168799555 sistem syaraf sensorik hidung

23
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian lebih dari biasanya, merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai indra penghidu, menyiapkan udara inhalansi agar dapat digunakan paru-paru, mempengaruhi reflek tertentu pada paru-paru dan memodifikasi bicara. Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan serta persarafannya, serta fisiologi hidung. Untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat di dalam hidung perlu diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan hidung. Setelah mempelajari embriologi, anatomi, fisiologi, pemeriksaan hidung serta dua penyakit terbanyak dari hidung diharapkan dokter muda dapat menjelaskan mengenai mekanisme penyakit-penyakit yang tersering guna menambah pengetahuan dokter muda sehingga mudah dalam menangani kasus yang ada. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan masalah yang akan diangkat menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu Bagaimana system sensorik Hidung C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Bagaimana system sensorik Hidung 2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan

Upload: andi-oktafianto

Post on 09-Feb-2016

88 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian lebih

dari biasanya, merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap

lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung mempunyai beberapa fungsi

antara lain sebagai indra penghidu, menyiapkan udara inhalansi agar dapat

digunakan paru-paru, mempengaruhi reflek tertentu pada paru-paru dan

memodifikasi bicara.

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung

perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian

luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan serta

persarafannya, serta fisiologi hidung. Untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat

di dalam hidung perlu diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan hidung.

Setelah mempelajari embriologi, anatomi, fisiologi, pemeriksaan hidung serta

dua penyakit terbanyak dari hidung diharapkan dokter muda dapat menjelaskan

mengenai mekanisme penyakit-penyakit yang tersering guna menambah

pengetahuan dokter muda sehingga mudah dalam menangani kasus yang ada.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis menarik rumusan masalah yang akan

diangkat menjadi pembahasan dalam makalah ini yaitu Bagaimana system

sensorik Hidung

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana system sensorik Hidung

2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan

Page 2: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Hidung

Secara anatomi, hidung adalah penonjolan pada vertebrata yang mengandung

nostril, yang menyaring udara untuk pernapasan. Hidung sebagai suatu istilah,

dapat juga digunakan untuk menunjukkan ujung sesuatu, seperti hidung pada

pesawat terbang.

Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi

menghirup udara pernapasan, menyaring udara, menghangatkan udara

pernapasan, juga berperan dalam resonansi suara.

Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang berupa

bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut

saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau

mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh

selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung.

B. Anatomi dan Embriologi Hidung

Pada embriologi hidung yang berasal dari neural crest cell minggu ke-4, terletak

di daerah muka tengah bagian bawah (caudal midface) dimana membentuk 2

placodes yang berkembang simetris yaitu :

- medial (septum, philtrum, dan premaxilla)

- lateral (sisi hidung)

- inferior (stomodeum)

- Nasobucal choane pada minggu ke 10

Koane merupakan pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian belakang yang

menghubungkan dengan nasofaring.

Selama minggu keenam, lubang hidung makin bertambah dalam sehingga

karena pertumbuhan tonjolan-tonjolan hidung sekitarnya dan sebagian lagi

Page 3: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

3

karena penembusan ke dalam mesenkim di sekitarnya. Pada mulanya membrana

oronasalis memisahkan lubang hidung dari rongga mulut sederhana, tetapi

setelah selaput ini pecah, bilik – bilik hidung sederhana bermuara ke dalam

rongga mulut melalui lubang – lubang yang baru terbentuk, yaitu choana

sederhana. Choanae ini terletak pada sisi kanan dan kiri garis tengah dan tepat

di belakang langit primer. Kelak dengan terbentuknya langitan sekunder dan

perkembangan bilik – bilik hidu ng sederhana selanjutnya, choanae tetap terletak

pada peralihan antara ronga hidung dan pharynx.

Sinus paranasalis berkembang sebagai divertikula dinding lateral

hidung dan meluas ke dalam tulang maxilla, ethmoidalis, frontalis dan

sphenoidalis. Sinus – sinus ini mencapai luas maksimumnya pada masa pubertas

dan dengan demikian sangat mendukung bentuk wajah yang tetap.

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

1) Pangkal hidung (bridge),

2) Dorsum nasi,

3) Puncak hidung,

4) Ala nasi,

5) Kolumela dan

Page 4: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

4

6) Lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi

oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan

atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari 1) tulang hidung

(os nasalis), 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal,

sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang

terletak di bagian bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis

superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai

kartilago alar mayor, 3) beberapa pasang kartilago alar minor dan 4) tepi anterior

kartilago septum.

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi

kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian depan disebut nares

anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang

menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring. Bagian dari kavum nasi yang

letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat dibelakang nares anteriror, disebut

vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar

sebasea dan rambut-rambut panjang yang disebut vibrise.

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial,

lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi. Septum

dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah lamina

Page 5: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

5

perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila dan krista nasalis os

palatina. Bagian tulang rawan adalah kartilago septum (lamina kuadrangularis)

dan kolumela.

Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan periostium

pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh mukosa hidung.

Bagian depan dinding lateral hidung licin, yang disebut ager nasi dan

dibelakangnya terdapat konka-konka yang mengisi sebagian besar dinding lateral

hidung.

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya

paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil adalah konka

media, lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut

konka suprema.

Konka inferior merupakan tulang

tersendiri yang melekat pada os maksila

dan labirin etmoid, sedangkan konka

media, superior dan suprema merupakan

bagian dari labirin etmoid.

Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit

yang disebut meatus. Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus

inferior, medius dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior

dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior

terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak diantara

konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat

muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus

superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka mediaterdapat

muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

Page 6: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

6

C. Bagian-Bagian Hidung

1. Lubang hidung berfungsi untuk keluar masuknya udara.

2. Rambut hidung berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ketika bernapas.

3. Selaput lendir berfungsi tempat menempelnya kotoran dan sebagai indra

pembau.

4. Serabut saraf berfungsi mendeteksi zat kimia yang ada dalam udara

pernapasan.

5. Saraf pembau (silia) berfungsi mengirimkan bau-bauan yang ke otak.

D. Fungsi Hidung

Fungsi hidung ialah untuk jalan napas, alat pengatur kondisi udara (air

conditioning), penyaring udara, sebagai indra penghidu, untuk resonansi suara,

turut membantu proses bicara dan refleks nasal.

Silia/reseptor berdiri diatas tonjolan mukosa yang dinamakan vesikel

olfaktorius dan masuk ke dalam lapisan sel-sel reseptor olfaktoria. Diantara sel-

sel reseptor (neuron) terdapat banyak kelenjar Bowman penghasil mukus

(mengandung air, mukopolisakarida, antibodi, enzim, garam-garam dan protein

Page 7: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

7

pengikat bau (G-protein). Sel-sel reseptor satu-satunya neuron sistem saraf pusat

yang dapat berganti secara reguler ( 4-8 mgg) (tempat transduksi). Kecepatan

aliran udara pada saat inspirasi sebesar 250 ml/sec. Inspirasi dalam

menyebabkan molekul udara lebih banyak menyentuh mukosa olfaktorius dan

sensasi bau tercium. syarat zat-zat yang dapat menyebabkan perangsangan

penghidu :

- Harus mudah menguap mudah masuk ke liang hidung

- Sedikit larut dalam air mudah melalui mukus

- mudah larut dalam lemaksel-sel rambut olfaktoria dan

ujung luar sel-sel olfaktoria td dari zat lemak .

Zat-zat yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan mukus

yang berada pada permukaan membran. Pada inspirasi, udara masuk melalui

nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun ke

bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau

arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan

yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara

memecah, sebagian akan melaui nares anterior dan sebagian lain kembali ke

belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

Pada musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari

lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi keadaan

sebelumnya.

Page 8: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

8

Mengatur suhu. fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh

darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas,

sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara

setelah melalui hidung kurang lebih 37 oC. Fungsi hidung sebagai pengatur

kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam

alveolus paru. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan

mengatur suhu.

Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir

(mucous blanket).

Menyaring udara berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu

dan bakteri dandilakukan oleh : rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia,

serta palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut

lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin.

Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. Faktor lain ialah

enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, yang disebut lysozyme.

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan

menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau

hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).

Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh

lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal rongga mulut

tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran darah. Hidung juga

bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap

rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau

dapat dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila

menarik napas dengan kuat.

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan

saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Page 9: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

9

E. Cara Kerja Alat Penciuman

Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel

pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf

kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya akan bergabung membentuk

serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus

olfaktorius). Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara

inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat larut dalam lendir hidung,

sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian

timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung

menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini

menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian

bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls dijalarkan ke

daerah pembau primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.

Page 10: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

10

F. Kelainan Hidung Dan Penyebabnya

1. Kelainan Gangguan pada Hidung karena Anesmia

Anesmia ialah kehilangan rasa bau akibat:

a) Penyumbatan rongga hidung, misalnya pilek, terdapat polip atau tumor di

rongga hidung.

b) Sel rambut rusak pada infeksi kronis.

c) Gangguan pada saraf I, bulbus dan traktus olfaktorius atau korteks otak.

2. Kelainan Gangguan pada Hidung karena Hidung berdarah/Mimisan

(Kedokteran: epistaksis atau Inggris: epistaxis) atau mimisan.

Mimisan adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar

melalui lubang hidung.Ada dua tipe pendarahan pada hidung:

a. Tipe anterior (bagian depan)

Merupakan tipe yang biasa terjadi. Dalam kasus tertentu, darah dapat

berasal dari sinus dan mata. Selain itu pendarahan yang terjadi dapat

masuk ke saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan muntah.

b. Tipe posterior (bagian belakang). Secara Umum penyebab epistaksis

dibagi dua yaitu :

1. Lokal

Penyebab lokal terutama trauma, sering karena kecelakaan

lalulintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada hidung)yang disertai

patah tulang hidung(seperti pada gambar di halaman ini),mengorek

hidung yang terlalu keras sehingga luka pada mukosa hidung, adanya

tumor di hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung)

biasanya pada anak-anak, atau lintah yang masuk ke hidung, dan

infeksi atau peradangan hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis)

2. Sistemik

Penyebab sistemik artinya penyakit yang tidak hanya terbatas

pada hidung, yang sering meyebabkan mimisan adalah hipertensi,

infeksi sistemik seperti penyakit demam berdarah dengue atau

Page 11: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

11

cikunguya, kelainan darah seperti hemofili, autoimun trombositipenic

purpura.

G. Penyakit Pada Hidung dan penyebabnya

1. Rinitis Alergi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi

alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen

yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan

ulangan dengan alergen spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986).

Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on

Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,

rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang

diperantarai oleh Ig E.

Penyakit ini merupakan masalah kesehatan global yang menyerang

kira-kira 10-50% penduduk dunia, yang dapat mengganggu kualitas hidup,

kualitas pendidikan di sekolah dan produktvitas kerja. (atopi). RA merupakan

penyakit umum dan sering dijumpai. Prevalensi penyakit RA pada beberapa

Negara berkisar antara 4.5-38.3% dari jumlah penduduk dan di Amerika,

merupakan 1 diantara deretan atas penyakit umum yang sering dijumpai.

Meskipun dapat timbul pada semua usia, tetapi 2/3 penderita umumnya mulai

menderita pada saat berusia 30 tahun. Dapat terjadi pada wanita dan pria

dengan kemungkinan yang sama. Penyakit ini herediter dengan predisposisi

genetik kuat. Bila salah satu dari orang tua menderita alergi, akan memberi

kemungkinan sebesar 30% terhadap keturunannya dan bila kedua orang tua

menderita akan diperkirakan mengenai sekitar 50% keturunannya.

2. Sinusitis

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus

yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoid,

sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut

Page 12: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

12

multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pan

sinusitis.

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan

kelancaran klirens dari mukosiliar didalam komplek osteo meatal (KOM).

Disamping itu mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat

yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap kuman yang masuk bersama

udara pernafasan.

Bila terinfeksi organ yang membentuk KOM mengalami oedem,

sehingga mukosa yang berhadapan akan saling bertemu. Hal ini menyebabkan

silia tidak dapat bergerak dan juga menyebabkan tersumbatnya ostium. Hal ini

menimbulkan tekanan negatif didalam rongga sinus yang menyebabkan

terjadinya transudasi atau penghambatan drainase sinus. Efek awal yang

ditimbulkan adalah keluarnya cairan serous yang dianggap sebagai sinusitis

non bakterial yang dapat sembuh tanpa pengobatan. Bila tidak sembuh maka

sekret yang tertumpuk dalam sinus ini akan menjadi media yang poten untuk

tumbuh dan multiplikasi bakteri, dan sekret akan berubah menjadi purulen

yang disebut sinusitis akut bakterialis yang membutuhkan terapi antibiotik.

Jika terapi inadekuat maka keadaan ini bisa berlanjut, akan terjadi hipoksia

dan bakteri anaerob akan semakin berkembang. Keadaan ini menyebabkan

perubahan kronik dari mukosa yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan

polip dan kista.

H. Syaraf Yang Ada Di Hidung

Saraf olfaktori atau saraf kranial I adalah saraf pertama dari dua belas saraf

kranial. Saraf ini penting dalam penciuman. Saraf kranial I (Olfaktorius)

merupakan sel reseptor utama untuk indera penciuman. Saraf ini memonitor

asupan bauan yang dibawa udara ke dalam sistem pernapasan manusia dan sangat

menentukan rasa, aroma dan palatabilitas dari makanan dan minuman. Selain

fungsinya yang dalam meningkatkan nafsu makan melalui bauan, Saraf

Page 13: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

13

Olfaktorius juga dapat berperan dalam memperingatkan adanya makanan yang

busuk, kebocoran gas, polusi udara, dan asap yang berbahaya untuk tubuh. Selain

itu saraf olfaktorius juga berperan sebagai elemen yang menengahi komunikasi

dasar (misalnya, interaksi ibu-bayi).

Ada beberapa jenis kelainan yang bisa timbul dalam proses pembauan seperti

hyposmia, cacosmia, Parosmia,dan anosmia

Hyposmia adalah penurunan sebagian dari nilai rasa bau. Umunya tidak

disebabkan kelainan neurologis, tapi berasal dari kelainan dalam hidung itu

sendiri.

Parosmia adalah pengenalan yang salah dari bau

Cacosmia persepsi yang abnormal dari bau yang tidak menyenangkan (dengan

atau tanpa substrat yang sebenarnya menjadi berbau).

Anosmia, ketidak mampuan total dari indera penciuman.

I. Sistem Syaraf Sensorik Hidung

Nervus olfaktorius atau disebut juga nervus pembau terdistribusi pada

membran mukosa regio olfaktori cavitas nasal. Cavitas nasal merupakan daerah

yang terletak di sekitar concha nasalis superior hingga septum nasal. Nervus

olfaktorius berasal dari processus sentral sel-sel olfaktorius membran mukosa

nasal. Nervus ini membentuk jejaring plexiform pada membran mukosa dan

kemudian terkumpul menjadi 20 cabang. Cabang ini kemudian menembus lamina

et foramina cribosa os ethmoidale menjadi dua kelompok, yaitu kelompok lateral

dan medial. Nervus ini berakhir pada glomerulus bulbus olfaktorius. Setiap

cabang dilindungi selubung duramater dan piamater. Lapisan selubung duramater

menghilang di periosteum hidung sedangkan selubung piamater menghilang di

neurolemma nervus.

Nervus olfaktorius merupakan nervus tak bermedula dan terdiri atas silinder

beraksis dikelilingi oleh selubung. Pusat olfaktori pada korteks dihubungkan

dengan rhinencephalon.

Page 14: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

14

Nervus olfactorius berkembang dari sel-sel ektoderm yang ada pada sulci

olfactorius. Sel-sel ini mengalami proliferasi dan kemudian diistilahkan sel-sel

olfactorius. Akson sel-sel olfactorius berkembang menjadi bulbus olfactorius dan

membentuk nervus olfactorius

Nervus Olfaktorius mengantarkan bau menuju otak dan kemudian diolah lebih

lanjut (sebagai saraf sensoris). Dengan mata tertutup dan pada saat yang sama

satu lubang hidung ditutup, klien diminta membedakan zat aromatis seperti kopi,

teh, tembakau, cengkeh. Klien harus diuji penghidunya pada masing-masing

lubang hidung. Klien diminta untuk menunjukkkan saat deteksi pertama bau, dan

jika memungkinkan mengidentifikasi bau tersebut. Persepsi bau lebih penting

daripada identifikasi bahan yang benar.

Penyakit pada hidung seperti sinusitis, alergi, ISPA merupakan penyebab

tersering hilangnya kemampuan menghidu. Tumor pada sulkus olfaktorius

merupakan penyebab neurologis hilangnya penghiduan. Sumbatan hidung harus

dihilangkan menggunakan dekongestan nasal sebelum pemeriksaan.

Rongga hidung mempunyai tiga lapisan yang dipisahkan oleh tulang. Rongga

atas berisi ujung-ujung cabang saraf cranial, yaitu saraf olfaktori (saraf

pembau).Hidung terlindung dari lapisan tulang rawan dan bagian rongga dalam

mengandung sel-sel epitel yang berfungsi untuk menerima rangsang kimia.

Bagian tersebut dilengkapi lendir dan rambut-rambut pembau.

Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra

pembau. Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam

hidung, yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak

bergerombol seperti tunas pengecap.Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-

sel olfaktori yang khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut

saraf pembau. Di akhir setiap sel pembau pada permukaan epitelium mengandung

beberapa rambut-rambut pembau yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan

di udara

Page 15: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

15

Bulu hidung di dalam kaviti hidung menapis debu dan mikroorganisma dari

udara yang masuk dan lapisan mukus yang memerangkapnya. Bekalan darah yang

banyak ke membran mukus membantu mengawal udara yang masuk menjadi

hampir sama dengan suhu badan di samping melembabkannya. Selain itu hidung

juga berfungsi sebagai organ untuk membau kerana reseptor bau terletak di

mukosa bahagian atas hidung. Hidung juga membantu menghasilkan dengungan

(fonasi).

J. Gangguan Syaraf Hidung

1. Nervus Olfaktorius (N I)

Kerusakan saraf ini menyebabkan hilangnya penciuman (anosmia),

atau berkurangnya penciuman (hiposmia). Penderita anosmia kadang-kadang

tidak menyadari bahwa penciumannya terganggu, mereka mengeluh bahwa

mereka tidak dapat lagi menikmati lezatnya makanan. Biasanya kerusakan

saraf ini disebabkan oleh kelainan disekitarnya. Bulbus olfaktorius dan traktus

olfaktorius dapat terganggu oleh tumor disekitarnya, misalnya meningioma.

Tumor didasar lobus frontal dapat menekan traktus olfaktorius. Tumor di alur

olfaktorius atau di pinggir tulang sfenoid, terutama meningioma, dapat

menyebabkan Sindrom Foster Kennedy

2. Nervus Optikus (N II)

Keluhan yang berhubungan dengan gangguan nervus II adalah :

ketajaman penglihatan berkurang, lapangan pandang (kampus penglihatan)

berkurang, ada bercak di dalam lapangan pandang yang tidak dapat dilihat

(stokoma), fotofobi yaitu mata mudah menjadi silau, takut akan cahaya dapat

dijumpai pada penderita meningitis.

3. Nervus Okulomotorius (N III)

Gangguan total pada N III, ditandai oleh :

a. Muskulus levator palpebrae lumpuh, mengakibatkan ptosis.

Page 16: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

16

b. Paralisis otot m. rektus superior, m. rektus internus, m. rektus inferior, dan

m. oblikus inferior.

c. Kelumpuhan saraf parasimpatis, yang menyebabkan pupil midriasis yang

tidak bereaksi terhadap cahaya dan konfergensi.

4. Nervus Trokhlearis (N IV)

Kelumpuhan N IV tersendiri jarang dijumpai. Penyebab kelumpuhan

N IV yang paling sering ialah trauma, dan dapat juga pada dijumpai pada

diabetes mellitus, namun tidak sesering parese N III. N IV dapat mengalami

lesi didalam orbita, dipuncak orbita, atau si sinus kavernosus. Kelumpuhan N

IV menyebabkan terjadinya diplopia (melihat ganda, melihat kembar) bila

mata dilirikkan kea rah ini. Penderitanya juga mengalami kesukaran bila naik

atau turun tangga dan membaca buku karena harus melirik kebawah.

K. Pengobatan Penyakit Pada Hidung

1. Salesma

Salesma dan infuenza merupakan infeksi pada alat pernapasan yang

disebabkan oleh virus, dan umumnya dapat menyebabkan batuk, pilek, sakit

leher dan kadang-kadang panas atau sakit pada persendian. Gejala yang

mengiringi diantaranya mencret ringan, terutama pada anak kecil.

Salesma dan influenza hampir selalu sembuh sendiri tanpa obat.

Jangan gunakan penicillin, tetracycline atau antibiotika lainnya, karena obat-

obatan ini sama sekali tidak menyembuhkan dan dapat menimbulkan bahaya.

Hal yang dilakukan saat menemui anggota keluarga memiliki gejala salesma:

1. Minum air panas dan cukup istirahat.

2. Aspirin atau acetaminophen dapat menurunkan panas dan menghilangkan

sakit kepala. Tablet-tablet salesma yang lebih mahal tidak lebih manjur

daripada aspirin. Jadi, mengapa Anda harus memboroskan uang?

3. Tetaplah makan seperti biasa, karena tidak ada pantangan mengonsumsi

sesuatu.

Page 17: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

17

2. Hidung Yang Tersumbat Dan Pilek

1. Pada anak-anak kecil, hisaplah dengan hati-hati ingus atau lendir dari

hidung dengan menggunakan balon penghisap atau sempritan tanpa jarum

suntik.

2. Orang dewasa dan anak-anak remaja dapat menghirup air garam kedalam

hidungnya. Tindakkan ini akan mencairkan lendir.

3. Bernapas dalam uap air panas akan melegakan hidung yang tersumbat.

4. Hapuslah ingus Anda, tetapi jangan menghembuskan ingus kuat-kuat,

karena tindakan ini dapat menimbulkan sakit telinga dan infeksi sinus.

5. Penderita yang sering mengalami sakit telinga atau gangguan sinus dapat

mencegahnya dengan memakai tetes hidung decongestan seperti

phenyleprine. Setelah menghirup sedikit air garam, teteskan obat tersebut

dalam hidung sebagai berikut:

3. Gangguan Sinus (Sinusitis)

Sinusitis merupakan peradangan sinus, yaitu rongga-rongga dalam

tulang yang berhubungan dengan rongga hidung, yang gawat dan biasanya

terjadi dalam waktu menahun (kronis).

Pengobatan:

1. Hirup sedikit air garam ke dalam hidung

2. Letakkan kompres hangat di bagian wajah

3. Gunakan tetes hidung decongestan seperti phenyleprine

4. Antibiotika seperti tetracyclin, ampicilin, atau penicillin, bisa

digunakan untuk meredakan sinus.

5. Jika si penderita kondisinya tidak membaik, segera minta pertolongan

dokter.

4. Peradangan Hidung Karena Alergi (Rhinitis Allergica)

Rhinitis Allergica disebabkan oleh adanya reaksi alergi pada hidung

yang ditimbulkan oleh masuknya substansi asing ke dalam saluran

tenggorokan.

Page 18: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

18

Pengobatan:

Gunakan antihistamin seperti chlorpheniramine, dimenhydrinate, yang

biasanya dijual untuk mengobati mabuk perjalanan.

Pencegahan:

Carilah penyebab terjadinya alergi, seperti debu; bulu ayam; tepung sari

bunga; jamur, dan usahakan untuk menghindari benda-benda tersebut.

L. Pengkajian Kemampuan Mencium

Bagaimana proses hidung membau suatu aroma atau bau? Sebagai benda gas,

bau berbaur menjadi satu dengan gas-gas lain di dalam udara. Saat kita menghirup

udara pernapasan, bau tersebut ikut masuk ke dalam hidung. Di rongga hidung,

bau akan larut di dalam lendir. Selanjutnya, rangsangan bau akan diterima oleh

ujung-ujung saraf pembau serta diteruskan ke pusat penciuman dan saraf pembau.

Oleh otak, rangsang tersebut ditanggapi sehingga kita dapat mencium bau yang

masuk hidung.

M. Memelihara Kesehatan Hidung

Hidung yang sehat akan berfungsi dengan baik. Beberapa cara merawat

hidung agar tetap sehat, antara lain, sebagai berikut.

1) Membersihkan hidung secara rutin. Sebaiknya kita membersihkan hidung

setiap hari. Hidung menjadi kotor karena udara yang kita hirup mengandung

debu. Membersihkan hidung sebaiknya menggunakan kapas.

2) Menutup hidung saat berada pada lingkungan yang kotor. Misalnya,

lingkungan yang berdebu, banyak asap rokok, dan asap kendaraan.

3) Segera berobat ke dokter jika mengalami gangguan pada hidung. Gangguan

dalam waktu lama dapat merusak fungsi hidung.

Page 19: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi

menghirup udara pernapasan, menyaring udara, menghangatkan udara

pernapasan, juga berperan dalam resonansi suara.

Hidung merupakan organ penting, yang seharusnya mendapat perhatian lebih

dari biasanya, merupakan salah satu organ pelindung tubuh terpenting terhadap

lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung mempunyai beberapa fungsi

antara lain sebagai indra penghidu, menyiapkan udara inhalansi agar dapat

digunakan paru-paru, mempengaruhi reflek tertentu pada paru-paru dan

memodifikasi bicara.

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, misalnya sumbatan hidung

perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terdiri dari hidung bagian

luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan serta

persarafannya, serta fisiologi hidung. Untuk mendiagnosis penyakit yang terdapat

di dalam hidung perlu diketahui dan dipelajari pula cara pemeriksaan hidung.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Page 20: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

20

.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga

hidung tenggorok kepala dan leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-3

2. Ghorayeb B. Sinusitis. Dalam Otolaryngology Houston. Diakses dari

www.ghorayeb.com/AnatomiSinuses.html

3. Damayanti dan Endang. Sinus Paranasal. Dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku

Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI,

Jakarta 2002, 115 – 119.

4. Wikipedia. Sinusitis. Diakses dari www.wikipedia.org/wiki/sinusitis

5. Adam,Boies, Higler, Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6, EGC, Jakarta,1997

6. Guyton,AC, Hall,JE, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997, editor: irawati

setiawan, ed. 9, 1997, Jakarta: EGC

7. Spanner, Spalteholz, Atlas Anatomi Manusia, Bagian ke II, edisi 16, Hipokrates,

Jakarta,1994.

8. Soepardi, Efiaty Arsyad dkk, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher edisi 5, FK UI, 2006.

i

Page 21: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

21

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT. Yang telah memberikan taufik

dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan

salam senantiasa dicurahkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan segenap

keluarganya serta orang-orang yang meneruskan risalahnya sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. Kami

menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan

saran yang sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini sangat diharapkan dari

para pembaca. Akhir kata, semoga karya tulis sederhana ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Bengkulu, Juni 2013

Penulis

i

Page 22: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

22

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan masalah...................................................................... 1

C. Tujuan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Konsep Hidung ......................................................................... 2

B. Anatomi dan Embriologi Hidung ........................................... 2

C. Bagian-Bagian Hidung ............................................................. 6

D. Fungsi Hidung .......................................................................... 6

E. Cara Kerja Alat Penciuman ...................................................... 9

F. Kelainan Hidung Dan Penyebabnya ........................................ 10

G. Penyakit Pada Hidung dan penyebabnya ................................. 11

H. Syaraf Yang Ada Di Hidung ................................................... 12

I. Sistem Syaraf Sensorik Hidung ............................................... 13

J. Gangguan Syaraf Hidung ......................................................... 15

K. Pengobatan Penyakit Pada Hidung .......................................... 16

L. Memelihara Kesehatan Hidung ................................................ 14

M. Pengkajian Kemampuan Mencium .......................................... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 19

B. Saran .......................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 23: 168799555 Sistem Syaraf Sensorik Hidung

23

MAKALAH

ILMU KEPERAWATAN DASAR II

Sistem Syaraf Sensorik Hidung

Di susun Oleh : kelompok II

1. Eka Susiani

2. Helma Laeni

3. Levson Layarso

4. Nengriati

5. Trisia Selviana

6. Yoki Sulpikar

DOSEN :

Ns. Ismail Marzuki S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BHAKTI HUSADA

BENGKULU

2013