dir kan kurang bisa rnernenuhi kebutuhan pragrnatis rnasyarakat. Kedua,

ad: a kekhawatiran atas kecepatan perkembangan persekolahan Belanda yang

ak: inenimbulkan pemikiran sekuler di masyarakat.4 Untuk menyeimbangkan

pe1 "!lbangan sekulerisme, para reformis-khususnya dari kalangan

M1 inmadiyah-kemudian memasukkan pendidikan Islam dalam persekolahan

me )i pembangunan madrasah.

'merintah kolonial, ketika itu sangat khawatir madrasah akan melahirkan

ger lsi yang menjadi penentang kekuasaannya. Tidak heran kalau kebijakan

yar likeluarkan pemerintahan kolonial, merupakan bagian dari usahanya untuk

me tooptasi madrasah. Misalnya, guru madrasah wajib mempunyai izin dari

per [lSa, dan di bidang kurikulum, pelajaran yang diajarkan harus dilaporkan

pac 1enguasa untuk dimintai persetujuannya.

bawah tekanan dan pengawasan ketat dari pemerintahan kolonial,

ma sah ternyata mampu rnemantapkan eksistensinya di Jawa, Sumatera dan

vfaksum Mochtar. Transformasi Pendidikan Islam (da/am Pesantren Maso Depan), (Ba ng: Pustaka Hidayah, 1999), Cct. kc-I, h. 195

rmai Arief, R~(ormulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), Cet. kc-I, h. 60

Page 11: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

3

~ rnantan. Perkembangan itu Jebih maju Jagi terutama di daerah-daerah pelosok

y ~jauh dari pengawasan penguasa.

Setelah kemerdekaan, perkembangan madrasah berlangsung sangat cepat.

P \ pertengahan tahun 1960-an, terdapat 13.057 Madrasah Ibtidaiyah (MI),

j( 1ng pendidikan setingkat sekolah dasar (SD) pada sistem pendidikan umum.

P ig tidak terdapat I. 927. 777 siswa yang mendaftarkan diri di ML 5

'ada pendidikan tingkat lanjutan pertama atau Madrasah tsanawiyah (MTs)

t( :pat 776 madrasah dengan 87. 932 siswa. Sedangkan di tingkat berikutnya

a1 ~adrasah Aliyah (MA) terdapat 16 madrasah dengan I.881 siswa.6 Jumlah

p1 (ta pendidikan ini merupakan angka yang luar biasa bagi sejarah pendidikan

di ltonesia.

fi tahun I 966, pemerintah mengizinkan madrasah swasta berubah statusnya

m l'di madrasah negeri. Maka pada waktu itu jurnlah madrasah negeri kian

b( mbah, dan jumlahnya adalah: 358 MI, I 82 MTs, dan 42 MA yang menjadi

111 ~sah negeri. 7 Konsekuensinya, manajemen madrasah secara total bergeser

di ~asyarakat ke pemerintah. Meskipun demikian, sekitar 90 persen madrasah

m ) dikelola masyarakat setempat dalam bentuk yayasan.

~da pemerintahan Orde Baru, tahun I 972 Presiclen Suha1io mengeluarkan

K1 tusan Presiden (Keppres) Nomor 34 Tahun I 972 dan Instruksi Presiden

Vfaksum, op. cit., h. 126 'bid Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam: Lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembangan,

(J2 'a: PT R.'tjaGrafindo Persada, 1996), Cel. ke-2, h. 178

Page 12: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

4

(In s) Nomor 15 Tahun 1974 yang mengatur teknis peyelenggaraan kurikulum

ma sah di bawah pengelolaan Menteri Pendiclikan dan Kebudayaan

(M likbud) yang sebelumnya dikelola Kementerian Agama. 8

fapi kebijakan tersebut mendapat reaksi keras dari kalangan Muslim, karena

din ~ya sebagai usaha sekulerisme dan menghilangkan madrasah dari sistem

pe~ likan di Indonesia.

~uk menenangkan reaksi tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan

kep 1san bersama antara Mendikbud, Menteri Agama (Menag) clan Menteri

Dal Negeri (Mendagri). Isinya, mengembalikan status pengelolaan kurikulum

mac iah di bawah Menteri Agama, tetapi hams memasukkan kurikulum umum

yan 1udah ditentukan pemerintah walaupun kurikulum yang diterapkan pada

mac lah ini bersifat sentralistik.

ibatnya, segenap variabilitas yang lahir dari budaya lokal diabaikan.

Oto 1s pendidikan juga mengabaikan berbagai persepsi serta preferensi yang

hid1 ~i luar dirinya. Tidak heran kalau peran masyarakat sebagai bagian dari

kon has pendidikan makin lama semakin menghilang.

ibeda dengan pesantren yang barn diakui sebagai bagian dari sistem

pen ikan dalam UU No. 20 tahun 2003, secara legal, madrasah sudah

teri1 &rasi dalam sistem pendidikan nasional sejak diberlakukannya Undang­

Unc ~ (UU) Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistern Pendidikan Nasional. 9

:lnai Aricf, op. cit., h. 62 Id.

Page 13: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

5

agaknya yang menjadikan perkembangan madrasah berlangsung cepat.

Pad ingkat pendidikan dasar sistem pendidikan rnadrasah didominasi oleh

swa Padahal, jumlah SD swasta yang dikelola Departemen Pendidikan

Nas al (Depdiknas) hanya enam persen. Sementara di dngkat lanjutan pertama,

sek( l swasta hanya 46 persen. Angka ini menjadi bukti bahwa peran

ma~ '<tkat di madrasah sebenarnya masih sangat besar. Namun, masyarakat tidak

rne1 ki kebebasan untuk mengelola dengan caranya sendiri, karena hampir

se1r hal yang berkaitan dengan pendidikan sudah ditentukan oleh pemegang

oto1 ; pendidikan.

rus diakui bahwa jika pemerintah ingin menyukseskan wajib belajar

seIT an tahun, maka peran madrasah swasta tidak bisa dikesampingkan begitu

saji aat ini, 15 persen lembaga penyelenggara pendidikan dengan kurikulum

umi adalah madrasah dan sekitar 91, I persennya dikelola swasta. 10

tivitas pendidikan di madrasah tidak lagi terbatas pada bidang-bidang ilmu

kea naan seperti fiqh, tasawuf, tafsir dan akhlak, melai.nkan juga ii mu-ii mu lain

yar ocok dengan kebutuhan dunia modern seperti matematika, fisika, biolologi,

bat , inggris dan lain sebagainya. 11

'bid., h. 63 fluad Jabali dan Jamhari, IAIN: Modernisasi Islam di lndcnesia,(Jakarta: Logos Wacana

Um 002), Cet ke-1, h. 93

Page 14: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

6

~i-angkat dari uraian tersebut di atas, maka penul is tertarik untuk melakukan

pe1 tian yang berkaitan dengan perkembangan madrasah di Indonesia melalui

skr i dengan judul "Kontinuitas dan Perkembangan Madrasah di Era

Ke )'dekaan Sampai dengan Orde Barn".

B. lde1 llrnsi Masalah

\·bicara mengenai perkembangan madrasah di Indonesia, tentunya tak lepas

dari ~jarah lahirnya madrasah yang mendapat pengarnh dari gerakan para

pen ham Islam di luar negeri dan keinginan masyarakat muslim pribumi untuk

mer ikan sekolah yang dapat mengakses ilmu-ilmu agama dalam

mer 1tisipasi pengarnh pendidikan kolonial yang sekuler. Sehingga hal tersebut

<lap: iidentifikasikan sebagai berikut:

I. :aimana latar belakang lahirnya madrasah di Nusantara?

2. :aimana respon penduduk pribumi yang sudah menerapkan pendidikan

In tradisional (pesantren) terhadap lahirnya madrar,ah yang umumnya tidak

ya memasukan mata pelajaran agama dalam kurikulumnya?

3. aimana keadaan madrasah pada masa penjajahan Belanda?

4. aimana perkembangan madrasah pada masa penjajahan Jepang?

5. I aimana kontinuitas dan perkembangan madrasah pada era kemerdekaan,

c ~lama dan Orde Baru?

6. I aimana dinamika perkembangan madrasah pada masa kemerdekaan

s pai Or de Barn?

Page 15: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

7

7. !gaimana status madrasah yang ditetapkan oleh pemerintah pada masa Orde

ma dan Orde Barn?

8. gaimana kebijakan pemerintahan Orde Ban.1 terhadap eksistensi

darasah?

9. 5aimana sistem pengajaran madrasah pada kedua orde tersebut?

C. Pem :asan dan Perumnsan Masalah

1. P hatasan Masalah

·1gingat luasnya perrnasalahan yang berkaitan dengan kontinuitas dan

perk bangan rnadrasah di Indonesia, maka penelitian ini hanya dibatasi pada

mas< 1 yang menyangkut perkembangan madrasah sejak era kemerdekaan

samr. dengan Orde Barn.

Selar

pemt

a. B

k1

b. B

es

c. Bi

nya, agar pembahasan tidak terlalu meluas dan supaya Iebih terarah dalam

tsan skripsi ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

oimana perkembangan madrasah pada dua periode ditinjau dari segi

'1stensitasnya.

imana kontinuitas perkembangan madrasah ditinjau dari seg1 nilai

ialnya.

imana status madrasah yang ditetapkan oleh pemerintahan pada kedua

or· ersebut.

d. Ac .1h perbedaan dinamika perkembangan rnadrasah pada masa

Ke rdekaan dan masa Orde Barn.

Page 16: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

8

2. Pei rnsan Masalah

>ari pembatasan tersebut, penulis rumuskan masalah yang dibahas sebagai

bE llt:

a. agaimana dinamika perkembangan madrasah sejak era Kemerdekaan (Orde

:irna) sampai dengan Orde Baru?

b. agaimana kontinuitas dan perkembangan madrasah sejak era kemerdekaan

>rde Lama) sampai dengan Orde Baru?

D. Tu. n dan Manfaat Penelitian

I. 'nulis ingin mendeskripsikan bagaimana perkembangan madrasah pada

isa kemerdekaan.

2. nulis ingin mengetahui bagaimana kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan

:h pemerintah terhadap eksistensi madrasah.

3. nulis ingin menganalisis kontinuitas perkembangan madrasah dari segi

nsistensitas, nilai-nilai esensial dan kurikulum pada kedua periode tersebut.

E. Met ~ Penelitian

lam penulisan skripsi ini yang menjadi satuan bahasan adalah kontinuitas

ma< ;ah sejak era kemerdekaan sampai dengan Orde Barn.

tuk memperoleh data historis kependidikan Islam termasuk madrasah,

dali penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

kep ikaan (Library Reseach). Dalam ha! ini akan dikaji berbagai sumber

Page 17: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

9

pus a berupa buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas, yaitu

den cara mengumpulkan, menyeleksi, membaca, mengklasifikasikan dan

mer skripsikan.

hber utama penulis gunakan sebagai data pnrner yaitu buku karangan

Kan A. Steenbrink yang berjudul Pesantren, Madrasah, Sekolah dan buku

karn ~n Maksum yang berjudul Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya.

•agai data sekunder adalah buku karya Zuhairini dkk yang berjudul Sejarah

Pem ikan Islam, karya Drs. Hasbullah yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam

di l 'nesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya, karya A.

Mal: 'lajar yang berjudul Madrasah dan Tantangan Modernitas, karya Hanun

Asr< ti yang berjudul Sejarah Pendidikan Islam, serta buku-buku atau sumber-

sum' lain yang relevan dengan pembahasan.

men,

a.

c

s

b. F

c

i data-data yang telah dideskripsikan dengan disertai interpretasi, penulis

1alisa secara kualitatif dengan menggunakan metocle :

lktif, yaitu pemikiran yang berangkat dari fakta atau arti yang kemudian

ifakta atau arti tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai

:-sifat umum. 12

nparatif, yaitu dengan menganalisa data-data yang sudah terkumpul untuk

.tahui mana yang lebih akurat ditinjau dari segi sumber atau landasan

ikirannya, atau untuk dikompromikan. 13

trisno Hadi, Metodologi Reaseach, (Yogyakarta: Andi Offsc1, 1997), Cet. ke-19, h. 42 )hammad Nazir.Metode Penelilian, (Jakarra: Ghalia Indonesia, 1998), Cet. ke-J. h. 63

Page 18: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

10

!engan demikian tipe yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah

pi 1ahasan deskripsi-analisis dengan menggunakan analisa data kualitatif,

se !gkan pengkajiannya menggunakan metode induktif-komparatif.

bknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan

sk ii, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press cetakan kedua

tal 2002.

F. Sis1 !atika Penulisan

~mbahasan dalam skripsi ini disusun dalam lima bab, dalam tiap bab

ter fat sub bab sesuai dengan urutan permasalahan yang akan dibicarakan.

Ac sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

B,I PENDAHULUAN

BA

Terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

POTRET MADRASAH DI ERA KEMERDEKAAN DAN

ORDELAMA

Yang meliputi berdirinya Departemen Agama dan

Kontribusinya terhadap Madrasah, perhatian pemerintahan

Orde Lama terhadap Madrasah dan bcrdirinya Madrasah Wajib

Bel ajar

Page 19: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

Bl III

BA IV

BA I

I I

POTRET MADRAS AH DI MASA ORDE BARU

Meliputi Madrasah di masa awal Orde Baru, Surat Keputusan

Bersama (SKB) tiga Menteri clan Implementasinya pada

Madrasah, berdirinya Madrasah Aliyah Program Khusus

(MAPK), integrasi Madrasah kedalam Sistem Pendidikan

Nasional.

DINAMIKA PERKEMBANGAN DAN KONTINUITAS

MADRASAH PADA ERA KEMERDEKAAN SAMPAI

ORDEBARU

Yang berisi tentang Dinamika Perkembangan Madrasah di era

Kemerdekaan sampa1 dengan Orde Baru dan Kontinuitas

Perkembangan Madrasah dari era Kemerdekaan sampai Orde

Baru

PENUTUP

Berisi Kesimpulan dan saran-saran.

Page 20: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

BAB II

I rRET MADRASAH DI ERA KEMERDEKAAJll DAN ORDE LAMA

A. B· frinya Departemen Agama dan kontribnsinya terhadap madrasah

l ~erdirinya Departemen Agama

It\

h.

Kemerdekaan Indonesia yang dapat diperjuangkan mernberikan dampak

ang sangat besar bagi pembangunan nasional Indonesia. Kesempatan itu

:ipergunakan oleh para tokoh nasional untuk membangun bangsa Indonesia di

~gala bidang. Suatu realitas pula bahwa kemerdekaan melahirkan

ementerian (sekarang bernarna departemen). 1 Sebagai realisasi dari agama

pbagai fondasi dalam membangun bangsa dan negara pada tanggal 3 Januari

D46 dibentuk Departemen Agama, yang juga mengurusi penyelenggaraan

endidikan agarna di sekolah umum dan mengurusi sekolah-sekolah agama

pperti madrasah dan pondok pesantren.2

Sebelum terbentuknya kementerian ini, ada pembahasan mengenai apakah

ementerian ini akan dinamakan Kementerian Agama lslam ataukah

:ementerian Agama. Akhirnya diputuskan menjadi Kementerian Agarna,

mg pertama-tarna mempunyai tiga seksi dan kemudian empat seksi, masing­

:asing untuk kaum Muslimin, urnat Protestan, umat Katolik Roma dan umat

Jndu-Budha. Karena ia tidak mengatur hanya satu agama, tetapi lima agama

A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. Ke-I,

'lanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Jslam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. ke-1,

Page 21: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

13

[ng diakui di Indonesia, maka pemimpin politik Indonesia mengatakan

lhwa Indonesia bukanlah negara sekuler dan bukan juga negara agama. 3

~sar pertama dari Pancasila, adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa", dengan

bnikian adanya Departemen Agama dapat dibenarkan karena sesuai dengan

a ini.

Selain departemen Agama, terbentuk pula departemen Pendidikan

rgajaran dan Kebudayaan. Ketika Mr. R. Suwandi menjadi Menteri PP dan

(2 Oktober 1946-27 Juni 1947), beliau membentuk panitia penyelidik

hgajaran Republik Indonesia yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara,

ilitia ini merekomendasikan mengenai sekolah-sekolah agama, dalam

1orannya tanggal 2 Juni 1946 yang berbunyi: "Bahwa penga1aran yang

j·sifat pondok pesantren dan madrasah perlu untuk dipe1tinggi dan

riodernisasi serta diberikan bantuan bi a ya dan lain-· lain. 4

Rekomendasi tersebut menunjukan perhatian pemerintahan Orde Lama

hadap madrasah yang dalam ha! ini adalah departemen Agama dan

\artemen PP dan K. Namun data~ kenyataannya madrasah belum

indapat pengakuan secara formal di era ini karena pemerintah justeru

:ngadopsi sistem pendidikan kolonial yang dinilai lebih baik dalam

)gaturan manajemannya.

!actri Yatim, Sejarah Perndnban Is/nm Dirnsah Jslnmiyah JI, (Jaknrta: RajaGrafindo Pers 2000), Cet. ke-10, h. 307

pdul Rachman Shaleh, Penye!enggnraan Madrnsah Pernturnn Perundangan, (Jakarta: Dha Bhakti, 1984), h. 19

Page 22: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

14

2. ~ontribnsi Departemen Agama terhadap madrasah

Dalam bidang pendidikan Islam, orientasi Departeman Agama be1tumpu

ada aspirasi umat Islam agar pendidikan agama diajarkan di sekolah-sekolah,

isamping pada pengembangan madrasah itu sendiri. Lebih spesifik, usaha ini

:tangani oleh satu bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan

~ama. Dalam salah satu nota Islamic Education in Indonesia yang· disusun

eh bagian pendidikan Depaitemen Agama pada tanggal I September 1956

sebutkan bahwa tugas bagian pendidikan di lingkungan Departemen Agama

t meliputi (I) Memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir

) memberi pengetahuan umum di madrasah clan (3) Mengadakan Pendidikan

;iru Agama (PGA) clan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). 5

Dengan tugas-tugas seperti digambarkan diatas, Departemen Agama dapat

catakan sebagai representasi umat Islam dalam memperjuangkan

nyelenggaraan pendidikan Islam secara lebih luas di Indonesia. Dalam

itannya dengan perkembangan madrasah, Departemen Agama menjadi

:!alan yang secara politis dapat mengangkat posisi madrasah sehingga

:mperoleh perhatian yang terus menerus di kalangan pengambil kebijakan.

samping melanjukan usaha-usaha yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh

1erti Abdullah Ahmad, Rangkayo Rahmah el-Yunusiyah, Zaenuddin Labay,

hmad Dahlan, Hasyim Asy'ari clan Mahmud Yunus, Depertemen Agama

aksum, Madrasah Sejarah Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. ke-1 123, lihat juga Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Seka/ah, (Jakarta: LP3ES, 1991 :et. ke-2, h. 87

Page 23: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

15

:ecara lebih tajam mengembangkan progam-progam perluasan dan

)eningkatan mutu madrasah.6

Disebabkan semakin besarnya tugas penanganan masalah pendidikan

llam, maka bagi pendidikan pada Departemen Agama dikembangkan

ienjadi Jawatan Pendidikan Agama pada tahun 1950. Badan ini memiliki

eran yang sangat penting dan strategis di lingkungan Departemen Agama

lengingat tugas pengembangan pendidikan merupakan Jahan garapan yang

lngat luas dan menantang.

Struktur madrasah keguruan ditata ulang ketika jawatan Pendidikan

gama dipegang oleh Arifin Tamyang, namun kebijakan tersebut terkesan

~ngurangi eksistensi madrasah tersebut. PGA yang semula ditempuh cukup

1ngan 5 tahun, dirubah menjadi 6 tahun yang terdiri dari 4 tahun tingkat

1liama dan 2 tahun tingkat atas. Kebijakan Arifin juga menegaskan

liapuskannya PGA jangka pendek 2 tahun. Sementara itu, perubahan drastis

ga terjadi pada SGHA. Madrasah yang terakhir ini diubah menjadi

1ndidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), yang tidak lagi membuka jurusan

guruan seperti guru kesusastraan dan guru ilmu alam. Sedangkan untuk

\ncetak Guru Agama hanya disediakan Pendidikan Guru Agama 6 tahun.

rubahan ini cukup menyulitkan lulusan madrasah-madrasah yang sudah ada

tuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Atas perubahan ini, Mahmud

1hus agaknya merasa kecewa sehingga dalam tulisannya ia menyatakan

laksum., Ibid, h. 124

Page 24: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

16

~ebaikan dan kekurangan rencana ini (kebijakan Arifin Tamyang)

:nyataanlah nanti akan membuktikan". 7 Maksudnya biarlah masyarakat yang

~nilai mengenai kelebihan dan kekurangan kebijakan tersebut.

B. Pei tian Pemerintahan Orde Lama terhadap Madrasah

esadaran perlunya mengembangkan orientasi ma.drasah yang menyangkut

nu ah-masalah sosial, politik dan ekonomi pada akhirnya juga muncul di

lea $an kaum muslimin, baik pergumulan langsung dengan pribumi yang

ter ~jar ala Belanda maupun karena pertemuan dengan pemikiran dan gerakan

me rn muslim di Timur Tengah. Hal ini mempengamhi juga dilakukannya

pe1 lsuaian-penyesuaian madrasah dalam hal kurikulum dan bentuk-bentuk

(k( !1bagaan) dan sistem pengajaran. 8

~tuk memmuskan kebijakan pendidikan yang dibentuk pada akhir tahun

19· µalam laporannya mengenai bentuk pendidikan Islam yang lama dan barn,

dir lakan: "madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakekatnya adalah

sat llat sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata, yang sudah berurat

' ak1 /alam masyarakat Indonesia umumnya, hendaknya pula mendapat perhatian

da1 mtuan materil dari pernerintah" karena Jembaga pendidikan ini rnemberikan

pe1 iikan agama, maka ia dimasukkan dalam Departemen Agama. 9

~ahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, l 9S Cet ke-4, h. 365

1aksmn, op. cit., h. 122 :are! A. Steenbrink, op. cit., h. 96-97

Page 25: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

17

tsyarakat menyambut baik kebijakan pemerintah Orde Lama yang akan

me orikan fasilitas dan sumbangan materiil terhadap lembaga-lembaga

pe~ ikan Islam, termasuk madrasah. Masyarakat menganggap kebijakan

ten 1t sebagai angin segar untuk mengembangkan pendidikan Islam di

Ind sia, setelah beberapa waktu sebelumnya sempat dikucilkan oleh

pen ntah Belanda.

:iijakan tersebut merupakan awal dari bangkitnya pendidikan Islam secara

umt baik yang bersifat kelembagaan seperti sekolah-sekolah agama atau non

lem: a, seperti Ianggar atau surau tempat mengaji, dan sangat dirasakan dampak

posi 1ya bagi perkembangan madrasah di tanah air.

san~

Aga

Islar

agar

send

tnas~

bagi:

1. ]I

2. ]I

3. ]I

r-

\(

kembangan madrasah pada masa Orde Lama, sejak awal kemerdekaan,

terkait dengan peran pemerintah yang dalam ha! ini adalah Departemen

Lembaga inilah yang secara intensif memperjuangkan politik pendidikan

i Indonesia. Orientasi usaha Departemen Agama dalam bidang pendidikan

liajarkan di sekolah-sekolah, disamping pada pengembangan madrasah itu

Secara spesifik usaha ini ditangani oleh satuan khusus yang mengurusi

I pendidikan agama. Dalam salah satu dokumen disebutkan bahwa tugas

)endidikan di Iingkungan Departemen Agama itu meliputi:

nberi pelajaran agama di sekolah-sekolah negeri dan partikulir. nberi pengetahuan umum di madrasah, dan gadakan Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam eri (PHIN). 10

1ksum, op. cit., h. 123

Page 26: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

18

esempatan tersebut digunakan oleh masyarakat muslim Indonesia untuk

im rikan lembaga-lembaga pendidikan Islam sepe1ii yang diungkap oleh Prof

H. thmud Yunus dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Jndonesia. 11 Satu

sur :r mengatakan bahwa sampai pertengahan dekade 60-an, madrasah sudah

ter ~r di berbagai daerah bahkan hampir di seluruh propinsi di Indonesia.

Di! >rkan bahwa jumlah madrasah tingkat rendah atau madrasah Ibtidaiyah

pa( masa itu sudah mencapai 13.057 buah. Laporan yang sama juga

me :butkan jumlah madrasah Tsanawiyah yang sudah mencapai 776 buah.

Ad ln jumlah madrasah Aliyah pada saat tersebut mencapai 16 madrasah. 12 Hal

1111 rupakan prestasi yang amat menggembirakan dalam dunia pendidikan Islam

di 1 ara kita.

rkembangan madrasah yang cukup menonjol pada masa Orde Lama salah

sat a adalah dengan didirikan dan dikembangkannya Pendidikan Guru Agama

(P( 1 dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Kedua madrasah ini

me 1dai perkembangan yang sangat penting dimana madrasah dimaksudkan

me talc tenaga-tenaga profesional keagam,aan, di :;amping mempersiapkan

ten .-·tenaga yang siap mengembangkan madrasah. Khusus mengenai PGA,

aki •a memang sudah dimulai sejak masa sebelum ke:merdekaan khususnya di

wil :h Minangkabau, tetapi dengan pendirian PGA oleh pemerintah Orde Lama,

l.J. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Mutiara Sumber Wi< , Cet. ke-2, h. 394

v!aksum, op. cit,. h. 126

Page 27: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

19

kel l!tan madrasah di Indonesia mendapat jaminan yang lebih strategis. 13 PGA

me iasilkan guru-guru agama yang secara praktis dikemudian hari menjadi

mo bagi penyelenggaraan dan pengelolaan pendiclikan madrasah.

rkembangan PGA pada masa Orde Lama merupakan program Daparteman

Ag ll. yang ditangani oleh Drs. Abdullah Sigit sebagai penanggung jawab

baf : pendidikan pada tahun 1950, bagian itu membuka dua lembaga pendidikan

yar lapat clikatakan sebagai madrasah profesional keguruan : (!) Sekolah Guru

Ag ~ Islam (SGAI) dan (2) Sekolah Guru Hakim Agama Islam (SGHAI).

SG terdiri dari dua jenjang : (a) Jenjang jangka panjang yang ditempuh selama

Jim ~hun dan diperuntukan bagi siswa tamata SR I MI, dan (b) Jenjang jangka

per ~ yang ditempuh selama dua tahun dan diperuntukan bagi tamatan SMP/

Ma isah Tsanawiyah. Sedangkan SGHAI ditempuh selama empat tahun dan

clip ntukan bagi tamatan SMP I MTs. SGHAI memiliki empat bagian : (a)

bai la mencetak guru kesusastraan, (b) bagian b mencetak guru ilmu alam /ilmu

pm .(c) bagian c mencetak guru agama, dan (d) bagian d mencetak tenaga

pet .:lilan agama. 14 Maka dapat dikatakan bahwa mencetak guru agama

me akan agenda besar Pemerintah Orde Lama dalam upaya mengembangkan

ma salt

rb;d. Ibid.

Page 28: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

20

ulanya, kedua model madrasah di atas hanya didirikan di beberapa kota di

Ja\ Kemudian didirikan pula di sejumlah daerah di luar Jawa, setelah dilakukan

pe1 than nama dari SGAl manjadi PGA dan SGHAl manjadi SGHA. Laporan

Mz ud Yunus menunjukan bahwa pada tahun 1951 PGA didirikan di Tanjung

Pir ~' Kotaraja, Padang, Banjarmasin, Jakarta, Taitjung Karang, Bandung dan

Pai :asan. Pada tahun yang sama didirikan juga SGHA di Aceh, Bukit Tinggi

dar mdung. Kedua madrasah itu telah melahirkan guru-guru dalam jumlah yang

cul< banyak. Untuk pembinaan dan pengembangannya mereka berhimpun

dal: satu wadah Persatuan Pendidikan Guru-Guru Agama Seluruh Indonesia.

Cik bakal wadah ini sudah dimulai sejak masa sebelum Kemerdekaan oleh

tok· tokoh penting di Minangkabau.

mgaimana telah dikemukakan, bahwa salah satu dari pencapaian yang

me1 jol dari pembinanan madrasah pada masa Orde Lama adalah

pen 1bangan yang intensif terhadap madrasah kegurnan, baik dalam bentuk

Pen ikan Guru Agama maupun sekolah Gurn Hakim Agama. Adapun dalam

pen. 1bangan madrasah pada umumnya, v~riasi kurikulum antar berbagai

perl lpulan masih nampak meskipun sudah mulai diarahkan pada perjenjangan

yan: esuai dengan perjenjangan sekolah. Meskipun belum maksimal, tetapi

perl· ,bangan madrasah pada masa Orde Lama memberikan sumbangan yang

cuk1 penting bagi perkembangan madrasah pada masa berikutnya.

Perl 1bangan jumlah PGA pada tahun 1951 mencapai 25 buah, dan pada 1954

men 1ai 30 buah. Dengan jumlah itu bisa diperkirakan banyaknya guru yang

Page 29: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

21

tel: di cetak sehingga dapat mendukung pendidikan dan pengembangan

m2 .sah dan Pendidikan Agama di Indonesia. Bahkan tidak sedikit diantara

m< :a kemudian menjadi pejabat Departemen Agama.

C. Ma tsah \Vajib Belajar

llam rangka memperkukuh eksistensi madrasah sebagai komponen

pe1 likan nasional, artinya diakui sebagai penyelenggara kewajiban belajar,

set timana tercantum dalam Undang-undang pokok pendidikan dan pengajaran

No r 4 tahun 1950, pada pasal 10 ayat (2) dinyatakan bahwa belajar di sekolah-

se~ h agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap

teh memenuhi kewajiban belajar. 15 Untuk itu, p·emerintah menggariskan

kel ksanaan bahwa madrasah yang diakui dan memenuhi syarat untuk

me ~lenggarakan kewajiban belajar, harus terdaftar pada kementerian agama,

cle1 11 syarat madrasah yang bersangkutan harus memberikan pelajaran agama

set ti mata pelajaran pokok paling seclikit 6 jam seminggu, secara teratur

dis ~ing mata pelajaran umum.

~partemen Agama, dalam rangka melaksanakan program pengembangan

ma sah sebagai pelaksana kewajiban belajar, memperkenalkan maclrasah wajib

bel t· (MWB) pacla beberapa tempat pada 1958.16 Maclrasah Wajib Belajar

dir sudkan sebagai usaha awal untuk memberikan bantuan dan pembinaan

)epag RI .• Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Binbaga, 1986), h. 77 Mulyanto Sumardi, Sejarah Singkat Pendidikan Islam di Indonesia 1945-1975, (Jakarta:

LPI Balitbang Agmna Depag, 1977), h. 54

Page 30: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

22

ma sah dalam rangka penyeragarnan rnateri kurikulum dan sistem

pe1 lenggaraannya dengan Madrasah Ibtidaiyah yang diselenggarakan oleh

ma rnkat.

~del Madrasah Wajib Belajar dapat dipandang sebagai salah satu tonggak

per hbangan dan pernbaharuan madrasah di Indonesia, yang rnerupakan

kor ~usi pemerintah Orde Lama. 17 Diidea1isasikan bahwa kurikulum MWB

me ;rnbangkan tiga perkernbangan yaitu: perkernbangan otak atau akal,

per hbangan hati atau perasaan dan perkembangan tangan atau keterampilan.

Ad: 11 pengorganisasian dan struktur kurikulum se1ia sistem penyelenggaraan

Ma $ah Wajib Belajar cliatur sebagai berikut:1 8

l. ;VB adalah tanggung jawab pemerintah baik mengenai guru-guru, alat-alat, upun buku-buku pelajaran, apabila madrasah memenuhi persyaratan yang bntukan untuk dijadikan madrasah wajib belajar.

2. lricl-murid yang belajar di MWB antara 6 sampai 14 tahun. Adapun tujuan ivB adalah untuk mempersiapkan mutu murid untuk dapat hidup mancliri :1 mencari nafkah, terutama dalam Japangan ekonomi, industrialisasi clan r1smigrasi.

3. !na belajar pada MWB ad a I ah 8 tahun 4. 'ajaran yang diberikan pada MWB terdiri dari kelompok studi : pelajaran

Ima, pengetahuan umum clan keterampilan clan kerajinan tangan. 5. :1nposisi jam pelajaran adalah 25 % pelajaran a.gama, sedangkan 75 %

!uk pengetahuan umum dan keterampilan'atau kerajinan tangan.

1aksum, op. cit,. h. 140 lepag RI., op. cit., h. 79

Page 31: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

23

~dapun materi dan sistem penyelenggaraan pendidikan MWB diatur sebagai

'enentuan rencana pelajaran agama menjadi hak dan kewajiban orgamsas1

tau lembaga penyelenggara madrasah sehingga organisasi atau lembaga

!enyelenggara madrasah rnernpunyai kebebasan untuk rnengatur isi materi

ian rnetode serta sistern pendidikannya termasuk pelajaran agama yang

iajarkan.

2. )epartemen Agama hanya berkewajiban memberikan petunjuk umum dalam

pngaturan penyelenggaraan pendidikan dan pelajaran agama seperti berikut:

Murid-murid harus menghatamkan bacaan al-qur'an dengan baik selama belajar. Mengajarkan membaca dan menulis huruf Arab, yang dimulai dengan kelas III. Pelajaran bahasa Arab diberikan sejak kelas V Disamping ibadah biasa hendaknya murid-murid dibiasakan mengerjakan berbagai ibadah sosial, seperti membersihkan halaman, masjid, pengumpulan derrna, menolong kesengsaraan umum dan lain-lain. 19

fmumnya masyarakat berpendapat bahwa MWB kurang memertuhi

fu linya sebagai lembaga pendidikan agarna Islam, karena kurangnya prosentase

pi idikan dan pelajaran agama yang diberikan yaitu hanya 25 % dari seluruh

m pelajaran yang diajarkan. 20 Sehingga masyarakat kurang menaruh simpati

te clap program MWB ini. Disamping ha! tersebut, MWB juga menghadapi

Hamm Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. kc-I, h.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : RajaGrafindo Pcrsada, 1995), C< e-1, h. 180

Page 32: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

24

ke: la yang berpengaruh terhadap kelangsungan madrasah model MWB, seperti

ke: 1atasan sarana, peralatan dan guru-guru yang disiapkan, serta kekurang

tar 1pan masyarakat dan pihak penyelenggara. Hal lain yang menjadi ganjalan

ba1 penyelenggara MWB adalah kesulitan dalam menerapkan ketentuan-

ke1 uan penyelenggara pendidikan pelajaran agama yang disyaratkan. 21 Oleh

kar : itu, penyelenggaraan MWB tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

dih pkan.

~nariknya, kegagalan tersebut justeru mendorong pemerintah mendirikan

ma sah-madrasah negen secara Iengkap dan terperinci, baik dalam

per jangan maupun materi kurikulum clan sistem penyelenggaraannya.

Ke1 uan materi kurikulum adalah 30 % untuk pelajaran agama dan 70 % untuk

ma1 pengetahuan umum. Tujuan pendiclikan madrasah-madrasah negeri aclalah

unt menjadi model clan standar clalam rangka memberikan ketentuan secara

lebi kongkrit bagi penyelenggara madrasah. Pihak-pihak penyelenggara

mai ;ah diharapkan dapat mencontoh dan mempedomani ketentuan-ketentuan

pen enggaraan madrasah clan clengan demikian diharapkan akan tercapai

kes :;aman mutu dan kualitas madrasah. Selain itu diharapkan madrasah-

ma< :ah negeri dapat menjadi koordinator clalam pelaksanaan evaluasi se1ta

pen taan terhadap madrasah-madrasah swasta di sekitarnya. 22

1epag RI., op. cit., h. 80 •id

Page 33: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

·, •,

25

lapun sistem penyelenggaraan, penJeniangan clan kurikulum pengetahuan

ag< c clan umum pacla madrasah-madrasah negeri, disamakan dengan sekolah-

sei .h umum yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan clan

Ke \ayaan, dengan penjenjangan sebagai berikut:

I. tdrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), madrasah tingkat dasar yang setingkat 1gan SDN dengan lama belajar 6 tahun.

2. tdrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dengan lama belajar 3 tahun yang ingkat dengan Sekolah Menengah Pertama.

3. tdrasah Aliyah Negeri (MAN), madrasah tingkat atas dengan lama belajar 3 .un yang setingkat dengan Sekolah Menengah Umum. 23

ngan demikian, kegagalan Madrasah Wajib Belajar (MWB) ticlak

me1 ikan kelangsungan madrasah bahkan kegagalan tersebut justeru membuat

pen ntah mengeluarkan kebijakan baru dengan mendirikan madrasah-madrasah

neg yang dapat menyeragamkan mutu dan kualitas madrasah sehingga

keb :an tersebut dapat memperkukuh eksistensi madrasah pada akhir era Orde

Lan

epag RI., op. cit., h. 81

Page 34: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

BAB III

POTRET MADRASAH DI ERA ORDE: BARU

A. Mi nsah di Masa Awai Orde Baru

1da masa awal pemerintahan Orde Baru, kebija.kan dalam beberapa ha!

m1 enai madrasah bersifat melanjutkan clan memperkuat kebijakan Orde Lama.

Pa tahap ini madrasah belum dipandang sebagai bagian dari sistem pendidikan

se1 l nasional, tetapi merupakan Iembaga pendidikan otonom di bawah

pe ;wasan Menteri Agama.

al ini disebabkan karena kenyataan bahwa sistem pendidikan madrasah Iebih

di1 iinasi oleh muatan-muatan agama, menggunakan kurikulum yang belum

tel ndar, memiliki struktur yang tidak seragam dan memberlakukan manajemen

ya /curang dapat dikontrol oleh pemerintah. 1 Menghadapi kenyataan ini, maka

la1 ah pertama dalam pembaharuan pendidikan madrasah adalah melakukan

fo tlisasi dan strukturisasi madrasah.

:mnalisasi ditempuh dengan menegerikan sejumlah madrasah dengan kriteria '

te1 tu yang diatur oleh pemerintah, disamping mendirikan madrasah-madrasah

ne i yang baru. Sedangkan strukturisasi dilakukan dengan mengatur

pe njangan dan perumusan kurikulum yang cenderung sama dengan

V!aksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangamiva, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Ce :-2, h. 132

Page 35: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

\ -,

27

pe1 ijangan dan kurikulum sekolah-sekolah di bawah Departemen Pendidikan

dar ebudayaan.

B. Sm Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri dan Implementasinya pada

M2 1sah

·anan dan kontribusi madrasah sangat signifikan ha! ini ditandai dengan

JUIT madrasah yang cukup banyak. Sampai pertengahan dekade 60-an jumlah

ma( 1ah sudah mencapai 13.849 denganjumlah murid sebanyak 2.017.590.2

>agai konsekuensi semua itu, pemerintah memberikan perhatian serius

terh 1p pelaksanaan pendidikan agama. Setelah Indonesia merdeka, lembaga

pen ikan Islam yang sudah berlangsung di masyarakat tidak dihapus, tetap

dija a.n bagian dari sistem pendidikan nasional, termasuk pendidikan Islam.

Den 1 demikian, pendidikan Islam yang terpikirkan eksistensinya dari sistem

pern kan kolonial Belanda, mendapat angin segar dalam pemerintahan

Indc ;ia. Penanganan pendidikan agama diserahkan kepada Departemen Agama,

sed2 can pembangunan sistem pendidikan nasional ditangani oleh Depaitemen

Pern kan dan Kebudayaan.

1isahan pengelolaan tersebut berakibat pada terciptanya dualisme

penc kan di Indonesia. Di satu pihak pendidikan umum yang ditangani oleh

Dep: men Pendidikan dan Kebudayaan untuk melaksanakan rencana

2

1992: lunud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, :t. ke-2, h. 3 94

Page 36: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

28

per likan nasional tidak mengenal pendidikan agama, di lain pihak pendidikan

Ish tidak menerima pengetahuan umum. Pesantren dan Madrasah yang meski

teli :linyatakan menjadi modal dan sumber pendididkan nasional pos1smya

ma: jauh dari sistem.

masyarakat muncul kesan bahwa sekolah agama belum memainkan

per. nnya dalam sistem pendidikan nasional. Bagi pihak Departemen Agama

sist Madrasah dianggap sebagai sumbangan kepada Bangsa baik menurut

tun in zaman modern maupun menurut Islam meskipun ada kesan bahwa mata

pell an umum belum diajarkan secara optimal. Sementara itu, dikalangan

De1 emen Pendidikan dan Kebudayaan sistem Madrasah sering tidak dihargai

seb l sumbangan besar terhadap sistem pendidikan nasional. Pengakuan format

han dipandang sebagai konsesi kepada umat Islam saja. Kemudian, keluarlah

Unc g-undang tahun 1950 yang sangat menguntungkan bagi Departemen

Agi l, khususnya umat Islam, di mana pada Pasal 10 dinyatakan bahwa "Bel ajar

di s !lah agama yang mendapat pengakuan Departemen Agama sudah dianggap

mer luhi kewajiban belajar". 3

partemen Agama menyadari bahwa terpisahnya pendidikan Islam dari

pen ~Iman akan membawa efek negatif bagi bangsa Indonesia, terutama umat

Isla Jika masyarakat muslim tidak mengenal pengetahuan umum, mereka akan

ter~ 11 dari pembangunan nasional. Problema tersebut semakin menguat setelah

/_. asbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Jndone.1fa!;tl,intasa11 SejqraflRertumbuhan dan

Perl. >angannya, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 199.5.), cet. 1, h. 226

Page 37: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

29

ke r Surat Keputusan Bersama (SI<B) antara menteri pendidikan pengajaran

da (ebudayaan dan menteri agama yang mengatur pelaksanaan pendidikan

ag a pada sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta, yang berada di

ba· f asuhan Departemen Agama. SKB tersebut berarti bahwa Departemen

Af a diserahi tugas untuk mengelolah semua pendidikan agama baik disekolah-

sel rh agama maupun sekolah-sekolah umum, sedangkan Departemen

Pe dikan dan Kebudayaan menangani pendidikan pada umumnya dan

me lpat kepercayaan untuk melaksanakan sistern pendidikan nasional.

pe1

tid:

adi

per

yar

sek

per

:kotomi dua rnacam pendidikan tersebut melahirkan corak dualisme

~ikan di Indonesia keadaan ini sempat diperf:entangkan oleh pihak yang

senang dengan adanya pendidikan agama (golongan Komunis), sehingga

lesan seolah-olah pendidikan agama (khususnya Islam), terpisah dari

iikan umum. Mereka yang belajar disekolah agama, seolah berbeda dengan

}elajar di sekolah umum karena perbedaan kurikulum diantara dua macam

,h tersebut. Kurikulum di sekolah agama terdiri dari 70% agama dan 30%

1ahuan umum, sedangkan di sekolah umum hampir I 00% kurikulurnnya '

ber pengetahuan urnum. Perbedaan tersebut menyebabkan adanya

ket /angan antara lulusan sekolah agama dengan sekolah urnurn dalam

me ikses kesempatan pendidikan lanjutan maupun lapangan pekerjaan. Lulusan

sek h agama yang kurang menguasai pengetahuan umum dan berbagai

ket lnpilan sulit mendapat pekerjaan dibanding lTilereka yang berasal dari

sek h umum. Ketimpangan ini mendorong kalangan pengelola lembaga-

Page 38: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

30

lem ii pendidikan agama dan pemerintah mencari pernecahan terus-menerus.

Sali :satu pemecahannya adalah memberikan pendidikan tambahan baik

pen lhuan umum maupun keterampilan kerja di madrasah-madrasah maupun di

pesi ¢n.

mas

jugi

pen:

~kipun kebijakan kepemimpinan Orde Baru serba mendapat dukungan

~kat, tidak berarti baik-baik saja untuk urusan pendidikan agama. Pernah

Ja policy pendidikan yang dikeluarkan pemerintah yang terkait dengan

~nggaraan pendidikan agama yang membuat masyarakat resah.4

la tangal 18 April tahun 1972 pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa

Kef 'san Presiden (Keppres) No. 34 tahun 1972 tentang tanggung jawab

fun1 :nal pendidikan dan latihan.5 Salah satu bunyi UU tersebut adalah bahwa

Mei (i Pendidikan dan Kebudayaan bertugas dan bertanggungjawab atas

peIT 1aan pendidikan umum dan kejuruan. Dua tahun kemudian, Keppres itu

dipe ~as dengan lnpres No. 15 tahun 1974 sebagai aturan pelaksanaannya. Jika

mer ;u kepada ketentuan ini, maka penyelenggaraan pendidikan umum dan

keji ln termasuk di dalamnya pendidikan agama, sepenuhnya menjadi berada di

bal' itanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Secara implisit

pen iill ini mengharuskan penyerahaan penyelenggaraan madrasah kepada

ken !erian Pendidikan dan Kebudayaan. Fenomena ini menunjukan adanya

kete ~gan yang cukup keras antara institusi pendidikan agama dengan

!wito dan Fauzan Asy ( ed), Perken1bangan Pendidikan lsla111 di Nusantara, (Bandung : Ang i, 2005), Cet ke-1, h. 197

Maksum, op. cit., h.146

Page 39: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

31

pen .kan nasional yang sekaligus mengindikasikan belum eksisnya pendidikan

agai sepe1ti halnya pendidikan umum pada masa ini. Bahkan, dengan peraturan

ters• t institusi pendidikan Islam terancam gulung tikar.

,tu saja peraturan kontroversial tersebut mengundang reaksi dari segenap

umr .Islam yang melihat gejala tidak menguntungkan tersebut. Ummat Islam

saat mendesak untuk dilakukan peninjauan ulang terhadap kedua peraturan

ters1 t, Untuk mengatasi kekhawatiran dan tuntutan m11111at Islam, Presiden

men uarkan petunjuk pelaksanaan yang menyatakan bahwa pembinaan

pe111 kan umum adalah tanggung jawab menteri Pendiclikan dan Kebuclayaan,

sedi (an tanggung jawab pendidikan agama menjadi tanggung jawab menteri

Aga , Selain itu, dalam petunjuk pelaksanaan tersebut juga disebutkan bahwa

untl helaksanakan Keppres No. 34 tahun 1972 dan lnpres NO. 15 tahun 1974

dipe <an ada ke1ja sama yang sebaik-baiknya antara Departemen Pendidikan

dan Judayaan, Departemen dalam Negeri clan Departemen Agama.

ha untuk mengatasi ketimpangan antara penclidikan Islam dengan

pern kan umm11 terus diupayakan. Untuk l11enyamakan kedudukan antara

sek< agama dengan sekolah umum diantaranya adalah dengan merubah

kuri um di sekolah agama, sampai akhirnya, sebagai solusinya, berdasarkan

hasi fang kabinet terbatas tanggal 26 Nopember 1974 akhirnya keluarlah Surat

Kep san Bersama Tiga Menteri, antara Menteri Agama, Menteri Pendidikan

dan ebudayaan dan Menteri Dalam Negeri, untuk mengatur kebijakan

ope1 :mal yang terkait dengan Keppres dan lnpres itu. Selanjutnya, pada tanggal

Page 40: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

32

24 aret 1975 ditetapkan mengenai peningkatan mutu pendidikan pada

ma1 ;ah, juga menetapkan :

I. iah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan nilai ijazah

.blah umum yang setingkat.

2. :usan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas

3. usan madrasah dapat pindah ke sekolah-sekolah umum setingkat mulai

i dasar sampai ke Perguruan Tinggi.

lgan demikian sejak 24 Maret 1975 madrasah kita memperoleh dasar

Juri yang agak mantap yaitu dengan lahirnya Keputusan Bersama Tiga Menteri

cq. !nteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam

Neg No. 6 tahun 1975, No. 037/U/ 1975 dan No. 36 tahun 1975.6

at Keputusan Bersama Tiga Menteri tersebut dimaksudkan agar tingkat

pel1 m umum di madrasah mencapai mutu yang sama dengan mutu mata

peli m umum di sekolah umum yang setingkat. Berdasarkan SKB tersebut,

pele 'lll umum di madrasah yang semula hanya 30 % ditingkatkan menjadi 70%.

Dal: · SKB juga dirumuskan mengenai batas dan penjenjangan madrasah.

Ade i penjenjangan madrasah meliputi:

a. tv rasah lbtidaiyah

b. l\ rasah Tsanawiyah

c. rv rasah Aliyah

M. Arifin, Kapita Se/ekta Pendidikan: Islam dan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. ., h. 231.

Page 41: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

33

flk merealisir SKB tersebut, Depmtemen Agama melakukan pene1tiban,

pen; 1gaman dan penyamaan penjenjangan pada madrasah-madrasah dengan

Jang 1-langkah:

a. 1ciutkan jumlah PGAN dan mengubah status sebagian besar PGAN

ebut menjadi Madrasah Tsanawiyah atau Aliyah Negeri.

b. agubah status sekolah persiapan IAIN, menjadi Madrasah Aliah Negeri.

c. ~-PGA yang diselenggarakan oleh pihak swasta, juga harus dirubah

itsnya menjadi madrasah Tsanawiyah atau Madrasah Aliyah.

tin mengadakan penataan tehadap penjenjangan madrasah, untuk

mer• :Sir kesepakatan dalam Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri,

Dep 1men Agama mengeluarkan kurikulum baru pada tahun 1976 yang menjadi

kuri Llm standar.

Kurikulum tersebut dilengkapi dengan pedoman dan aturan

pen; inggaraan pendidikan dan pengajaran pada Madrasah, sesuai dengan aturan

yan1 erlaku pada sekolah-sekolah umum, serta dilengkapi dengan penjelasan

berr li kegiatan dan metode penyampaian program untuk setiap bidang studi

agm lnaupun bidang studi pengetahuan umum. Namun, tidak sedikit madrasah

yan1 tap mempertahankan statusnya sebagai sekolah yang hanya mengajarkan

pen: 1huan agama, disebut "Madrasah Diniyah". Madrasah Diniyah ini terdiri

dari ajenjang, yaitu:

Page 42: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

34

I. .drasah Diniyah Awaliyah. 2. :drasah Diniyah Wustha. 3. .drasah Diniyah Aliyah.7

tnudian pada tahun 1984, keluar surat Keputusan Bersama antara menteri

Pen ikan dan Kebudayaan dengan menteri Agama No. 0299/ U/ 1984 dan No.

45 µn 1984, tentang pengaturan pembakuan kurikulurn sekolah umurn dan

kur :um rnadrasah.8

'at Keputusan Bersama tahun 1984 ini merupakan tindak lanjut dari SKB 3

me1 i tahun 1975. Tujuanya tidak hanya menyamakan madrasah dengan

sek• 1-sekolah umum dalam penjenjangan, mutu pegetahuan umum antara

ma< ;ah dengan sekolah umum, tetapi juga diupayakan penyeragaman dan

pen kuan dalam struktur program dan kurikulum. Dengan demikian lulusan

ma< :ah dapat dan boleh melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang lebih

ting

ka dengan follow up dari Surat Keputusan Bersama dua menteri tersebut

lahi \ kurikulum 1984 untuk madrasah yang tertuang dalam keputusan Menteri ,

Agi :.No. 99 tahun 1984 untuk Madrasah lbtidaiyah, No. 100 tahun 1984 untuk

Ma• mh Tsanawiyah dan No. 10 I tahun I 984 untuk Madrasah Aliyah.9

hgan dikeluarkannya SKB 3 Menteri, madrasah memperoleh dasar juridis

nan dalam implementasinya lulusan madrasah masih mendapatkan perlakuan

ipag RL, op. cit., h. 83 anun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. ke-

1, h. I isbullah, op. cit., h. 185

Page 43: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

35

yan tidak adil terutama dalam memperoleh peke1jaan dan tidak dapat

mel u.tkan ke Perguruan Tinggi Umum disamping itu lulusan madrasah tetap

belt sepadan dengan kualitas lulusan sekolah umum dibidang pelajaran umum

sed1 kan kualitas mereka dibidang agama menurun.

C. Ben nya Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK)

uamya SKB tiga menteri tahun 1975, menunjukkan langkah maju bagi

pos 'madrasah dalam sitem pendidikan nasional. Dengan SKB tersebut,

mac ,ah memiliki persamaan sepenuhnya antara madrasah dengan sekolah-

sek1 , umum dalam mencapai cita-cita pendidikan nasional, dan madrasah

dih: 1kan dapat berperan yang sama dengan sekolah-sekolah umum dalam

mer luhi tuntutan masyarakat.

~iun bersama itu, seperti dikemukakan oleh l-Iasbullah, 10madrasah

mer ~adapi tantangan besar. Madrasah dituntut tidak hanya mampu

mer !rbaiki mutu pendidikan umum sehingga setaraf dengan standar yang

' berl i di sekolah-sekolah umum, tetapi juga harus menjaga mutu pendidikan

aga sebagai ciri khas madrasah.

tuk itu Departemen Agama senantiasa memperhatikan dan meningkatkan

mw curikulum madrasah agar dapat selaras dengan kualitas sekolah-sekolah

UITII

lid., h. 183

Page 44: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

36

tan tetapi, muncul persoalan tersendiri dalam mencapai tujuan pendidikan.

Ku .1lum standar yang ditetapkan oleh Departemen Agama untuk menyamakan

mu madrasah dengan sekolah umum tidak mencapai basil yang maksimal

kar • kurikulum terlalu menuntut siswa untuk menyerap materi pelajaran diluar

bat cemampuan mereka. Bagaimana pun manusia memiliki batas-batas tertentu

unt dapat menyerap apa yang diberikan di sekolah. Akibatnya, hasilnya

me1 Ii tanggung. Di satu pihak siswa mengetahui pengetahuan umum hanya

set< 1h-setengah, di lain pihak penguasaan mereka terhadap pengetahuan agama

tida lendalam.

~dati demikian, tujuan Surat Keputusan Bersama tiga menteri pada tahun

197 sangat positif nilainya bagi mengatasi dualisme pendidikan Islam.

Pen ikan Islam di Indonesia tidak hanya dipusatkaan untuk menguasai

pen: ihuan agama, tetapi juga pengetahuan umum. Generasi Islam harus

dibe i dengan pengetahuan umum disamping pengetahuan agama agar umat

Islai \apat mengikuti perkembangan zaman yang semakin hari kemajuan ilmu

pen1 Iman dan teknologi semakin 111eningkat. Mereka juga harus dibekali

pen1 !man agama sebagai pedoman moral untuk mengendalikan dampak

perk bangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat menggeser nilai-nilai

mon ~manusiaan.

I ; akhirnya, disadari bahwa madrasah tidak akan mampu memenuhi

tuntt masyarakat untuk mencetak tenaga ahli agama.. Lulusan madrasah yang

hany \enguasai pengetahuan agama setengah-setengah, khususnya bahasa Arab

Page 45: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

37

seba lalat utama untuk memahami Islam, sulit dibayangkan kemungkinannya

dapa enjadi tenaga ahli agama.

~ lyadari akan ha! itu, pemerintah berusaha mengadakan terobosan-

terot ln dan usaha tersebut terealisasi dengan keinginan pemerintah mendirikan

Mad \h Aliyah yang bersifat khusus, yang kemudian dikenal dengan nama

Mad th Aliyah Program Khusus (MAPK) 11, berdasarkan keputusan Menteri

Agai l'fo. 73 tahun I 987, yang kemudian diganti namanya menjadi Madrasah

Aliy: keagamaan (MAI() 12• Madrasah ini menitikberatkan pada pengernbangan

dan ' oalarnan ihnu-ilmu agama dengan tidak mengesampingkan pengetahuan

umm ~ebagai usaha pengembangan wawasan. Untuk itu, dilakukan studi

kelai )n untuk menentukan madrasah mana yang dianggap paling

mem

ditet:

Daru

Ko ta

p

suatu

semb

me la

II

12

13

rkinkan untuk ditunjuk sebagai pelaksana program ini. Akhirnya,

!m 5 Madrasah Aliyah Negeri sebagai penyelenggara, yaitu MAN

lam Ciarnis Jawa Barat, MAN Ujung Pandang, MAN I Yogyakarta, MAN

p Padang Panjang Sumatera Barat dan MAN Jember Jawa Timur. 13

jelenggara MAPK melibatkan instansi Pusat Daerah secara terpadu dalam

hi sendiri. Calon-calon siswa yang akan diterima di MAPK tidak

pg siswa, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dan

seleksi yang ketat. Adapun syarat-syaratnya adalah:

1 .. h. 186 lun Asrohah, op. cit., h. 202 l.

Page 46: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

38

I. I niliki ijazah/ STTB Madrasah Tsanawiyah 2. I 1duduki ranking 1-10 DANEM Madrasah Tsanawiyah pad a tingkat Panitia

I velenggara EBTAN dengan nilai bahasa Arab sekurang-kurangnya 7 3. I 1hmr maksimal 18 tahun 4. I fedia tinggal di asrama 5. I \adan sehat 6. ~ ·dapatkan persetujuan orang tua 7. E :elakuan baik. 14

~ [hat syarat-syarat yang tertera di atas, jelas bahwa mereka yang akan

diter di MAPK merupakan siswa Madrasah Tsmrnwiyah Negeri tebaik,

mini! dia harus masuk 10 besar serta nilai bahasa Arab paling rendah 7.

1 ang kurikulum MAPK pada dasarnya merupakan peningkatan kualitas

pilih: 1mu-ilmu agama yang sudah ada. Lulusan MAPK diharapkan menguasai

peng lllan agama lebih mendalam daripada di Madrasah Aliah Negeri. Dan

mem kurikulum 1994 yang merupakan realisasi Undang-undang Nomor 2

tahur 139 tentang sistem pendidikan nasional, MAPK diganti namanya menjadi

Madi h Aliyah Keagamaan (MAK). 15 Yaitu di zaman Menteri agama Tarmizi

Ta he

I\

dapal

akan

be git

14

" 16

dalam

1lui pengembangan di UIN, IAIN, ataupun STAI mereka diharapkan

:menuhi harapan masyarakat dan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan

aga ahli agama sepeiti sebagai Ulama. Namun, tanpa diikuti pembenahan

1ruan Tinggi tersebut sebagai tindak Ianjut dari program MAPK, tidak

1emuaskan hasil yang akan dicapai. Setelah masuk Perguruan Tinggi,

bullah, op, cit., h, 187 !. uddin Nata, Pendidikan Islam di Indonesia: Tantangan dan Pe/uang (disa1npaikan ato Pengukuhan Guru Besar}, h.9

Page 47: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

39

mer 'belajar bersama-sama dengan mereka yang lulus dari MAN atau bahkan

SM fanpa diimbangi oleh kemauan untuk belajar sendiri dan mencari wawasan

'aan di luar kelas, tidak ada bedanya antara mereka yang dari MAPK

mereka yang dari MAN atau SMU. Pada perkembangan selanjutnya,

tam1 ,1ya MAPK yang sudah berjalan, tetap semakin ditingkatkan dan

dike angkan, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

D. Integ ii Madrasah kedalam Sistem Pendidikan Nasional

lrasah mengalami status yang jelas setelah ditetapkannya SKB tiga

Men . Namun, Lahirnya SKB sebenarnya belum benar-benar memberikan

land: 1 yang kokoh karena selain masih tingkat mated juga belum memberikan

In bagaimana sebenarnya eksistensi pendidikan agama dalam sistem

pend lan nasional. Belum adanya kejelasan ini berimplikasi pada status sekolah

agarr vang disebut madrasah yang selalu termarginalkan. 17 Tidak hanya itu,

angg n masyarakat pun sekolah agama sering dipandang hanya sebatas

' al terr f jika dibandingkan sekolah umum. Juga, lulusan madrasah yang kerap

menc tt perlakuan yang tidak adil dalam meneruskan pendiclikan dan

mem )!eh lapangan pekerjaan. Padahal keberadaan sekolah agama telah sesuai

deng: ujuan pendidikan nasional.

B setelah keluarnya undang-undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendi an Nasional, kedudukan lembaga pendidikan agama seperti madrasah

17 lito dan Fauzan Asy (ed), op. cit., h.200

Page 48: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

40

sen \n kokoh. 18 Dengan keluarnya Undang-undang Nomor 2 tahun 1989

ten 6 Sisdiknas, pada akhir dekade 80-an ini madrasah memasuki era integrasi

pei: !ikan kedalam sistem pendidikan nasional. Berbeda dengan peraturan

seb mnya, pendidikan menurut Undang-undang ini tidak hanya bertumpu pada

sek 1. tetapi juga luar sekolah. Semuajenis pendidikan rnenurut Unclang-undang

ini: !JS berada dalam sistem penclidikan nasional.

~gan demikian, berdasarkan peraturan barn ini Maclrasah lbtidaiyah pada

das: va adalah Sekolah Dasar berciri khas Islam, Madrasah Tsanawiyah adalah

SL1 )ertama berciri khas Islam dan Madrasah Aliyah adalah SMU berciri khas

Isla ? Jika sebelumnya terdapat duajenis lembaga pendidikan yaitu sekolah dan

mac 1th, maka berdasarkan peraturan ini madrasah tiada lain dari sekolah umum

yan: \rcirikan Islam.

~ang-undang No. 2 tahun 1989 tentang sisdiknas, merupakaan Undang-

und: yang mengatur penyelenggaraan suatu sisdiknas sebagaimana

dike idaki oleh Undang-undang Dasar 1945. Melalui perjalanan waktu yang ,

cuk1 panjang proses penyusunannya, sejak tahun 1945 sampai tahun 1989,

tamJ nya Undang-undang tersebut juga merupakan puncak dari usaha

men tegrasikan pendidikan Islam ke dalam sisdiknas, sebagai usaha untuk

men langkan dualisme sistem pendidikan yang selama ini masih be1jalan.

Kan ~ya masalah-masalah pendidikan terutama yang menyangkut kurikulum

Page 49: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

41

peni kan, maka semua di bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan

Keb :yaan (Depdikbud). Dengan demikian berarti Undang-undang No. 2 tahun

198' entang sisdiknas tersebut merupakan wadah formal terintegrasinya

penc kan Islam dalam sistem pendidikan nasional, dan dengan adanya wadah

tersi t, pendidikan Islam mendapatkan peluang serta kesempatan untuk terus

dike ~ngkan.

agai tindak lanjut dari sistem pendidikan yang barn tersebut, pemerintah

kem an mengeluarkan kurikulum tahun 1994.20 Namun, dibalik keadaan yang

cukt rnenggembirakan tersebut, di sisi lain justeru ada upaya tidak simpatik,

tidal ~suai dengan tuntutan Undang-undang dan aspirasi yang berkembang

dala nasyarakat. Yakni dalam kurikulum 1994, jam pelajaran agama di sekolah

(kin: :nya SD) malah berkurang jika dibandingkan dengan kurikulum 1986.

dala 'pendidikan Islam, Madrasah lbtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan

Mac ah Aliyah yang semula merupakan jenis pendidikan keagamaan diubah

men .i jenis pendidikan umum. Sebagai konsekuensinya kurikulum 1987 yang ,

terd )ari 30% agama dan 70% urn um, berubah rnenjadi 90% urn um dan I 0%

agar !I semetara pendidikan agama Islam tinggal meru;iakan ciri khusus

kele 11gaan.

rnang madrasah Aliyah (MA) masih diberikan peluang untuk

men rbangkan pendidikan Progarn Khusus Agama Islam, namun ada

1wito dan Fauzan Asy, op. cit., h. 20 I asbullah, Kapita Se/ekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999),

Cet. ., h.71

Page 50: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

42

pers ;itan akademik yang tidak mudah untuk dipenuhi, yakni harus tersedia

asra: siswa dan laboraturium bahasa.22

grasi madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional dengan demikian

buki ~erupakan integrasi dalam arti penyelenggaraan clan pengelola pendidikan,

term k madrasah oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi lebih

pad a •ngakuan yang lebih mantap bahwa madrasah adalah bagian dari sistem

penc ~an nasional walaupun pengelolaannya dilimpahkan pada Departemen

Aga1 23

)$an demikian, solusi tahun tujuh puluhan yang diambil untuk mengatasi

kete: gan pendidikan, antara pendidikan agama dan pendidikan umum, akibat

kelu ya Kepres No. 34 Tahun 1972 tentang Tanggung jawab Fungsional

Pen< kan dan latihan dan lnpres No. 15 tahun 1974 yang mengatur realisasinya,

yan1 emudian melahirkan SKB Tiga Menteri, nampaknya telah dijadikan

sum inspirasi. Peristiwa dan langkah pada periode ini bisa dipandang sebagai

mon strategis bagi eksistensi dan perkembangan madrasah pada masa

beril iya. Madrasah tidak saja tetap eksis dan dikelola di bawah Departeman

Aga tetapi sekaligus diposisikan secara mantap dan tegas sepe1ti halnya

sekc dalam Sistem Pendidikan Nasional.

wito dan Fauzan Asy, lac.cit iepag RI, Hbnpunan Peraturan Perundang-undangan Sisten1 Pendidikan Nasional,

(Jaki Departemen Agama RI, 199411995), h. 19

Page 51: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

•,

BAB IV

DINA! {A PERKEMBANGAN DAN KONTINUITAS MADRASAH PADA

ERA KEMERDEKAAN SAMP AI ORDE BARU

A. Din: ika Perkembangan Madrasah Sejak Era Kemerdekaan Sampai Orde

Bar

kataan madrasah di Indonesia barn populer setelah masuknya ide-ide

peir. 1aruan pemikiran Islam ke Indonesia pada awal abad kedua puluh, dan

dik~ l>rikanlah madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang menyuarakan

ide hbaharuan, 1 berbeda dengan pesantren yang dianggap seba'gai lembaga

pe111 kan tradisional. Dalam perkembangannya, telah tumbuh dinamika

perk bangan yang mengarah kepada perubahan yang prinsipil.

ara yuridis, madrasah belum mendapat status formal sebagai lembaga

pen< kan di Indonesia era merdeka, sebab pemerintah mengadopsi sistem

pen< kan kolonial sebagai model bagi sistem pendidikan nasional. Meskipun

dem m, secara de facto keberadaan dan peranan madrasah dalam mencerdaskan

bani ,tidak bisa dipungkiri. Oleh karena itu, berkat perjuangan umat Islam,

Dep RI yang berdiri tanggal 3 Januari I 946, memberi p{)rhatian khusus kepada

pen< kan madrasah terutama pembinaan program pengajaran dan kelembagaan.

Hal • sebagaimana dapat dilihat pada program Depag bagian C yang tugas

liar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet. ke-7

Page 52: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

44

pok 1ya mengurus masalah-masalah pendidikan agama di sekolah umum, dan

ma~ h pendidikan di sekolah agama (madrasah dan pondok pesantren).

ak Indonesia merdeka telah teijadi tiga fase perkernbangan madrasah yang

mer wa kepada perubahan-perubahan orientasi.

e pertama (1945-1974), pada fase ini madrasah lebih terkonsentrasi kepada

pen1 kan ilmu-ilmu agama, dan diajarkan ilmu pengetahuan umum sebagai

pen< iping dan untuk memperluas cakrawala berpikir para pelajar. Cive/ effect

untl nelanjutkan studi bagi lulusan madrasah terbatas kepada perguruan tinggi

agai (JAIN), kalaupun dapat diterima di perguruan tinggi umum itu pun dalam

bida ilmu-ihnu sosial pada perguruan tinggi swasta. Untuk ke UMPTN

men iat hambatan.

d.rasah pada periode pertama ini adalah dibatasi dengan pengertian yang

tertl . pad a Peraturan Menteri Agama Nomor I Tahun 1946 dan Peraturan

Men • Agama Nomor 7 Tahun 1950, yaitu madrasah mengandung makna:

a. ipat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan memuat pendidikan dan

1 pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya.

b. dok dan pesantren yang memberikan pendidikan setingkat dengan

lrasah.2

entrasi utama madrasah pada fase ini adalah pengembangan ilmu-ilmu

agar karena itu ruang gerak madrasah lebih terbatas baik dari segi melanjutkan

Jar Putra Daulay, Pendidikan Js/a111: Da/a1n Sisten1 Pendidikan 1Vasional di Indonesia, (Jaka Prenada Media, 2004), Cet. ke-1, h. 47

Page 53: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

45

pel!\ n maupun lapangan kerja. Tamatan madrasah seperti halnya berada dan

me!\ i keluarga besar Departemen Agama, baik untuk melanjutkan pelajaran

mau . untuk lapangan peke1jaan.

1ra kelembagaan madrasah belum dipandang sebagai bagian dari sistem

penc <an secara nasional, tetapi merupakan lembaga pendidikan otonom di

baw1 )engawasan Menteri Agama. Hal ini disebabkan karena kenyataan bahwa

siste pendidikan madrasah lebih didominasi oleh muatan-muatan agama,

men. nakan kurikulum yang belum terstandar, memiliki struktur yang tidak

sera1 1 dan memberlakukan manajemen yang kurang dapat dikontrol oleh

pem• tah. Menghadapi kenyataan ini, maka langkah pertama dalam

peml aruan pendidikan madrasah adalah melakukan formalisasi dan

stru~ isasi madrasah. Formalisasi ditempuh dengan menegerikan sejumlah

mad: 1h dengan kriteria tertentu yang diatur oleh pemerintah, disamping

men1 kan madrasah-madrasah negeri yang baru. Sedangkan strukturisasi

dilal< 111 dengan mengatur penjenjangan dan perumusan kurikulum yang

cend ing sama dengan penjenjangan dan kurikulum sekolah-sekolah di bawah

Dep1 lmen Pendidikan dan Kebudayaan.

~ alui sejumlah kebijakan, beberapa modifikasi terhadap madrasah

dilal• \n. Pada tahun 1958 Kementerian Agama mengusahakan pengembangan

mad: 1h dengan memperkenalkan model Madrasah Wajib Belajar (MWB),

diter h selama delapan tal11m, pendidikan MWB ini memuat kurikulum

peng ran yang terpadu antara aspek keagamaan, pengetahuan umum dan

Page 54: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

46

ket npilan. Namun demikian sampai dengan tahap inL madrasah-madrasah di

Ind :sia tetap saja belum terorganisir dan terstruktur secara seragam dan

star

ie kedua (1975-1989), adalah madrasah setelah diberlakukannya Surat

Ke1 1san Bersama (SKB) Tiga Menteri Tahun 1975. Sebelum SKB 3 menteri,

kur um di sekolah agama (madrasah) terdiri dari 70% pengetahuan agama dan

30'? pengetahuan um um, sedangkan di sekolah umum hampir I 00%

kuri umnya berupa pengetahuan umum. Perbedaan tersebut menyebabkan

adai ketimpangan antara lulusan sekolah agama dengan sekolah umum dalam

mer cses kesempatan pendidikan lanjutan maupun lapangan peke1jaan. Lulusan

sek< 1 agama yang kurang menguasai pengetahuan umum dan berbagai

kete 1pilan sulit mendapat peke1jaan dibanding mereka yang berasal dari

sek< umum. Pada tahap in i pemerintah mem ikirkan kemungkinan

mer '.tegrasikan madrasah kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Pemerintah

mer rkuat struktur madrasah baik dalam jenjang rnaupun kurikulumnya

sehi ~a lulusannya rnemperoleh pengakuan y~ng sama degan lulusan sekolah

umt dan dapat rnelanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di sekolah-

sek< 1 yang dikelola oleh Departernen P dan K. Untuk tujuan ini dikeluarkan

keb an berupa Keputusan Bersarna Tiga Menteri tahun 1975 tentang

Pen <atan Mutu Pendidikan pada Madrasah. Dengan demikian, pada fase ini

telal erjadi perubahan orientasi rnadrasah dari lembaga yang konsentrasi

keil: mnya dalam bidang agama, berubah menjadi kosentrasinya pada

Page 55: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

47

per tahuan umum. Batasan madrasah SKB Tiga Menteri adalah: "lembaga

per likan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai dasar yang

dib ~an sekurang-kurangnya 30 % di samping mata pelajaran umum.

lam Surat Keputusan bersama Tiga Menteri Tahun 1975 dicantumkan

tuj1 peningkatan madrasah adalah:

I. zah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah

ium yang setingkat.

2. lusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umurn setingkat lebih atas.

3. wa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.3

bijaksanaan peningkatan mutu pendidikan pada madrasah agar sama

tini ; /sederajat dengan sekolah umum, didikuti dengan diterbitkan Keputusan

Me ri Agama RI No. 70 Tahun 1976 tentang Persamaan Tingkat/derajat

;ah dengan sekolah umum.4 Dengan demikian 111aka inti dari SKB ini

ada :ctiakuinya kesetaraan antara madrasah dengan sekolah sebagai berikut:

a. idrasah Ibtidaiyah (MI) setara dengan Sekolah Dasar (SD)

b. ldrasah Tsanawiyah (MTs) setara de~gan Sekolah Lanjutan Tingkat

rtama (SLTP).

c. tdrasah Aliyah (MA) setingkat dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

laksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 2,h.150-151

.bdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi, (Ja; : RajaGrafindo Persada, 2004), Cet. ke-1. h. 29

Page 56: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

dar

ten

Ma

ma

tinJ

48

;ngan dilaksanakannya SKB Tiga Menteri ini berarti:

Eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam lebih mantap dan kuat. Pengetahuan umum pada madrasah-madrasah lebih meningkat. Fasilitas fisik dan peralatan lebih disempurnakan. Adanya civil effect terhadap ijazah madrasah.5

sudah SKB tiga Menteri, pada tahun 1984 dikeluarkan lagi SKB Menteri P

'dengan Menteri Agama Nomor 299/ U/ 1984 dan Nomor 45 tahun 1984

g Pengaturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Kurikulum

sah. 6 Dalam SKB dua Menteri tersebut clinyatakan bahwa lulusan

sah dapat dan boleh melanjutkan ke sekolah-sekolah umum yang lebih

7

>ninclaklanjuti SKB 2 Menteri tersebut, lahirlah kurikulum 1984 untuk

ma iah, yang tertuang dalam keputusan Menteri Agama Nomor 99 tahun 1984

unt Madrasah lbtidaiyah, Nomor I 00 talnm 1984 untuk Madrasah Tsanawiyah

dar ~mor I 0 I tahun 1984 untuk Madrasah Aliyah.

pskipun madrasah melaksanakan kurikulum SKB tiga Menteri tahun 1975

yar diteruskan dengan SKB dua Menteri tahun 1984, tetapi secara formal

ma ~ah sebenarnya sudah menjadi sekolah umum yang menjadikan pendidikan

agi l sebagai ciri khas kelembagaannya. Karena itu :;ejak saat itu madrasah

me ilami semacam dilema, disatu pihak pengetahuan umum secara kuantitas

aidar Putra Dau lay, op. cit., h. 152 iasbullah, Kapita Se/ekta Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1999), Cet.

ke-'. 76 anun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. ke-1,

h.2

Page 57: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

49

dan I litas telah mengalami peningkatan, akan tetapi dilain pihak justeru

pengt 1an siswa terhadap ilmu pengetahuan agama menurun. Karenanya, sangat

tidak ngkin lahirnya figur-figur kiai atau ulama dari madrasah tersebut.

M •adari kenyataan tersebut, pemerintah berusaha semaksimal mungkin

denga 1engadakan berbagai terobosan, dan akhirnya usaha tersebut terealisasi

denga danya keinginan pemerintah untuk mendirikan Madrasah Aliyah yang

bersifl husus, yang kemudian dikenal dengan nama Madrasah Aliyah Program

Khusu MAPK) yang menitikberatkan pada pengembangan dan pendalaman

ilmu-i keagamaan dengan tidak mengesampingkan ilmu-ilmu umum sebagai

usaha gembangan wawasan.

Fa: ketiga (1990-berakhirnya Orde Baru), adalah fase madrasah setelah

mulai ~rlakukannya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 (UUSPN) dan diikuti

dengar 1.aksanaan PP No. 28 dan 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan

Menen 1.

Lai ah-langkah strategis dalam rangka mengembangkan kebijaksanaan agar

madras pada gilirannya menjadi sekolah ummn dapat diwujudkan setelah

diberla :~nnya Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasion

Set ii pelaksanaan undang-undang tersebut di dalam Peraturan Pemerintah

No. 28 hun 1990 tentang Pendidikan Dasar dalam Bab Ill Pasal 4 Ayat (3)

disebut bahwa: "Sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama yang berciri khas

agama nn yang diselenggarakan oleh Departemen Agama masing-masing

Page 58: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

50

disel Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah". Dan sementara itu

dala :eputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0489/V/1992 tentang

Sekc Menengah Umum dalam Pasal I Ayat (6) disebutkan bahwa: "Madrasah

Aliy; :ldalah SMU yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh

Depi rnen Agama".

1 .k ada perbedaan status antara madrasah dengan sekolah umum setelah

dibe1 ukannya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas. Perbedaan yang

nam1 hanya dalam muatan kurikulumya. Mengenai kurikulum ini, dalam

perki >angannya telah beberapa kali mengalami perubahan sampai dengan

dibe1 µkannya kurikulum 1994 yang memuat lebih kurang I 0% pendidikan

agarr 'an 90% pengetahuan umum.

~ rasah pada periode ini disebut sebagai sekolah yang berciri khas Islam.

Peng annya bahwa seluruh programnya sama dengan sekolah yang ditambah

deng [lnata pelajaran agama Islam sebagai ciri keislamannya. Pada tingkat

rendi ~isebut madrasah Ibtidaiyah setara dengan Sekolah Dasar yang berciri

khas am, Madrasah Tsanawiyah adalah sekolah lanjutan yang berciri khas

Islarr m pada tingkat menengah disebut madrasah Aliyah sama dengan sekolah

ment ah yang berciri khas agama Islam. Namun, tidak sedikit madrasah yang

tetap empertahankan statusnya sebagai sekolah yang hanya mengajarkan

peng man agama, yang disebutmadrasah diniyah.

Page 59: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

51

B. Kor uitas dan Perkembangan Madrasah Scjak Era Kemcrdekaan Sampai

On ~aru

rbagai pembaharuan telah terjadi di madrasah, yang semula sebagai

pen ikan agama, seperti model madrasah Diniyah Zaenudin Labay (1915),

ma1 :ah Diniyah Putri Rangkayo Rahmah el-Yunusiyah (1923) sampai pada

ma< :ah salafiyah model Tebu lreng. Madrasah-madrasah tersebut, meskipun

tela nemasukan mata pelajaran umum ke dalam kurikulum, namun mata

peli ~n agama masih sangat dominan. Hal ini tidak bergeser dari maksud dan

tuju jnasyarakat muslim mendirikan madrasah yaitu tafaquh fide/in, mencetak

kad mder pemimpin Islam. Jadi, corak keislaman tetap menjadi orientasi dalam

pen ikan madrasah.

:ara historis, pada tahap-tahap awal kontinuitas dan perkembangan

mac ~h tidaklah begitu mulus, kendatipun didirikan dengan nama madrasah,

sem yang dikehendaki ialah suatu lembaga pendidikan dengan sistem klasikal,

yan i dalamnya anak didik mendapatkan ilmu pengetahuan agama dan umum

' sec: berimbang. Tetapi pada prakteknya, hanya dicerminkan oleh sistem

kla1 lnya saja, sementara kurikulum yang diajarkan tetap semata-rnata bidang

stuc gama. Karena itu banyak madrasah pada tahap .. tahap awal ini tidak beda

den pesantren tradisional yang sudah lama be1jalan.

:i kenyataan-kenyataan tersebut, maka oleh Departemen Agama

diac mlah upaya-upaya untuk peningkatan kualitas madrasah, yang salah satu

asp1 ya adalah kurikulum. Untuk masalah kurikulum ini, dalam

Page 60: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

52

perk1 mngannya telah beberapa kali diadakan perubahan, dari yang muatannya

lebih nyak pengetahuan agama ketimbang pengetahuan umum sampai dengan

dibe1 ukannya kurikulum 1994 , yang memuat lebih kurang I 0% pendidikan

agarr an 90% pengetahuan umum.

S :m pendidikan dan pengajaran yang digunakan di madrasah merupakan

perpi

sekol

ditin1

deng

madr

agarr

an antara sistem

sekolah modern.

Jkan, dan berdiri

sekolah-sekolah

h tersebut masih

pondok pesantren dengan sistem yang berlaku pada

Pada perkembangan berikutnya sistem pondok mulai

madrasah-madrasah yang mengikuti sistem yang sama

modern. Namun dcmikian, pada tahap-tahap awal

bersifat diniyah yang cuma mengajarkan pengetahuan

1 paknya ide-ide pembaharuan yang bcrkembang di dunia Islam dan

keba: ,itan nasional bangsa Indonesia sangat besar pengaruhnya, sedikit demi

sedik 'elajaran umum masuk ke dalam kurikulum madrasah, clan terus berproses

seba1 nana digambarkan terdahulu. Buku-buku pelajaran agama mulai disusun

khus sesuai dengan tingakatan madrasah, sebagaimana halnya dengan buku-

buku engetahuan umum yang berlaku di sekolah-sekolah umum. Bahkan

kem1 in timbulah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem penjenjangan dan

bentt /.entuk sekolah modern, seperti Madrasah lbtidaiyah (Ml) untuk tingkatan

Page 61: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

53

dasar ladrasah Tsanawiyah (MTs) untuk tingkatan SMP dan ada pula Kuliah

Mual :in (pendidikan guru) yang disebut normal lslam.8

C i11 tahap selanjutnya, penyesuaian tersebut demikian terpadunya, sehingga

tidak lnpak perbedaannya, kecuali pada kurikulum dan nama madrasah yang

diem! dengan Islam. Kurikulum madrasah masih mempertahankan agama

seba~ 'mata pelajaran pokok, walaupun dengan proscntase yang berbeda.

Keirn irian Agama mulai mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap

sister iendidikan madrasah. Kementerian Agama mcrasa perlu menentukan

kriter l)adrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama untuk madrasah-

madr 1 yang berada dalam wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran

agam \bagai mata pelajaran pokok paling sedikit 6 jam seminggu.

P akhirnya pada masa Orde Baru telah mengantarkan madrasah menjadi

sekol yang berciri khas Islam. Ketika madrasah menjadi sekolah yang berciri

khas am, ada nilai esensial dan spiritual yang tetap dipertahankan oleh

madr. ~. Nilai esensial yang dipertahankan yaitu ajaran agama sebagai kontrol

mora ~dangkan nilai spiritualnya yaitu ajaran agams, sebagai ruh dalam

mere: h perubahan di masyarakat

8 J 1)md Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1985), h.103

Page 62: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

BABY

PENUTUP

A. Kesirr Jan

B asarkan hasil penelitian dan analisa yang peneliti lakukan mengenai

konti1

Baru,

I. D

ak

un

2. I«

pe

ba

sci

set

da

da

~s dan perkembangan pendidikan Islam sejak kemerdekaan sampai Orde

)g dalam hal ini adalah madrasah, maka dapat ditarik kesi111pula11:

nika perkembangan madrasah mengarah kepacla perubahan yang pada

~ya pada masa Orde Baru telah 111engantarkan madrasah menjadi sekolah

1 yang berciri khas Islam.

nu itas dan perkembangan madrasah tidak lepas dari ide-ide

aharuan yang berkembang di dunia Islam dan kebangkitan nasional

a Indonesia. Walaupun pada akhirnya status madrasah sama dengan

1h umum, namun kurikulum di madrasah tidak menghilangkan sama

muatan ilmu pengetahuan agama. Hal ini tidak bergeser dari maksud

'ujuan masyarakat muslim mendirikan madrasah yaitu tafaquh jiddin

rangka mencetak kader-kader pemimpin Islam. Jadi, corak keislaman

tet nenjadi orientasi dalam pendidikan madrasah.

Page 63: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

55

B. Sar saran

1. :idrasah dalam sejarah dan kontinuitas perkembangannya telah mengalami

berapa tahapan sehingga seperti sekarang. Madrasah telah mendapatkan

1gakuan secara formal sebagai lembaga yang setara dengan sekolah umum.

tuk memajukan madrasah, tenaga pendidik yang profesional tentunya tak

a diabaikan, maka perlu sekali diadakan berbagai penataran dan pelatihan

1g dikhususkan untuk tenaga pendidik.

2. ar tercapai esensi madrasah sebagai sekolah yang berciri khas Islam, maka

·ikulum yang diaplikasikan di madrasah seharusnya persis sama dengan di

olah baik materinya begitu juga waktu pelaksanaannya. Disamping itu,

ka pelaksanaan kurikulum agama tidak hanya terfo'rns pada intrakurikuler

1, selanjutnya dapat dikembangkan pada kegiatan ekstrakurikuler.

3. Ju dibuat peraturan khusus mengenai pendirian rnadrasah demi menjaga

litas madrasah dan out put yang clihasilkan agar c:itra madrasah di dunia

didikan dapat mengharumkan negara.

4. 1dati madrasah sudah mendapatkan pengakuan secara formal sebagai

baga yang sama dengan sekolah umum, namun secara kultural lembaga­

baga pendidikan sekolah yang berciri khas Islam ini (madrasah) belum

at memikat hati sebagian umat Islam, untuk itu perlu terus meningkatkan

litas out put-nya sehingga pada akhirnya madrasah akan menjadi prioritas

na sebagai lembaga yang dipercaya dapat memajukan anak bangsa.

Page 64: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

Arief, f

Arifin, :

Asrohat

Azra, i

Daud, A

Dau lay, J

Depag F

J

Fajar, A (

-------, R

Hasbulli I

-------, R

-------, }

~

Hadi, S1 I

DAFTAR PUSTAKA

1ai, Prof, Dr., Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press, 2005, : ke-1

~., Kapita Selekta Pendidikan: Islam dan Umum, .Jakarta : Bumi Aksara, I, Cet. ke-1

Ianun, M. Ag, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana !!mu, 9, Cet. ke-1

umardi, Prof, Dr, M.A., Pendidikan Islam: Tradisi clan Modernisasi rzefu Milenium Baru, Jakarta: Logos Wacana llmu, 1999, Cet. ke-1

Vlohammad, Prof, S.H dan Habibah Daud, S.1-1., Lembaga-lembaga Islam /donesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995, Cet. ke-1

;idar Putra, Prof, Dr, M.A., Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan ional di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2004, Cet. ke-1

iejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Dirjen Binbaga, 1986

lpunan Peraturan Perundang-undangan Sis/em Pendidikan Nasional, 1rta: Departemen Agama RI, 1994/ 1995

!tlik, Prof., Madrasah clan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, 1999, ike- 2

!ientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Qunia, 1999, Cet. Ke-1

Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : RajaGrafindo Persada, ), Cet. ke-1

'ientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999, Cet. ke-1

ita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: RajaGrafindo persada, 1999, Cet. t

mo, Prof, Ors, M.A., Metodologi Reaseach, Yogyakarta: Andi Offset, 7, Cet. ke-19

Page 65: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

Hasbull

Jabali,

Madjid,

Maksun

Marsoni I

57

Drs., Sejarah Pendidikan Islam: Lintasan sejarah pertumbuhan dan tembangan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996, Cet. ke-2

td dan Jarnhari, JAIN: Modernisasi Islam di Jndonesia,Jakarta: Logos bana Ilrnu, 2002, Cet. ke-1

rcholish, Dr., Bilik-bilik Pesantren, Jakarta: Pararnadina, 1997, Cet. ke-1

)r., Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta : Logos Wacana J, 1999, Cet. ke-1

Drs., Undang-undang 1945 dengan Perubahan-perubahannya, Jakarta: iEko Jaya, 2003, Cet. Ke-4

Mochtai Y!aksurn, Dr, M.A., Transformasi Pendidikan Islam: dalam Pesantren w Depan, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, Cet. ke-1

Mustafa J

Nasutio I

Nata, A

-------, j

l

Nazir, I I

Noer, C

Shaleh,

''

-------,

.A, Drs dan Abdullah Aly, Drs., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, dung : Pustaka Setia, 1999, Cet. ke-2

).M. Yunan, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan, Jakarta: PT. an Bintang, 1988, Cet. ke-1

ldin, Prof, Dr (eel), Kapita Selekta Pendidikan l~lam, Bandung: Angkasa, 3, Cet. ke-1 o

didikan l~lam di Indonesia: Tantangan dan Peluang, (disarnpaikan dalarn lto Pcngukuhan Guru Besar)

1arnrnad, Ph.D., Metode Penelitian, Jakar}a: Ghalia Indonesia, 1998, Cet. l

tr, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1995, . ke-7

1dul Rachrnan, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi, a1ta: PT. Gernawindu Pancaperkasa, 2000, Cet. ke-1

irasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Jakmta: PT RajaGrafindo Persada, 4, Cct. ke-1

nyelenggaraan Madrasah Peraturan Perundangan, Jakarta: Dharrna tkti, 1984

Page 66: 1ADRASAH DI E i. KEMERDEI

58

Steenbr Karel A., Pesantren, Madrasah, Seka/ah, Jakarta :LP3ES, 1994,Cet. ke-2

Suryabr . Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1995,Cet. ke-10

Suwito, )f, Dr, M.A dan Fauzan Asy, M.A (ed), Perkembangan Pendidikan Islam Tusantara, Bandung : Angkasa, 2005, Cet ke-1

Tebba, dirman, Islam Menuju Era Reformasi, Yogyakarta: Tiara Wacana ~yakarta, 2001, Cet. ke-1

Tim Pe sun, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam ;eri Jakarta, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2002, Cet. ke-2

Yatim, fri, Dr, MA, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Jakarta: aGrafindo Persada, 2000, Cet. ke-10

Yunus, thmud, Prof, Dr, H., Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta tiara Sumber Widya, 1992, Cet. ke-2

ZuhairiJ ?I. al., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, Cet. ke-5