14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

71
FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503 Penghargaan Bersyukur ke hadrat Ilahi kerana dengan limpah izin-Nya, saya dapat menyiapkan tugasan ini dengan sempurna. Saya ini mengucapkan jutaan terima kasih yang juga penghargaan khusus buat En. Fuadi B. Hj. Abd Razak kerana segala tunjuk ajar serta membimbing saya dalam menyiapkan tugasan ini. Tidak lupa juga ribuan terima kasih kepada rakan-rakan seperjuangan PISMK -OUM Pengajian Melayu yang banyak membantu saya dalam menyiapkan tugasan ini. Penghargaan juga kepada orang yang terlibat secara langsung atau tidak dalam menjayakan tugasan ini. Akhir sekali, penghargaan istimewa buat ibu bapa saya yang banyak memberi galakan dan sokongan agar memastikan saya berjaya dalam pelajaran. Semoga mereka semua mendapat balasan yang setimpal daripada Yang Maha Esa. Sekian, terima kasih. Pengenalan 1

Upload: hashimazlina

Post on 29-Nov-2014

6.784 views

Category:

Economy & Finance


0 download

DESCRIPTION

linguistik

TRANSCRIPT

Page 1: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Penghargaan

Bersyukur ke hadrat Ilahi kerana dengan limpah izin-Nya, saya dapat menyiapkan

tugasan ini dengan sempurna.

Saya ini mengucapkan jutaan terima kasih yang juga penghargaan khusus buat En.

Fuadi B. Hj. Abd Razak kerana segala tunjuk ajar serta membimbing saya dalam

menyiapkan tugasan ini.

Tidak lupa juga ribuan terima kasih kepada rakan-rakan seperjuangan PISMK -OUM

Pengajian Melayu yang banyak membantu saya dalam menyiapkan tugasan ini.

Penghargaan juga kepada orang yang terlibat secara langsung atau tidak dalam

menjayakan tugasan ini.

Akhir sekali, penghargaan istimewa buat ibu bapa saya yang banyak memberi

galakan dan sokongan agar memastikan saya berjaya dalam pelajaran.

Semoga mereka semua mendapat balasan yang setimpal daripada Yang Maha Esa.

Sekian, terima kasih.

1

Page 2: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Pengenalan

Bahasa Melayu di Malaysia (BM) diakui sebagai bahasa nasional berdasarkan

Peraturan 152 Pasal 1. Undang-undang ini baru disahkan pada tahun 1968 M, atau

sembilan tahun pasca kemerdekaan negara itu. Meskipun di dalam Undang-undang

itu digunakan istilah Bahasa Melayu, BM berulangkali berganti nama resmi. Dari

pertama bernama Bahasa Melayu, diganti menjadi Bahasa Malaysia, kemudian

berganti lagi menjadi Bahasa Melayu, dan terakhir pada tahun 2007, nama resmi

bahasa ini kembali menjadi Bahasa Malaysia.

Penggunaan BM di Malaysia tidak begitu disambut secara antusias oleh warga

ketika bahasa itu disahkan sebagai bahasa nasional. Justeru bahasa Inggris yang

sering digunakan, terutama di kalangan etnis Cina dan India walaupun mereka

termasuk warga minoritas. Hal ini membuat pemerintah berusaha menggalakkan

penggunaan BM melalui beberapa peraturan, misalnya pada tahun 1961 dikeluarkan

Akta Pelajaran dan pada tahun 1963 dikeluarkan Akta Bahasa Kebangsaan. Namun

demikian, peraturan-peraturan ini dinilai secara pesimis oleh sebagian kalangan

seperti pernyataan seorang Ketua Hakim Negara pada tahun 1979, bahwa BM tidak

mungkin digunakan di mahkamah (pengadilan) karena berbagai keterbatasan yang

dimiliki BM.

Perubahan baru terjadi pada dekade 80-an, yakni ketika BM berhasil menjadi

bahasa pengantar di sekolah-sekolah, mulai taman kanak-kanak sampai perguruan

tinggi. Perubahan ini seiring dengan peran Dewan Bahasa dan Pustaka (DBP –

diresmikan pada tahun 1956) yang semakin gencar memasyarakatkan BM. Istilah-

istilah teknis yang selama dua dekade sebelumnya sulit ditemukan masuk

menerobos bersama-sama dengan gaya bahasa yang estetis, yang banyak

digunakan dalam ragam bahasa sastra. 

Pasca perubahan ini, BM akhirnya berhasil menduduki lima fungsi yang harus

dimiliki oleh sebuah bahasa nasional: fungsi sebagai bahasa nasional itu sendiri,

2

Page 3: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

sebagai bahasa resmi, sebagai bahasa perpaduan atau bahasa antaretnis, sebagai

bahasa ilmu pengetahuan dan terakhir sebagai bahasa pendidikan.

BM yang memiliki wilayah sebar tutur di sebuah negara yang luas seperti Malaysia,

tentunya, memiliki perbedaan-perbedaan cara tutur. Masing-masing Negeri (daerah)

hampir memiliki satu dialek tersendiri, yang berbeda dengan daerah lainnya. Dialek-

dialek BM yang masyhur di Malaysia antara lain, dialek Johor di Negeri Johor yang

terletak paling selatan, dialek Perak di Perak Darul Ridzuan, dialek Melaka di Negeri

Melaka sebelah utara Johor, dialek Kedah yang terdapat di Negeri Kedah Darul

Aman, dan terakhir dialek Sarawak yang terletak di Malaysia Timur atau di Pulau

Kalimantan yang disebut juga dengan Pulau Borneo.

Kata /kapal/ yang terdapat di dalam BM Piawai (standar) dapat dijadikan sebagai

contoh yang jelas. Meski tetap direalisasikan menjadi /kapal/ di Johor, Melaka dan

Sarawak, di Perak ia malah direalisasikan (baca; diucapkan) menjadi /kapɛ/ dan di

Kedah direalisasikan menjadi /kapaj/. Contoh lain yang lebih mencolok

perbedaannya adalah kata /pagar/. Di Johor orang menyebutnya /paga/, di Perak

orang menyebut /pagɔ/, akan tetapi di Melaka malah disebut /pagaw/, di Kedah

disebut /paga?/ (dengan glotal atau hamzah di akhir) dan di Sarawak menjadi

/pagaR/. /r/ yang terdapat di akhir kata /pagar/ ternyata direalisasikan dengan cara

yang berbeda-beda oleh dialek-dialek ini dan justeru karena perbedaan-perbedaan

kecil nan khas inilah mereka menjadi dialek.

3

Page 4: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Pendahuluan

Di antara tataran kebahasaan yang paling mendasar adalah tataran fonem. Tataran

ini berada pada tataran bunyi terkecil dari sebuah bahasa, yang juga memiliki

sistemnya sendiri. Di dalam ilmu linguistik, cabang ilmu yang mempelajari sistem

fonem dalam sebuah bahasa disebut Fonologi.  

Fonologi adalah ilmu bunyi, yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan

oleh alat artikulasi manusia. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat artikulasi atau

alat ucap itu disebut fon (phone). Sementara itu, fonem adalah satuan bunyi terkecil

dari sebuah bahasa yang mampu menunjukkan kontras makna. Apabila kontras

makna tidak terjadi, maka sebuah bunyi bahasa tidak dapat disebut sebagai sebuah

fonem yang berbeda. Kontras makna ini adalah syarat bagi keabsahan sebuah fon

atau bunyi bahasa untuk disebut sebagai fonem.

Satu unit ujaran yang bermakna (bisa morfem dan bisa pula kata) terdiri dari

beberapa satuan bunyi. Misalnya kata pagi. Kata ini terdiri daripada empat unit bunyi

atau fonem yaitu /p/, /a/, /g/ dan /i/. Terjadinya sebuah fonem bisa ditunjukkan

dengan melakukan perbandingan fitur. Anggapan bahwa bunyi p dan b masing-

masing merupakan fonem yang berbeda dapat diterima setelah membandingkan

kedua bunyi tersebut pada kata pagi dan bagi. Kata pagi menunjukkan waktu, dan

kata bagi menunjukkan kata kerja. Kedua-duanya secara makna berbeda. Dari

perbedaan itu disimpulkan bahwa anggapan p dan b berbeda adalah benar.

Fonologi BM diterangkan dengan terlebih dahulu membicarakan fonem. Fonem

vokal, konsonan, diftong dan beberapa alofon merupakan hal-hal yang dibicarakan.

Penjelasan kemudian diakhiri dengan menerangkan pola suku kata di dalam BM.

4

Page 5: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Fonologi BM

Sistem bunyi bahasa (fonetik) mencakup dua macam fonem: fonem segmental yang

membentuk kata dan kalimat, dan fonem suprasegmental yang terdapat di dalam

kata dan kalimat. Fonem segmental yang menjadi dasar pembentukan kata dan

kalimat terbagi dua: fonem vokal dan fonem konsonan. Fonem suprasegmental

berupa stres (keras/lembutnya arus ujaran), nada (tinggi/ rendahnya arus ujaran)

dan durasi (panjang/ pendeknya waktu yang dibutuhkan).

BM, seperti bahasa lain juga, memiliki fonem vokal dan fonem konsonan. Fonem

vokal terdiri dari enam fonem vokal dan fonem konsonan terdiri dari 19 konsonan

asli dan sembilan konsonan pinjaman. Di samping itu, terdapat pula diftong dan

alofon.

Pembagian fonem kepada fonem vokal dan fonem konsonan didasarkan kepada

terhambat atau tidaknya arus udara ketika sebuah bunyi dihasilkan di dalam rongga.

Jika arus udara bebas berlalu begitu saja, fonem yang dihasilkan disebut fonem

vokal atau vokal saja. Akan tetapi jika udara terhambat selama proses artikulasi

tersebut, fonem yang dihasilkan disebut sebagai fonem konsonan atau konsonan

saja.

Definisi Fonologi

Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan

distribusinya.

Fonologi berbeza dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi

fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafazkan. Fonetik juga mempelajari cara

kerja organ tubuh manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan

bahasa.

5

Page 6: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Fonologi juga merupakan kajian mengenai pola bunyi bahasa, iaitu kajian mengenai

bunyi-bunyi yang berfungsi dalam sesuatu bahasa.

Alat-alat sebutan

Bunyi bahasa dikeluarkan oleh alat-alat sebutan seperti beikut:

Bibir

Gigi

Gusi Lelangit

keras

Lelangit

lembut

Anak tekak

Lidah

Rongga tekak

Rongga mulut

Rongga hidung

Paru-paru

Peti suara dan

pita suara

 

Alat-alat sebutan dapat dibahagikan kepada dua jenis, iaitu:

(a) pengeluar (artikulator) - alat yang dapat digerak-gerakkan dengan bebas dan

dapat diletakkan di beberapa kedudukan.

     Contoh: hujung lidah, bibir lelangit lembut dan sebagainya.

(b) daerah pengeluar (artikulasi) - merupakan tempat-tempat yang dapat dicapai

olah artikulator.Contoh: gigi atas, gusi dan lelangit keras.

Penggolongan Bunyi Bahasa Melayu

6

Page 7: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Umumnya, dalam bahasa Melayu, terdapat tiga golongan bunyi iaitu vokal,

konsonan dan diftong.

Kumpulan pertama ialah bunyi yang dihasilkan tanpa gangguan dalam rongga mulut.

Udara dari paru-paru keluar melalui rongga mulut dengan tidak tersekat atau

terhimpit.

Bunyi itu hanya dipengaruhi oleh keadaan lidah dan bentuk bibir.

Kumpulan bunyi yang dihasilkan demikian dikenali sebagai  vokal.

Golongan kedua ialah bunyi yang dihasilkan dengan gangguan oleh alat-alat

sebutan sehingga jalan aliran udara dari paru-paru terganggu, dengan cara disekat

atau dihalang dan udara keluar melalui ronga mulut atau rongga hidung.

Kumpulan bunyi yang terhasil dikenali sebagai konsonan.

Selain dua golongan utama itu, terdapat pula bunyi geluncuran, iaitu bunyi yang

bermula daripada satu vi\oakl dan beralih kepada bunyi vokal yag lain.

Geluncuran bunyi vokal ini dikenali sebagai diftong.

Contohnya bunyi [ai] bermula daripada bunyi vokal depan luas (a) dan mluncur

kepada bunyi vokal depan sempit [i].

Vokal

Terdapat enam vokal dalam Bahasa Melayu. Lihat jadual di bawah.

Lambang fonetik Contoh perkataan Nota

[a] anak, tanah, lada  

[è] ela, semak, sate  

[i] iring, kita, seri  

7

Page 8: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

[] emak, betulTidak terdapat di hujung

perkataan

[o] obor, botak, moto  

[u] ular, sultan, saku  

 Konsonan asli bahasa Melayu

Dalam bahasa Melayu terdapat 18 bunyi konsonan asli sembilan konsonan

pinjaman.

Sembilan konsonan asli dapat hadir pada awal, tengah dan akhir perkataan iaitu p, t,

m, n, /ng/, s, h, r dan l.

Konsonan b, d, g, c dan j hanya hadir pada akhir perkataan pinjaman seperti bab,

had, beg, koc dan kolej. Huruf konosnan /ny/, w dan y tidak pernah terdapat pada

akhir perkataan.

Konsonan ialah bunyi yang dihasilkan oleh aliran udara yang tersekat atau terhalang

oleh salah satu alat sebutan seperti bibir, gusi, lelangit lembut,  dan sebagainya dan

udara dilepaskan melalui rongga mulut atau rongga hidung.

[p], [b], [t], [d], [k], [g], [q], [c], [j], [m], [n], [], [], [f], [v], [], [], [s], [z], [], [x], [], [h],

[r], [l], [w], [y]

Fonem

Fonem ialah unit bahasa terkecil yang berfungsi.Satu unit ujaran yang bermakna,

atau perkataan, terdiri daripada beberapa unit bunyi, misalnya kata palu.

Kata ini terdiri daripada empat unit bunyi, iaitu p, a, l, u.

Unit-unit bunyi ini dipanggil fonem, iaitu unit terkecil yang berfungsi.

8

Page 9: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Jika p diganti dengan m, maka palu akan bertukar menjadi malu.

Oleh itu, p dan m adalah unit terkecil yang berfungsi kerana unit itu membezakan

maksud ujaran.

Alofon

Fonem terdiri daripada anggota fonem yang dipanggil alofon.

Misalnya fonem p dalam palu, lupa dan luap.

Bunyi p dalam palu dan lupa diujarkan sebagai letupan bibir yang sempurna , tetapi

dalam luap, bunyi p diujarkan sebagai letupan bibir yang tidak sempurna, yakni tidak

diletupkan.

Dengan itu, daripada ketiga-tiga contoh kata di atas, fonem p mempunyai dua

alofon.

Suku Kata

Suku kata ialah bahagian perkataan yang berasaskan kehadiran vokal. Suku kata

ditandai oleh suatu vokal dan wujud sebagai satu vokal atau bersama-sama dengan

konsonan.

Dalam bahasa Melayu terdapat sebelas pola suku kata. Suku kata yang berakhir

dengan vokal dipanggil suku kata terbuka.

Suku kata lain ialah suku kata tertutup kerana diakhiri dengan konsonan. Beberapa

jenis suku kata:

1. Kata tunggal satu suku kata

Suku kata Contoh

9

Page 10: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

KV yu

VK am

KKVK draf, gred. brek

 

2. Kata tunggal dua suku kata

Suku Kata Contoh

V + KV ibu, ela, era

V + VK air, aib

V + KVK adat, emas

VK + KV anda, unta, angsa

VK +  KVK antah, untuk, ingkar,

KV + KVK bukan, dekat

3. Kata tunggal tiga suku kata

Suku Kata Contoh

KV+V+KV biasa, cuaca, suara

KV + V +KV kaedah

V + KV + V abai, usia

KV+KV+VK maruah, peluang

KV+KVK+KVK kelompok, kumandang

 

4. Kata tunggal empat suku kata

Suku Kata Contoh

10

Page 11: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

KV+KV+KV+KV panorama

KV+KV+KV+KVK masyarakakat

KVK+KV+V+KV sentiasa

5. Kata-kata tunggal yang lebih daripada empat suku kata ialah:

universiti = V + KV + KVK +KV+KV ( lima suku kata)

Dialek

Dialek (dari bahasa Yunani διάλεκτος, dialektos), adalah varian-varian sebuah

bahasa yang sama. Varian-varian ini berbeda satu sama lain, tetapi masih banyak

menunjukkan kemiripan satu sama lain sehingga belum pantas disebut bahasa-

bahasa yang berbeda.

Biasanya pemerian dialek adalah berdasarkan geografi, namun bisa berdasarkan

faktor lain, misalkan faktor sosial.

Sebuah dialek dibedakan berdasarkan kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan

(fonologi, termasuk prosodi). Jika pembedaannya hanya berdasarkan pengucapan,

maka istilah yang tepat ialah aksen dan bukan dialek.

Variasi Bahasa 

Berikut adalah beberapa istilah yang mewujudkan variasi atau kepelbagaian bahasa

Melayu.

Variasi bahasa Kepelbahagaian bahasa yang ditentukan oleh faktor teknikal bahasa

iaitu sebutan, kosa kata dan tatabahasa.

Dialek

Merupakan variasi bahasa apabila variasi bahasa itu masih difahami

oleh oleh pengguna dalams esuatau masyarakat bahasa walaupun ada

pembahagian geografi . Variasi bahasa ii dikenali sebagai dialek.

Idiolek Variasi bahasa yang khusus berkaitan dengan individu.

11

Page 12: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

merupakan kelainan penggunaan bahasa pada peringkat individu.

Perbezaan paling ketara ialah dari segi sebutan dan lagu sebutan.

Keadaan ini berlaku kerana perbezaan alat sebutan seperti kecacatan

atau tabiat penyebutan kerana pengaruh rakan atau seisi keluarga.

Dialek kawasan

Variasi bahasa yang berkaitan dengan pengguna dalam sesuatu

kawasan. Dikaitkan dengan rumpun banasa Austronesia, cabang

Nusantara. Cabang Nusantara mempunyai 200 hingga 300 bahasa

dalam 16 golongan seperti Filipina, Sumatera, jawa, Kalimantan dan

sebagainya.

Bahasa Melayu termasuk dalam golongan Sumatera bersama-sama

dengan bahsa Batak, Acheh, Minangkabau, Nias, Lampung dan Orang

Laut.

Umumnya bahasa Melayu merangkumi Bahasa Malaysia di Malaysia,

Bahasa Indonesia di Indonesia, Bahasa Melayu di Brunei dan Singapura.

Walaupun namanya berbeza, ia merupakan dialek bagi bahasa Melayu.

 

Dialek sosial

Dikaitkan dari segi penggunaan, iaitu bahasa mungkinberbeza

mengikut kumpulan sosial dan situasi yang digunakan. Misalnya, dalam

majlis rasmi, orang akanmenggunakan bahasa-bahasa yang formal.

Varisi-variasi ini yangbrkiatand enan dialek sosial, dikatakan sebagai

dialek sosial.

Oleh itu, bahasa Melayu secara umumnya dapat dibahagikan kepada tiga jenis variasi,

iaitu idiolek, dialek kawasan atau loghat, dialek sosial.

12

Page 13: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Perhubungan antara ketiga-tiganya dapat digambaran melalui skema rajah yang berikut:

13

Page 14: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

 

Dialek Kedah

14

Page 15: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Sesuatu bahasa tabii tidak pernah seragam. Bagi sesuatu perkataan, bunyi atau

ayat tertentu, penutur yang berbagai-bagai akan mengucapkan bentuk atau

pengwujudan dari perkataan, bunyi atau ayat itu dengan berbagai-bagai cara. Jika

ini kita dapat perhatikan pada ujaran dua atau tiga orang penutur, apatah lagi ribuan

atau jutaan penutur dalam satu masyarakat bahasa tertentu. Perbezaan-perbezaan

dalam pengwujudan sesuatu bahasa tertentu seperti yang dikatakan itu, melahirkan

kelainan-kelainan bagi bahasa tersebut, dan kelainan inilah yang disebut dialek atau

loghat.

Dalam perkataan lain, sesuatu bahasa itu tidak dapat lari dari dicirikan oleh dialek:

dua,tiga atau pun jauh lebih banyak dari itu. Misalnya Bahasa Melayu/Malaysia

mempunyai berbagai-bagai dialek seperti dialek Kedah, dialek Johor, dialek

Kelantan, dialek Sarawak dan seterusnya. Tiap-tiap dialek itu mempunyai sifat-

sifatnya tersendiri yang membezakannya dari dialek-dialek lain. Perbezaan diantara

dialek-dialek itu boleh dilihat dari dua sudut, iaitu sistem bahasa dan kawasan

penyebarannya.

Sistem Bahasa

Yang dimaksudkan dengan sistem bahasa ialah peraturan berkenaan dengan kod-

kod bahasa, dan kod-kod itu adalah bunyi, nahu dan perbendaharaan kata. Sesuatu

dialek itu akan menyimpang dalam beberapa hal dari dialek-dialek lain dari segi kod-

kod itu. Melihat sistem bunyi, sesuatu dialek itu bukan hanya berbeza dengan dialek

lain pada penyebutan bunyi tertentu, tetapi juga dalam penempatan yang berbeza

pada sesuatu bunyi itu dalam perkataan. Dalam dialek Kedah misalnya pengucapan

"r" dalam bahasa standard adalah R (yang sama dengan bunyi ghain dalam bahasa

Arab, dan bunyi ini dalam ilmu Fonetik dinamakan frikatif uvular) dalam lingkungan

awal dan tengah kata, misalnya Ramai (ramai) dan bara (bara). Dalam lingkungan

akhir kata, yang wujud itu bukanlah R tetapi bunyi yang sama dengan ain dalam

bahasa Arab, yang dalam ilmu Fonetik disebut frikatif glotis, misalnya ayaq , (air),

besaq (besar).

15

Page 16: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Kita perhatikan pula bahawa dalam dialek Kedah, perkataan-perkataan seperti

balas, tikus, bilis, tebal, batil, dan bakul diucapkan sebagai balayh, tikuyh, bileh,

tebay, bate, dan bakoy. Ini tidaklah bermakna bahawa dalam dialek ini tidak ada

bunyi-bunyi s dan l. sebenarnya yang menimbulkan penyimpangan itu bukanlah

ketiadaan s atau l dalam perbendaharaan dialek Kedah, tetapi adalah peraturan

bunyi yang menolak kehadiran bunyi-bunyi atau fonem-fonem itu dalam lingkungan

tertentu dalam perkataan, dan dalam hal ini linkungan akhir kata. Ini hanya beberapa

contoh sahaja untuk menggambarkan perbezaan bunyi pada dialek.

Nahu sebagai kod bahasa juga memperlihatkan penyimpangan antara dialek.

Sebenarnya nahu terdiri dari dua bahagian, iaitu morfologi (atau peraturan

pembentukan kata) dan sintaksis (atau peraturan pembentukan ayat). Perbezaan

antara dialek-dialek Melayu dalam bidang nahu tidaklah sebanyak perbezaannya

dalam sistem bunyi. Susunan ayat dari dialek ke dialek dari segi bahagian-bahagian

yang mendirikannya seperti Subjek-Predikat-Objek, Pelaku-Perbuatan-Pelengkap,

dan Judul-Cerita, yang pada amnya sama.

Perbendaharaan penambahan, yakni awalan dan akhiran, akan lebih nyata

perbezaannya sungguhpun jumlah perbezaan itu tidak seberapa dibandingkan

dengan perbezaan bunyi. Dialek Kedah tidak mempunyai penambah yang asing

bagi dialek-dialek lain atau bagi bahasa standard, sungguhpun ada penambah-

penambah dalam bahasa standard (apa lagi dalam perkembangannya akhir-akhir

ini) yang tidak dikenali oleh dialek Kedah. Bukan sahaja dialek Kedah tidak ditandai

oleh awalan-awalan dan akhiran-akhiran baru seperti pra-, sub-, pro-, dan -wan,

yang merupakan penambah-penambah yang dibawa masuk dari Bahasa Inggeris

dan Bahasa Sanskrit, bahkan juga tidak mempunyai beberapa penambah yang

sememangnya asli Melayu. Dialek Kedah tidak mengenal adanya akhiran -kan.

Segala sesuatu konsep yang didukung oleh akhiran -kan dalam bahasa standard

didukung oleh bentuk lain dalam dialek Kedah, misalnya penambah lain, bentuk kata

dan bentuk frasa (rangkai kata). Ayat- ayat dalam senarai (1) di bawah ini adalah

bahasa standard dan mencontohkan penggunaan -kan dengan konsep-konsep

tertentu: konsep sebab musabab dalam ayat (I), dan konsep manfaat dalam ayat (ii).

16

Page 17: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

1. (I) Dia mengecilkan bajunya.

(ii) Dia memandikan anaknya.

(iii) Dia membacakan ibunya surat itu.

Dalam dialek Kedah ayat-ayat itu akan berbunyi seperti yang diberi dalam senarai

(2). (Pengejaannya adalah menurut ejaan yang standard dan terpulanglah kepada

pembaca untuk mewujudkannya dalam dialek Kedah).

2. (I) Dia memperkecil baju dia.

(ii) Dia bagi mandi anak dia.

(iii) Dia baca surat itu bagi kat mak dia.

Sungguhpun dialek Kedah mempunyai akhiran -an dan -I tetapi penambah-

penambah itu tidak seratus peratus sama dalam penggunaannya dengan bahasa

standard. Ada penggunaannya yang asing bagi bahasa standard, misalnya dalam

perkataan seperti besaran dan halusi.

Demikian juga keadaannya dengan awalan di- (dalam kata kerja pasif) tidak dikenal

oleh dialek Kedah. Sungguhpun ada awalan me- , tetapi penggunaan berlainan

sama sekali dengan apa yang terdapat dalam bahasa standard. Awalan me- dalam

bahasa standard mempunyai berbagai-bagai makna berdasarkan jenis dan

golongan perkataan yang bergabung dengannya dan juga menunjukkan modalitas

tertentu seperti modalitas aktif dan sebagainya. Dalam dialek Kedah, awalan ini

hanya menunjukkan perbuatan yang sudah menjadi tabiat atau adat yang dikerjakan

dalam jangka waktu yang lama atau juga yang menunjukkan sifat yang tertentu pada

manusia.

Perbuatan yang dilakukan dalam jangka waktu yang pendek yang tidak merupakan

tabiat atau adat yang tidak menggunakan awalan ini. Oleh kerana itu kita dapati

bahawa perkataan-perkataan yang mendukung awalan me- dalam dialek Kedah

adalah diantaranya merupakan perkataan-perkataan seperti mengerat, menanam,

memukul, menjual, menjahit, memotong, mengurui, menggala, (menenggala) dan

sebagainya yang menunjukkan perbuatan yang merupakan mata pencarian atau

tabiat yang berlaku dalam jangka waktu tertentu yang berulang-ulang atau juga

berlaku sepanjang hayat dalam kehidupan orang-orang Kedah. Di pihak yang lain

17

Page 18: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

pula terdapat perkataan-perkataan yang menunjukkan adat budaya, misalnya

menengok (dalam erti kata "menyelidik" sebelum meminang, atau "melihat" nasib),

meminjam (dalam ertikata "berderau), memanggil (menjemput datang ke kenduri),

meminang dan sebagainya.

Awalan me- yang menunjukkan sifat atau kecenderungan tertentu pada manusia

terdapat pada perkataan-perkataan seperti menyombong, mengira (kedekut),

melawan (suka menentang), memakai (suka memakai pakaian yang cantik-cantik

atau guna-guna), menunjuk (suka memperlihatkan kelebihan sendiri, seperti

kecantikan, kekayaan, kepandaian atau yang serupa itu), menerai (suka

mengenakan pakaian yang cantik-cantik untuk memperlihatkan kepada orang lain)

dan sebagainya. Dalam kertas kerja yang seperti ini tidak mungkin diperkatakan

dengan panjang lebar tentang ciri-ciri nahu dialek Kedah yang berbeza dengan

bahasa standard, tetapi memadailah dengan beberapa contoh sahaja.

Penyimpangan dalam perbendaharaan kata antara dialek lebih banyak dari

penyimpangan dalam nahu. Penyimpangan yang seperti ini mempunyai dua jenis

kewujudan. Pertama, perkataan yang betul-betul berbeza antara dialek, seperti

berikut:

Dialek Kedah Bahasa Standard

Mangli lali (dalam pengertian "immune")

Ranggi sombong

Awat mengapa, kenapa

Kedua, penyimpangan itu boleh merupakan penyimpangan yang wujud hanya

kerana penyebutan yang berbeza, seperti bekayh (bekas), tebay (tebal), baka

(bakar) dan sebagainya.

Dalam hubungan dengan sistem bahasa ini, kita dapat melihat sebagaimana

sesuatu dialek itu menggambarkan penglihatan dunia para penggunanya, yang

berbeza dengan penglihatan dunia pengguna-pengguna dialek-dialek lain. Misalnya,

cara orang Kedah melihat masa itu tidak seratus peratus sama dengan cara-cara

orang Melayu dari kawasan dialek lain melihatnya. Pengiraan waktu yang

18

Page 19: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

membahagikan tahun ke dalam 12 bulan bukanlah asli Kedah, bahkan juga bukan

asli Melayu. Cara ini dibawa dari luar melalui islam dan pengaruh Barat.

Bagi orang-orang Kedah, peredaran masa dilihat menerusi peredaran musim.

Mereka mengenal dua musim iaitu musim hujan dan musim timur, dan ini selari

dengan pola-pola kehidupan petani-petani Kedah. Musim hujan membayangkan

jangka masa bagi kegiatan menanam padi, sedangkan musim timur merupakan

jangka masa yang kering tetapi berangin, sesuai bagi kegiatan-kegiatan yang

berhubung dengan penuaian padi, dan perkataan timur di sini menunjukkan arah

datangnya angin. Dalam hubungan ini kita hendaklah ingat bahawa kemarau dalam

dialek ini tidak dianggap sebagai musim, yakni jangka masa tertentu, tetapi lebih

kepada keadaan - yakni ketiadaan hujan yang mengakibatkan alam sekitar kering

kontang. Peredaran masa yang menunjukkan penyempurnaan kedua-dua musim -

musim timur dan musim hujan atau sebaliknya - dikenal sebagai temekuap. Jika kita

mencuba mencari kesejajarannya, maka kita akan dapat melihat bahawa konsep

temekuap itu tidak jauh menyimpang dari konsep tahun yang kita bawa masuk dari

luar itu. Dari itu kita dapat membuat kesimpulan bahawa orang-orang Kedah sudah

mempunyai cara pengiraan peredaran masa sejajar dengan pengiraan tahun

sebelum datangnya pengaruh asing, dan hal ini berkait erat dengan pola kehidupan

mereka sebagai petani.

Konsep tahun melibatkan bulan sehingga boleh dibahagi kepada 12 bahagian atau

bulan. Dalam kalendar lunar, pengiraan bulan bermula dari terbitnya bulan sehingga

mengambang dan seterusnya mengecil atau terbenam kembali. Dalam konsep

temekuap perkiraan dimulakan dari mengambangnya bulan, yakni bulan penuh atau

bulan purnama dan peredaran masa dikira dari saat ini sehingga bulan itu

mengambang semula. Dari itu timbullah konsep bulan timbul (untuk bulan yang akan

datang) sebagai lawan bulan ia atau bulan ini dan bulan sudah. Dengan itu juga

konsep awal bulan dan hujung bulan merupakan konsep yang baru yang dibawa

masuk ke dalam dialek Kedah melalui bahasa standard.

Pengertian minggu juga tidak ada dalam dialek ini. Bahkan minggu yang terdiri dari 7

hari itu adalah pembaharuan yang didatangkan dari kebudayaan islam dan

kemudiannya dari Barat, dan ini bukan sahaja berlaku dalam bahasa Melayu bahkan

19

Page 20: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

juga dalam bahasa-bahasa serumpun dengannya seperti bahasa Kadazan, Iban

Jawa dan sebagainya. Dalam bahasa Jawa, terdapat konsep pekan yang terdiri dari

5 hari.

Bagi orang-orang Kedah pengiraan hari dalam satu-satu bulan itu tidak penting.

Yang penting ialah jangka masa yang dekat dengan "hari ini" sama ada sebelum

atau sesudah. Jangka masa sebelum "hari ini" ialah kelmarin, kelmarin dulu, dan

kelmarin dulu balik sana, dan yang sebelum "hari ini" ialah esok (isuk), lusa, tulat,

tungging, tungging buyung. Julat waktu yang seperti ini boleh dikaitkan dengan pola

hidup orang-orang Kedah yang sebahagian besarnya adalah petani. Julat ini

membayangkan peringkat-peringkat pekerjaan yang dirancang dalam kerja-kerja

persawahan. Penamaan hari-hari seperti Isnin, Selasa dan sepertinya itu tidak perlu;

yang penting ialah pengertian dan kesedaran akan berlalunya waktu sebelum dan

sesudah, dalam jangka masa yang ditetapkan.

Dalam memperkatakan peredaran waktu ini, salah satu penyimpangan yang nyata

antara dialek ialah pengertian yang diberi masing-masing kepada perkataan

kelmarin(kelmarin). Bagi beberapa dialek lain, perkataan itu membawa makna "masa

lampau yang lebih ke belakang dari hari sesudah hari ini", sedangkan dalam dialek

Kedah, maknanya ialah "hari sesudah hari ini". Perbezaan ini terletak pada cara

hidup masing-masing yang berbeza satu sama lain. Bagi orang-orang Kedah

perkiraan waktu yang menegaskan masa lampau yang tidak ada ketentuannya itu

tidak penting. Kehidupan pertanian, lebih-lebih lagi persawahan, harus memberi

perhatian penuh kepada peredaran masa yang dekat dan yang mempunyai

ketentuan.

Pembahagian waktu dalam satu-satu hari bagi orang-orang Kedah tidak berbeza

dengan apa yang terdapat di kalangan orang-orang Melayu lain. Oleh kerana itu

tidak usahlah saya memperkatakannya dengan panjang lebar.

Kehidupan dan penglihatan dunia (yakni cara melihat dunia dan kehidupan) di

kalangan orang-orang Kedah yang boleh dikesan dari pelbagai gerak dalam konsep

memotong, mencampak, berjalan, memukul, memijak dan sebagainya, dengan

sendirinya dapat menggambarkan beberapa perincian dalam tingkah laku dan cara

20

Page 21: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

hidup orang-orang Kedah dari zaman ke zaman. Untuk konsep memotong sahaja

dialek Kedah mempunyai tidak kurang dari 14 perkataan, iaitu tebang, cantas,

cincang, hiris, belah, kerat, rincik, tetas, takok, takek, kelar, tebas, tebang, tetak.

(Perlu diingat di sini bahawa potong itu bukanlah asli Kedah tetapi adalah pinjaman

dari bahasa standard).

Perkataan-perkataan itu timbul berdasarkan perbezaan-perbezaan kecil dari segi

gerak perbuatan, daya yang dikenakan, kecepatan perbuatan dan sebagainya. Di

sini kebudayaan yang dilalui oleh orang-orang Kedah itu sudah dapat membezakan

gerak-gerak yang asasnya sama itu, dengan begitu terperinci sekali. Begitulah juga

halnya dengan konsep memijak, memukul dan sebagainya.

Cara orang-orang Kedah mengkonsepsikan warna serta bentuk, dan pemberian

kepada nama pohon-pohon dan jenis-jenis padi juga membayangkan dengan

jelasnya kehidupan mereka yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pertanian.

Dalam pengertian warna, misalnya warna merah dan hijau merupakan warna yang

baik. Dalam hal ini kita hendaklah ingat bahawa merah bagi petani-petani Kedah

(sebelum dipengaruhi oleh bahasa standard) meliputi kuning dan coklat, sedangkan

hijau meliputi juga biru. Kedua-dua warna ini mempunyai kaitan yang erat dengan

alam pertanian. Pohon-pohon yang hijau dengan batangnya yang berwarna merah

(coklat?), sedangkan padi berwarna merah (kuning) seperti juga emas yang merah.

Jika orang Kedah betul menggunakan perkataan kuning, maka konsep di sebalik

perkataan ini dikaitkan dengan penyakit atau keuzuran. Biasanya perkataan itu

disingkatkan menjadi nin (g), yang biasanya dikaitkan dengan mata atau air muka

orang yang sedang mengalami keuzuran.

Dengan perbincangan mengenai kod bahasa ini, tujuan saya ialah hendak

memperlihatkan bagaimana dialek Kedah mempunyai ciri-ciri tersendiri yang

membezakannya dari bahasa standard dan juga dari dialek-dialek lain.

Perbendaharaan katanya tidak dapat membayangkan kehidupan pengguna itu.

Tetapi bagaimana pula dengan sistem bunyi dan nahunya. Kedua-dua kod ini

tidaklah dapat membayangkan kehidupan dan budaya orang-orang Kedah dengan

cara yang sama dengan perbendaharaan kata. Tetapi perbandingan dengan kod-

21

Page 22: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

kod bahasa dalam dialek-dialek lain dan juga bahasa standard akan memperlihatkan

kepada kita perkembangan dalaman yang dilalui oleh dialek itu.

Dari segi sistem bunyinya, dialek Kedah pada satu ketika dalam sejarah

kewujudannya telah mengalami perkembangan yang pesat. Rekonstruksi dalaman

yang dikenakan ke atas dialek-dialek Melayu menunjukkan bahawa dari segi sistem

bunyi, dialek Kedah jauh meninggalkan Bahasa Melayu Purba yang dibayangkan

oleh dialek Johor. Dalam perkataan lain sistem bunyi dialek Johor mengalami

perkembangan yang amat sedikit dari tahap purbanya.

Berdasarkan teori perbandingan bahasa yang sudah diterima umum, sesuatu

bahasa atau dialek akan mengalami perkembangan yang pesat jika bahasa atau

dialek itu terdapat dalam kawasan yang merupakan pusat kebudayaan (meliputi

pusat kegiatan perdagangan dan sebagainya). Dalam hal ini, melihat kepada sejarah

Kedah, yakni zaman Kedah menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan bukan

sahaja bagi Semenanjung Tanah Melayu tetapi juga bagi Kepulauan Melayu;

tegasnya zaman Sriwijaya pada masa itu kawasan-kawasan bahagian selatan

Semenanjung belum terbuka atau berkembang. Dengan itu tidak hairanlah jika

dialek yang digunakannya itu tidak mengalami perkembangan yang sama pesatnya

dengan dialek Kedah dalam zaman itu.

Dialek Kelantan juga melalui perkembangan yang pesat seperti yang dibayangkan

oleh sistem bunyinya. Ini dapat dihubungkan dengan kehidupan kebudayaan yang

dilalui oleh orang-orang Kelantan - juga sebelum terbukanya bahagian selatan.

Bezanya antara dialek Kedah dan dialek Kelantan, ialah dialek Kedah berkembang

hingga mencapai titik keefisienan pada dialek Kelantan ialah penguguran begitu

banyaknya konsonan-konsonan pada akhir kata sehingga menimbulkan homomim-

homomim (kata-kata sebunyi) yang melebihi homonim-homonim dalam dialek lain.

22

Page 23: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Contoh:

Dalam memperkatakan nahu, terlebih dahulu saya ingin menegaskan bahawa tidak

ada dialek Melayu khususnya di Semenanjung ini yang "bercakap" dengan nahu

seperti yang terdapat dalam bahasa standard yang tertulis. Jadi baik dalam dialek

Kedah mahupun dalam dialek Johor, nahu yang wujud adalah nahu yang digunakan

oleh orang sehari-hari dalam keadaan tabii. Memang dalam masyarakat bahasa

Melayu ada tingkat-tingkat bahasa yang antara lain menunjukkan penggunaan yang

tidak bersahaja (formal) sebagai lawan bersahaja (tak formal), dan bahasa lisan

sebagai lawan bahasa tulisan. Dalam mana-mana peringkat dalam sejarah

kehidupannya, bahasa Melayu jauh lebih banyak digunakan sebagai bahasa yang

dituturkan dibandingkan dengan bahasa yang ditulis; apa lagi dalam zaman sebelum

sistem tulisan diperkenalkan.

Nahu bahasa lisan bagi mana-mana zaman dalam perkembangan bahasa Melayu

lebih sederhana nahu bahasa tulisan. Ayat-ayat yang pendek-pendek

menggambarkan kepraktisan hubungan dalam sesuatu peristiwa bahasa antara

orang-orang yang berkenaan. Lagi pula ayat yang berjela-jela panjangnya seperti

yang terdapat dalam bahasa tulisan sekarang ini adalah pembaharuan, akibat dari

23

Page 24: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

pengaruh nahu dan gaya bahasa Inggeris. Pembentukan ayat yang seperti ini

membayangkan budaya yang sudah mengalami intelektualisasi ala Barat yang asing

bagi dialek-dialek termasuk dialek Kedah.

Kawasan Penyebaran

Yang dimaksudkan dengan kawasan penyebaran dialek ialah kawasan yang

merupakan tempat bermastautinnya orang-orang yang menutur sesuatu dialek itu.

Sempadan bagi sesuatu dialek itu tidak perlu sama dengan sempadan politik atau

pentadbiran. Dengan itu, kita dapati bahawa kawasan dialek Kedah itu tidak sama

dengan kawasan negeri Kedah yang ada sekarang ini. Kawasan dialek Kedah jauh

lebih luas dari kawasan negerinya kerana meliputi kawasan bukan sahaja negeri

Kedah tetapi negeri-negeri lain. Kita dapat mengatakan bahawa dialek Kedah itu

tersebar dari perlis di Utara hingga ke Kuala Kangsar di Selatan, dari pulau

Langkawi di barat hingga ke Kroh timur. Bahkan dapat dikatakan bahawa dialek

Kedah itu tersebar hingga ke Thai Selatan. Seorang penyelidik bahasa, Christhoper

Court dari penemuannya membuat kesimpulan bahawa bahasa Melayu yang

dituturkan di Satun (Setol) tidak begitu berbeza dari yang ditutur di Perlis dan Kedah,

sungguhpun bahasa ini lama kelamaan digantikan dengan bahasa Thai.

Dari kawasan dialek Kedah itu, kita boleh membuat taabiran (inferensi). Pertama,

bahawa orang-orang yang menutur dialek Kedah itu sejak zaman berzaman

memang tersebar luas sebagai penduduk kawasan itu, dan penyebaran ini berlaku

secara pemindahan penduduk, pertembungan yang disebabkan oleh

perdagangan,peperangan dan sebagainya. Kedua bahawa dialek ini tersebar secara

difusi atau serapan yakni secara menyerapakan bahasa yang berkenaan itu dari

penutur tanpa menimbulkan pemindahan penutur dari tempat ke tempat.

Taabiran pertama itu antara lain membawa kita kepada dugaan (jika kita belum

mengetahui sejarahnya) bahawa negeri atau kerajaan Kedah satu waktu dulu

mempunyai daerah taklukan yang luas meliputi kawasan yang sekarang hanya

dikenal kekedahannya kerana adanya bentuk bahasa yang boleh dinamakan dialek

Kedah. Dugaaan yang lain yang boleh kita buat dari bukti yang ada itu ialah barang

kali telah berlaku perpindahan secara besar-besaran dari negeri Kedah yang ada

24

Page 25: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

sekarang ini ke kawasan-kawasan di luarnya, seperti Perlis, Pulau Pinang dan

sebagainya disebabkan sesuatu peristiwa atau kejadian seperti bencana alam,

kebuluran dan sebagainya.

Bagaimana juga, dari fakta-fakta sejarah yang ada kita tahu bahawa di antara dua

dugaan itu, yang pertamalah yang lebih munasabah. Dari sejarah kita tahu bahawa

Perlis, Pulau Pinang dan Seberang Perai memang merupakan bahagian dari

Kerajaan Kedah hingga abad ke sembilan belas. Pulau Pinang disewakan kepada

English East India Company dalam tahun 1786, diikuti oleh Seberang Perai dalam

tahun 1800. Perlis pula dalam tahun 1821 dipisahkan dari kerajaan Kedah dan

dijadikan kerajaan tersendiri, disebabkan oleh tindak-tanduk kerajaan Siam. Dalam

masa yang sama juga Setol atau Satul atau Satun bersama-sama dengan pulau-

pulau di bahagian barat Thailand Selatan juga jatuh ke tangan Siam.

Tersebarnya dialek Kedah hingga Kuala Kangsar dapat dicari puncanya pada

beberapa kejadian. Tidak dapat dinafikan bahawa manusia akan terus berhubung

satu sama lain dan dengan demikian menyebarkan dialeknya. Perbatasan politik

atau pentadbiran itu adalah buatan atau rekaan yang ada dalam peta, sedangkan

dalam kenyataan hanya diwakili oleh sebatang tiang sebagai tanda, sungai atau

jalan, tetapi ini semua tidak menghalang orang dari kedua-dua belah sempadan itu

berhubung satu sama lain dalam menjalankan kegiatan hidup mereka. Perhubungan

dalam keadaan damai ini memberi kesan dari segi pertuturan.

Pertembungan antara manusia dari sebelah menyebelah ruang sempadan itu tidak

terbatas kepada masa damai. Pertembungan dalam peperangan juga boleh

meninggalkan kesan yang mendalam dari segi pengaruh bahasa atau dialek. Dari

sejarah Negeri Kedah dan Perak kita diberitahu bahawa pada permulaan abad

kesembilan belas, Kedah dipaksa sebanyak dua kali oleh Siam untuk menyerang

Perak iaitu dalam tahun 1813 dan 1818. Tentera Kedah menakluki bahagian utara

negeri Perak yang bersempadanan dengan negeri Kedah dan mara ke arah selatan

hingga ke Kota Lama Kiri dekat dengan Kuala Kangsar sekarang ini. Apabila kedua

negeri itu berdamai semula berlakulah hubungan mesra antara orang-orang Kedah

dan Perak dan antaranya perkahwinan antara askar-askar Kedah dengan wanita-

wanita Perak. Di antara mereka yang terlibat dengan perkahwinan ini adalah

25

Page 26: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

pembesar dan kerabat DiRaja Kedah (Tengku Akil atau Tengku Ya'akub) yang

berkahwin dengan wanita Perak dari golongan bangsawan. Hubungan yang serupa

ini membawa kepada penyerapan dialek. Oleh kerana itu tidak hairanlah jika

kawasan Kuala Kangsar terdapat loghat yang mempunyai ciri-ciri dialek Kedah.

Taabiran yang menyatakan bahawa sesuatu dialek itu boleh tersebar berdasarkan

difusi atau serapan juga boleh diterima bagi dialek Kedah. Kejadian yang seperti ini

berlaku sepanjang masa.

Dari huraian di atas itu tidaklah salah jika dialek-dialek yang diucapkan di Perlis,

Pulau Pinang, Seberang Perai dan Perak Utara itu dinamakan dialek Kedah. Asas

penamaan yang lebih kuat ialah terletak pada persamaan ciri-ciri pada tutur-tutur di

kawasan-kawasan itu.

Dengan menegaskan persamaan ciri-ciri itu tidaklah dimaksudkan bahawa orang-

orang di kawasan-kawasan itu mempunyai pertuturan yang seragam. Keseragaman

yang seperti itu tidak mungkin ada pada bahasa atau dialek tabii seperti yang sudah

kitakan awal-awal tadi. Ini bermakna bahawa dalam persamaan itu ada

perbezaannya tetapi perbezaan itu tidaklah begitu besar sehingga boleh

memecahkan kesatuan dialek itu. Perbezaan-perbezaan itu, menimbulkan subdialek

yakni bahagian-bahagian dalam dialek yang berbeza satu sama lain dalam

beberapa hal sama sahaja tetapi pada masa yang sama mempertahankan

persamaannya. Dengan itu, jika kita dengan betul-betul memperembang telinga, kita

dapat mengenal perbezaan antara pertuturan orang-orang Perlis dengan pertuturan

orang-orang Pulau Langkawi dan seterusnya. Tiap-tiap subdialek itu mempunyai

kawasannya sendiri yang dinamakan subkawasan dialek.

Persamaan-persamaan di antara subdialek-subdialek itu mencerminkan warisan dari

induk yang sama, yakni induk yang kita namakan dialek Kedah. Perbezaan-

perbezaannya membayangkan perkembangan yang dilalui berbeza dari satu

subdialek kepada subdialek yang lain. Perkembangan-perkembangan itu boleh

dikesani kepada beberapa perbezaan dalam corak hidup, alam sekitar,

perkembangan segi-segi tertentu dalam budaya, dan seterusnya. Pulau Langkawi

yang terpisah dari tanah daratan oleh lautan yang agak luas mengalami beberapa

26

Page 27: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

perkembangan tersendiri dari segi sosiobudaya dan sosioekonomi, di samping

mempunyai persekitaran alam yang tersendiri. Dengan itu tidaklah dapat diharapkan

bahawa pertuturannya akan terus seragam dengan pertuturan di subkawasan lain di

tanah daratan, baik dalam perbendaharaan kata mahupun dalam satu dua hal lain

dalam sistem bahasanya. Walaupun ada perbezaan-perbezaan yang serupa itu kita

masih boleh mengenal bahawa dialek yang dituturkan di Pulau Langkawi itu dialek

Kedah. Demikian juga, subkawasan Perlis dan subkawasan lain yang

bersempadanan dengan Thailand sudah tentu akan memperlihatkan ciri yang tidak

wujud dalam pertuturan di Lembah Kedah.

Subkawasan di sempadan sebelah utara dan timur laut itu mempunyai lagu bahasa

atau intonasi yang berbeza dengan yang terdapat di Lembah Kedah. Intonasi yang

lanjut dan lemah gemalai itu boleh dikaitkan kepada intonasi bahasa Thai. Ini

bukanlah gejala tiru-meniru, tetapi merupakan gejala serapan bahasa, kerana

penyebaran bahasa adalah sesuatu yang sambung menyambung seperti air yang

mengalir, dan bukan sesuatu yang dapat diputuskan seperti ranyting yang boleh

dipatah-patahkan.

Subdialek Kedah di Pulau Pinang khususnya yang dituturkan di Tanjung

memperlihatkan beberapa ciri tersendiri misalnya dalam mengucapkan "r".

perbezaan ini timbul disebabkan perkembangan yang tertentu yang dilalui oleh

subdialek itu, khususnya dalam mendapat gangguan dari bahasa Tamil, yakni dari

penutur-penutur yang nenek moyangnya mempunyai bahasa Tamil atau salah satu

bahasa India sebagai bahasa ibundanya.

27

Page 28: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Dialek Kedah dalam ragam bahasa

Penutur dialek utara biasanya bertutur dengan kelainannya yang tersendiri dengan

membentuk keterikatan di bawah penggolongan subdialek masing-masing. Biarpun

terbahagi kepada beberapa subdialek, namun kesemua subdialek itu tetap terikat

kepada subdialek Kedah Persisiran yang dianggap sebagai dialek Kedah yang

standard yang juga menjadi bahasa di raja Kedah.

Dalam dialek ini walaupun banyak terbentuk sistem berbahasa yang berbeza

dengan bahasa baku namun ciri-ciri kesamaan terutama dalam penggunaan

pengimbuhan tetap juga menampakkan pertautannya. Ini mungkin disebabkan

penggunaan dialek Kedah ini rata-rata sudah dipengaruhi tatabahasa standard.

Sungguhpun begitu, menurut Prof Asmah Haji Omar, perimbuhan yang terkandung

di dalam dialek Kedah hanyalah imbuhan awalam sahaja. Manakala pada kata nama

ia cuma terhad kepada pola yang menggunakan imbuhan awalan 'pe-' .

 

Imbuhan

Pengimbuhan yang berlaku kepada kata kerja di dalam dialek Kedah ini meliputi

imbuhan meN-, teR- dan beke-. Di antara semua jenis ini, imbuhan meN- lebih

merupakan gambaran daripada pengwujudan kata yang disengau dan tidak

disengaukan. Alomof me- yang disengaukan biasanya berlaku sebelum kosongan

sengau, konsonan sisian {i} dan konsonan fikatifuvular{r}.

 

Awalan meN-

28

Page 29: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Awalan meN- di dalam dialek Kedah seringnya membawa makna kebiasaan atau

perbuatan yang dilakukan dalam  batas waktu yang  agak panjang . Perkataan-

perkataan seperti:

          {memotong}           {memukoy}           {menanam}

          {mengaet} {menjait}

sudah jelas menunjukkan suatu perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan dalam

kehidupan penduduk penuturnya.

 

Pola meN-

Pola meN- sebenarnya tidak sahaja menunjukkan kebiasaan tetapi juga boleh

mengambarkan ciri-ciri tertentu pada nama yang dirujuk. Misalnya kata

{menyombong}dan {memakai}sudah dengan sendirinya mengambarkan sifat yang

dimiliki olah seseorang.

Kebiasaan seseorang itu pula tidak hanya dikaitkan dengan pelaku kerana

kebiasaan juga boleh berlaku dan dibina melalui tradisi masyarakat. Dan perlakuan

pada satu-satu ketika sudah menjadi adat dalam kehidupan masyarakat berkenaan.

Lihat saja kepada perkataan-perkataan berikut:

        {menengok}

        {meminang}

        {memangge}

Ketiga-tiga kata di atas jelas menjadi budaya kata di dalam masyarakat Kedah

sebelum  kenduri kahwin berlangsung.

 

Imbuhan meN-

Di dalam beberapa keadaan lain pula, imbuhan meN- boleh membentuk dua

kelainan kata terbitan hasil daripada proses pengimbuhannya. Pola meN- + kata

nama boleh menerbitkan "kata kerja" dan sebaliknya pula meN + kata kerja telah

menerbitkan "kata nama". Perkara ini dapat dilihat pada contoh di bawah :

29

Page 30: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

         meN + ekor                  {mengekoR}      -       menurut ke mana sahaja .

             {KN}                                {KK}

 

         meN + potong               {memotong }     -        menoreh getah

   

Awalan teR-

Awalan teR-, dan beR- pula mempunyai pola masing-masing mengikut rentak

penggunanya yang tertentu. Seperti di dalam dialek standard, imbuhan teR-

mendukung makna perbuatan yang tidak  sengaja berdasarkan kepada

penyingkatan dialek yang dituturkan. Dan sesuatu yang barangkali jelas

membezakan  pola imbuhan ini dengan imbuhan teR-dalam dialek standard ialah

pengekalan 'te' sebagai imbuhan tetap kepada teR-. Perhatikan contoh-contoh

berikut:

 

       Ejaan   Standard                                  EjaanDialekKedah

 

       {tercabut}                                             {tecabut}

       {terjengul}                                            {tejengoy}

       {tergambar}                                          {tegambaR}

 

Imbuhan peR-

Keadaan ini juga sama dengan apa yang berlaku di dalam penentuan imbuhan peR-

yang lebih banyak meninggalkan fungsinya sebagai pengwujudan nilai sebab

musabab kepada penutur dialek ini. Misalnya:

 

                {peRangat}                                     {menghangatkan}

                {pebaik}                                          {memperbaiki}

30

Page 31: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

                {pependek}                                    {memendekkan}

 

 

Imbuhan beR-

Imbuhan beR- pula meninggalkan fungsi bila ia digabungkan dengan kata dasar

yang terdiri daripada kata kerja dan kata nama yang akan melahirkan makna kata

yang tertentu. Bunyi pengucap pada imbuhan beR- ini kerapkali tidak mengikut

susunan bunyi dialek standard yang nyata pegangannya. Dan kebiasaannya yang

wujud daripada cantuman imbuhanbeR- ini dapat dilihat pada aturan di bawah:

 

        i}beR- + kata kerja                                 perbuatan menyaling

           beR  + {gomoi}                                    {begomoi}-bergaduh seperti bergusti

           beR  + {hempas}                                  {beRempayh}-bertumbuk

       ii}beR  + kata kerja                                 perbuatan tanpa tujuan

          beR   +{kelewa}                                    {bekelewa}-merayau tanpa tujuan

          beR   +{serungas}                                  {beseungayh}-menjadikan tidak kemas

      iii}beR   +kata nama                                  memiliki atau mempunyai

          beR   +{baw}                                         {berbaw}-mempunyai bau

 

Imbuhan beke-

31

Page 32: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Imbuhan beke- pula barangkali merupakan imbuhan yang janggal kepada bahasa

standard. Tetapi di dalam dialek Kedah merupakan imbuhan biasa yang kerap pula

digunakan. Sebagai contohnya:

             {beketeia}              -    menangis  bersama-sama

             {bekemutih}            -   nampak  penuh  dengan  warna  putih

             {bekeseungayh}      -   nampak  tidak  kemas

 

   

Rumusan

Daripada apa yang dibincangkan di atas rasanya boleh diperbuat rumusan bahawa

pola nahu yang digunakan di dalam dialek Kedah biasanya lebih merupakan

penyataan untuk penutur- penuturnya mentafsirkan pengalaman mereka. Sebutan

dengan imbuhan lebih merupakan perlakuan sedap mulut penutur untuk

menyatakan sesuatu yang tersirat. Dari itu apa yang dapat ditafsirkan ialah nilai

keringkasan penggunaan imbuhan serta kedudukkannya pula pada tahap yang tidak

menentu. Pendek kata struktur dan fungsinya daripada dialek standard yang biasa

digunakan .

32

Page 33: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Soalan Tugasn

Bidang fonetik dan fonologi merupakan satu bidang penting dalam penguasaan

sesuatu bahasa. Penguasaan dalam bidang ini membolehkan seseorang pendidik

mengenali pelbagai variasi bahasa yang dituturkan oleh pelajar. Keadaan ini

membolehkan guru membetulkan sesuatu kesilapan dengan tepat dan berkesan

Berdasarkan satu rakaman audio sesuatu dialek, anda dikehenadaki melaksanakan

tugasan berikut :

a. Transkripsikan rakaman tersebut. Jumlah perkataan tidak kurang daripada

200 perkataan

b. Aplikasikan 3 rumus fonologi yang terdapat dalam rakaman tersebut. Bagi

setiap rumus serta 3 contoh perkataan

c. Huraikan 4 ciri suprasegmental yang terdapat dalam rakaman tersebut. Bagi

setiap ciri sertakan dua contoh ayat.

33

Page 34: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Berdasrakan tugasan tersebut, saya telah speksifikasi rakaman tersebiut seperti

berikut :

Tajuk : Video Raja Lawak Minggu Pertama bersama kumpulan LNJ

Masa : Rakaman ditranskripsikan pada minit ke 6.25 saat

Dialek : Kedah

Bil. Watak : 2 orang

Watak : Lan dan Jan

34

Page 35: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Transkripsi Rakaman

(Ayat Dialek Kedah)35

Page 36: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Raja Lawak Musim ke 3 bersama LNJ (minit ke 6.25 saat)

Intro

Lan : Hai dalam kuku pun ada kambin?

Jan : Bek..

Lan :Uit misin basoh. Hai misin basoh. Ish hang ni

Jan : Misin basoh mai kot mana?

Lan : Amboi mai tergedik-gedik, tergedik-gedik pasai pa. Awat?

Jan : Hang tau malam ni aku pangge hang pasai apa?

Lan : Tak tau..

Jan : Aku nak bagi hang jadi GRO.

Lan : GRO!! hehehe.. sukanya aku GRO. Abis dia orang tu macam mana? Haa kalau nak tau tengok ni "Ushar Lagi".

......................................................................................................................................................

Di suatu tempat yang sunyi…

Lan : Amboi. Kenyang rasa. Lega hati.. Arrggghhhhhhh..( bunyi berlahak) Alhamdunillah..

Jan : Hoi..

36

Page 37: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Lan : Oii misin basoh jatoh..

Jan : Misin basoh jatoh kot mana? Amboi berlahak.. Deras noh...

Lan : Hang. Gelocoh..

Jan : Gelojoh tang mana?

Lan : Awat lambat sangat?

Jan : Aku pangge hang mai malam ni sebab aku nak bagi hang jadi GRO.

Lan : GRO?Ai.. tak mau jadi GRO.. jadi GRO berdosa.. mak saya marah.. tak mau..

Jan : Ni..ni.. Dak..dak. Mai sini dulu.. Dengaq aku cakap dulu tak abis lagi.. GRO bukan GRO hak dok nuhnuhnuh.. Bukan..

Lan : Abis?

Jan : GRO ni singkat daripada Gaya Ragut Orang..

Lan : Ragut orang? Lagi nak mampuih.. Lolaq hang..

Jan : Hang pukui aku lagi..

Lan : Tak mau..

Jan : Hai..Hai sayang.. Intan payung mai mai mai.. amboi panggil intan payung mai.. nih..

Lan : Awat?

Jan : Kita, hang mau duit dak?

Lan : Hai duit mesti la nak..

Jan : Nak kan.. cara orang berjalan pun boleh ragut kan, kita naik moto pun orang buleh ragut lani tak pa biar aku jadi mangsa, hang jadi..

Lan : GRO..

Jan : Tu.. GRO kot mana?

Lan : GRO tu Gaya Ragut Orang.. hang yang kata tadi..

Jan : Dak aih.

Lan : Aku tak mau, aku nak ragut jugak mai..

Jan : Oi belum lagi..

Lan : Ha cepat-cepat hang jadi cepat..

Jan : Aku jalan

Lan : Ha aku nak ragut lekas

37

Page 38: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

…………………………………………………………………………………………………

Lakonan ragut..

Jan : Eh aduih, aduih, aduih..

Lan : Ha nah makan bulu kaki

Jan : Hoi, awat woi.. oii jangan lari.. amboi mai ni

Lan : Awat pulak

Jan : Amboi hang pukui aku sakan noh. Hang tak tau aku sakit kaki ni

Lan : Sakit kaki ? Kenapa?

Jan : Hang tau kaki aku kena pa?

Lan : Kena pa?

Jan : Kena sengat ikan pari..

Lan : Mai tang mana sengat ikan pari plak

Jan : Hak ni bukan duri ikan pari hak ni paku..

Lan : Paku?

Jan : Allah.. botak!! Oi..oi.. malu kat orang botak.. ui malu-malu..

Lan : Awat abang buat mcm ni

Jan : Sabaq la..

…………………………………………………………………………………………………

Kedengaran bunyi siren..

Jan : Hang dengaq dak, dengaq dak? dengaq dak ?

Lan : Dengaq, dengaq? Ambulan..

Jan : Ui.. bukan ambulan

Lan : Haa?

Jan : Polis!

Lan : Ha polis?

Jan : Polis....

Lan :Polis....

38

Page 39: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Transkripsi Rakaman

39

Page 40: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

(Sebutan Baku)

Raja Lawak Musim ke 3 bersama LNJ (minit ke 6.25 saat)

Intro

Lan : Hai dalam kuku pun ada kambing?

Jan : Bek..

Lan :Uit mesin basuh. Hai mesin basuh. Ish kamu ini.

Jan : Mesin basuh datang dari mana?

Lan : Amboi datang tergedik-gedik, tergedik-gedik sebab apa. Kenapa?

Jan : Kamu tahu malam ini saya panggil kamu sebab apa?

Lan : Tidak tahu..

Jan : Saya hendak kamu jadi GRO.

Lan : GRO!! hehehe.. sukanya saya GRO. Habis mereka yang lain macam mana? Haa kalau hendak tahu, tengok ini "Ushar Lagi".

......................................................................................................................................................

40

Page 41: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Di suatu tempat yang sunyi…

Lan : Amboi. Kenyang rasa. Lega hati.. Arrggghhhhhhh..( bunyi berlahak) Alhamdunillah..

Jan : Hoi..

Lan : Oii mesin basuh jatuh..

Jan : Mesin basuh jatuh dimana? Amboi berlahak.. Kuat bunyinya...

Lan : Kamu.. Gelojoh..

Jan : Di mana yang gelojoh?

Lan : Kenapa lambat sangat?

Jan : Saya panggil kamu datang malam ini sebab saya hendak bagi kamu jadi GRO.

Lan : GRO? Ai.. tidak mahu jadi GRO.. jadi GRO berdosa.. mak saya marah.. tidak mahu..

Jan : Ini..ini.. Bukan-bukan. Datang sini dulu.. Dengar saya cakap dulu tidak habis lagi.. GRO bukan GRO yang seperti tuuuuuuuuuhhhhhhh.. Bukan..

Lan : Habis?

Jan : GRO ini singkat daripada Gaya Ragut Orang..

Lan : Ragut orang? Lagi hendak mati.. Teruk betul kamu..

Jan : Kamu pukul saya lagi..

Lan : Tidak mahu..

Jan : Hai..Hai sayang.. Intan payung datang, datang, datang.. amboi panggil intan payung datang.. ini..

Lan : Kenapa?

Jan : Kita, Kamu mahu duit kan?

Lan : Hai duit mesti..

Jan : Mahu kan.. cara orang berjalan pun boleh ragut kan, kita naik motor pun orang boleh ragut sekarang ini tidak apa biar saya jadi mangsa, kamu jadi..

Lan : GRO..

Jan : Itu.. GRO?

Lan : GRO itu Gaya Ragut Orang.. kamu yang kata tadi..

Jan : Bukan..

Lan : Saya tidak mahu, saya hendak ragut juga sekarang..

Jan : Oi belum lagi..

41

Page 42: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Lan : Ha cepat-cepat kamu jadi cepat..

Jan : Saya jalan..

Lan : Ha Saya ragut sekarang

…………………………………………………………………………………………………

Lakonan ragut..

Jan : Eh aduh, aduh, aduh..

Lan : Ha makan bulu kaki..

Jan : Hoi, Kenapa? Oii jangan lari.. amboi datang sini

Lan : Kenapa pula?

Jan : Amboi dasyat kamu pukul saya. Kamu tahu saya sakit kaki.

Lan : Sakit kaki ? Kenapa?

Jan : Kamu tahu kenapa dengan kaki saya?

Lan : Kena apa?

Jan : Kena sengat ikan pari..

Lan : Datang mana sengat ikan pari?

Jan : Hak ini bukan duri ikan pari hak ini paku..

Lan : Paku?

Jan : Allah.. botak!! Oi..oi.. malu dengan orang.. Botak.. ui malu-malu..

Lan : Kenapa abang buat macam ini?

Jan : Sabar..

…………………………………………………………………………………………………

Kedengaran bunyi siren..

Jan : Kamu dengar tidak? Dengar tidak? Dengar tidak ?

Lan : Dengar, dengar.. Ambulan..

Jan : Ui.. bukan ambulan

Lan : Haa?

Jan : Polis!

Lan : Ha polis?

Jan : Polis....

42

Page 43: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Lan :Polis....

43

Page 44: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Transkripsi Rakaman

(Sebutan Dialek Kedah)

Raja Lawak Musim ke 3 bersama LNJ (minit ke 6.25 saat)

Intro

Lan : [hai da.lam ku.ku pun a.da kam.bin]?

Jan : [ba.yë?]

Lan :[ui? me.sin ba.söh] [haj me.sin ba.söh] [ish hang ni]

Jan : [me.sin ba.söh mai küt ma.na]?

Lan : [am.boi mai tRe.gedi?- ge.di?] [tRe.ge.di? – ge.di? pa.saj pa] [a.wat]?

Jan : [hang tau ma.lam ni a.ku pang.gil hang pa.saj a.pa]?

Lan : [ta? tau]

Jan : [a.ku na? ba.gi hang ja.di G.R.O]

44

Page 45: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Lan : [G.R.O. he.he.he su.ka.Лa a.ku G.R.O.] [a.bës di.ya ö.Rang tu ma.cam ma.na]? [haa ka.lau na? tau te.ŋo? ni u.šar la.gi]

......................................................................................................................................................

Di suatu tempat yang sunyi…

Lan : [am.boi ke.Лaŋ ra.sa le.ga ha.ti] [arrggghhhhhhh( bunyi berlahak)] [al.ham.du.nil.lah]

Jan : [hoi]

Lan : [oii me.sin ba.söh ja.töh]

Jan : [me.sin ba.söh ja.töh küt ma.na]? [am.boi be.la.ha?] [de.Rayëh nöh]

Lan : [hang] [ge.lö.cöh]

Jan : [ge.lö.jöh taŋ ma.na]?

Lan : [a.wat lam.bat sa.ŋat]?

Jan : [a.ku pang.gë hang mai ma.lam ni se.bab a.ku na? ba.gi hang ja.di G.R.O.]

Lan : [G.R.O] [ai ta? mau ja.di G.R.O.] [ja.di G.R.O ber.do.sa] [ma? sa.ya ma.Rah] [ta? mahu]

Jan : [ni.ni.] [da?.da?] [mai si.ni du.lu] [de.ŋa¿ a.ku ca.kap du.lu ta? a.bës la.gi] [G.R.O. bu.kan G.R.O. ha? do? nüh.nüh.nüh] [bu.kan]

Lan : [a.bës]?

Jan : [G.R.O. ni siŋ.ka.tan da.Ri.pa.da ga.ya Ra.gut ö.Raŋ]

Lan : [Ra.gut ö.Raŋ]? [la.gi na? mam.pöyëh] [lö.la¿ hang]

Jan : [hang pu.köj a.ku la.gi]

Lan : [ta? mau]

Jan : [hai hai sa.yaŋ in.tan pa.yöŋ mai mai mai] [am.boi pang.gë in.tan pa.yöŋ mai nëh]

Lan : [a.wat]?

Jan : [ki.ta hang mau du.wët da?]?

Lan : [haj du.wët mes.ti la na?]

Jan : [na? kan ca.Ra ö.Rang ber.ja.lan pun bo.lëh Ra.gut kan ki.ta na.yë? mö.tö pun ö.Rang bo.lëh Ra.gut la.ni ta? pa bi.a¿ a.ku ja.di maŋ.sa, hang ja.di]

Lan : [G.R.O.]

Jan : [tu G.R.O. köt ma.na]

Lan : [G.R.O tu ga.ya Ra.gut ö.Rang] [hang yaŋ ka.ta ta.di]

45

Page 46: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Jan : [da? aih]

Lan : [a.ku ta? mau a.ku na? Ra.gut ju.ga? mai]

Jan : [oi be.lum la.gi]

Lan : [ha ce.pat ce.pat hang ja.di ce.pat]

Jan : [a.ku ja.lan]

Lan : [ha a.ku na? Ra.gut le.kayëh]

…………………………………………………………………………………………………

Lakonan ragut..

Jan : [eh a.döyëh a.döyëh a.döyëh]

Lan : [ha nah ma.kan bu.lu ka.ki]

Jan : [hoi a.wat woi oi ja.ŋan la.Ri] [am.boi mai ni]

Lan : [a.wat pu.la?]

Jan : [am.boi hang pu.köj a.ku sa.kan nöh] [hang ta? tau a.ku sa.kit ka.ki ni]

Lan : [sa.kit ka.ki]? [ke.na.pa]?

Jan : [hang tau ka.ki a.ku ke.na pa]?

Lan : [ke.na pa]?

Jan : [ke.na se.ŋat i.kan pa.Ri]

Lan : [mai taŋ ma.na se.ŋat i.kan pa.Ri pla?]

Jan : [ha? ni bu.kan du.Ri i.kan pa.Ri ha] [ni pa.ku]

Lan : [pa.ku]?

Jan : [Al.lah] [bo.ta?]!! [oi.oi. ma.lu kat ö.Rang bo.ta?] [ui ma.lu ma.lu]

Lan : [a.wat a.baŋ bu.wat ma.cam ni]

Jan : [sa.ba¿ la] …………………………………………………………………………………………………

Kedengaran bunyi siren..

Jan : [hang de.ŋa¿ da? de.ŋa¿ da? de.ŋa¿ da?]

Lan : [de.ŋa¿ de.ŋa¿ am.bu.len]

Jan : [ui bu.kan am.bu.len]

Lan : [haa]?

46

Page 47: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Jan : [po.lis]!

Lan : [ha po.lis]?

Jan : [po.lis]

Lan :[po.lis]

47

Page 48: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Aplikasi 3 Rumus Fonologi

Soalan B

Tiga rumus fonologi telah diaplikasikan dalam rakaman tadi. Antaranya ialah :

1. Penghilangan Rumus

Sesuatu proses yang melibatkan rumus yang pada awalnya wujud dalam bahasa

asal, tetapi tidak lagi dikekalkan dalam dialek turunannya dikenali sebagai proses

penghilangan rumus.Berdasarkan kaedah perbandingan sinkronis seperti yang

digunakan dalam linguistik sejarah, apabila sesuatu rumus itu dimanifestasikan

dalam kebanyakan dialek turunan, maka rumus itu dapat dianggap sebagai rumus

asal yang wujud dalam nahu bahasa sumber (King 1969 : 176)

48

Page 49: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Sehubungan dengan itu, rumus Pembentukan Glotal (PGT) yang menukarkan /k/

menjadi /?/ di posisi akhir kata. Rumus tersebut boleh diformulasasikan seperti yang

berikut :

Pembentukan Glotal k ? / _________ #

Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam

rumus fonologi Pembentukan Glotal. Antaranya :

Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah

Gedik

Nak

Tengok

Dak

Tak

Berlahak

Hak

Naik

Botak

Jugak

Ge.di?

Na?

Te.ŋo?

Da?

Ta?

BeR.la.ha?

Ha?

Na.yë?

Bo.ta?

Ju.ga?

2. Rumus Penyisipan Gelencuran

Rumus Penyisipan Gelencuran pada vokal rangkap tinggi terdapat dalam sesebuah

dialek Melayu dalam bahasa Melayu. Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh

Zaharani Ahmad (1993), rumus ini menyisipkan bunyi gelencuran [y] dan [w] di

antara vokal rangkap yang terdiri daripada vokal tinggi dan satu vokal lain.

Proses penyisipan gelencuran boleh diformulasasikan seperti berikut :

49

Page 50: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Ø y / i _________ v

w u

Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam

rumus fonologi Penyisipan Gelencuran. Antaranya :

Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah

Dia

Duit

Buat

Baik

Mampus

Naik

aduh

di.ya

du.wët

bu.wat

ba.yë?

mam.pöyëh

na.yë?

a.döyëh

3. Rumus Pengguguran Getaran

Rumus penguguran getaran (PGR) ini termasuk dalam penghilangan rumus. Apa

yang ingin dijelaskan di sini ialah rumus ini menggugurkan /r/ menjadi /¿/ iaitu frikatif

faring. Sebagai contohnya, /besar/ menjadi [bə.sa¿]. Walaupun ciri fonetiknya

berbeza, apa yang dipentingkan di sini adalh bunyi tersebut tidak mengalami proses

penguguran di akhir kata.

Rumus penguguran getaran

50

Page 51: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

r ¿ / ________ #

Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam

rumus fonologi Penguguran Getaran(PGR). Antaranya :

Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah

Dengar

Biar

Sabar

De.ŋa¿

Bi.a¿

Sa.ba¿

4. Rumus penggelencuran /l/

Rumus penggelencuran ini berlaku pada dialek Kedah. Dialek ini mengubah bunyi

lateral /l/ menjadi bunyi gelencuran /j/. Sebagai contohnya, /hal/ bertukar menjadi

[hai] dalam dialek Kedah.

Rumus Penggelencuran /l/

l j / _________ #

51

Page 52: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam

rumus fonologi Penggelencuran /l/ Antaranya :

Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah

Pukul

Betul

Pasal

Pu.köj

Be.töj

Pa.saj

5. Rumus Pendepanan Nasal

Apabila bunyi berubah dan melibatkan satu inovasi, gejala ini dihuraikan sebagai

proses penambahan rumus (Lehman 1973 : 169). Bagi rumus pendepanan nasal,

rumus ini dikategorikan dalam penambahan rumus. Rumus ini menyatakan

bahawa /ŋ/ akan berubah menjadi /n/, apabila berada di suku kata akhir tertutup.

Rumus ini diformulasasikan sebagai :

Rumus Pendepanan Nasal

ŋ n / V _________ #

52

Page 53: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Berdasarkan rakaman dialek, ada beberapa contoh perkataan yang terlibat dalam

rumus fonologi Pendepanan Nasal. Antaranya :

Contoh perkataan Perkataan Dialek Kedah

Kambing /kambiŋ/ kam.bin

53

Page 54: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Ciri Suprasegmental

Suprasegmental Bahasa Melayu

Fonem suprasegmental yang juga disebut fonem suprapenggalan ialah ciri atau sifat

bunyi yang menindih atau menumpang sesuatu fonem. Maksudnya ciri

suprasegmental hadir bersama-sama fonem penggalan dengan cara menumpang

bunyi segmental. Fonem suprasegmental ini bukannya bunyi segmental atau bunyi

penggalan tetapi ciri yang hadir bersama dengan cara menumpang bunyi

penggalan.

Terdapat empat unsur-unsur dalam suprasegmental iaitu tekanan, nada, jeda dan

panjang-pendek

54

Page 55: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Tekanan

Tekanan menunjukkan kelantangan sesuatu suku kata yang menandakan keras

atau lembutnya penyebutan sesuatu suku kata tersebut. Tekanan juga merupakan

ciri lemah atau kerasnya suara penyebutan sesuatu suku kata. Lambang yang

digunakan untuk tekanan ialah /’/. Lambang ini diletakkan di atas suku kata yang

menerima tekanan itu. Dalam bahasa Melayu tekanan berlaku pada vokal. Bunyi

vokal dalam bahasa Melayu disebut dengan lantang dan boleh dipanjangkan.

Tekanan dalam perkataan bahasa Melayu lazimnya berlaku pada suku kata yang

kedua seperti dalam perkataan /ki’ta/, /ba’pa/, /sa’tu/. Tekanan tidak membezakan

makna.

Berdasarkan rakaman tersebut, contoh ciri suprasegmental bagi tekanan adalah

seperti berikut :

Contohnya : 1. [am’boi ke’Лaŋ Rasa’]

2. [hai’-hai’ sa’yaŋ]

3. [hai’-hai’ sa’yang, in’tan pa’yung mai mai mai]

4. [sakit kaki? Kenapa’]

5. [a’wat ?]

6. [po’lis]

Nada

Nada ialah kadar meninggi atau menurun pengucapan sesuatu suku kata atau

perkataan. Nada ditandai oleh nombor-nombor 1 (rendah), 2 (biasa), 3 (tinggi), 4

(tinggi sekali). Ayat penyata biasanya dimulakan dengan nada 2; kemudian nada itu

menaik bila ada tekan dan turun hingga 1.

Berdasarkan rakaman tersebut, contoh ciri suprasegmental bagi nada adalah seperti

berikut :

55

Page 56: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Contoh : 1. [ ³ amboi belaha? ² deRayëh ¹ nöh ]

2. [ ³ Sayaŋ ² intan payuŋ ¹ mai mai ]

Jeda

Jeda juga disebut sebagai persendian, iaitu unsur hentian yang memisahkan antara

unsur-unsur linguistik, sama ada perkataan, ayat atau rangkai kata. Lambang yang

digunakan untuk jeda ialah #. Unsur ini boleh membezakan makna.

Berdasarkan rakaman tersebut, ciri jeda dalam suprasegmental yang terdapat dalam

rakaman ialah :

Contonhnya: 1. [#ma? saya maRah#] --------- [ma? # saya maRah#]

Bermaksud : mak saya yang tengah marah. ---------------- saya yang tengah marah.

2. [#amboi panggil intan payuŋ mai#] ---------- [#amboi panggil intan

# payuŋ mai]

Bermaksud : panggil intan payung baru datang. --------- panggil intan tetapi payung

yang datang.

Kedua-dua ayat ini adalah berbeza maknanya.

Panjang-pendek

Panjang pendek ialah kadar panjang atau pendeknya sesuatu bunyi itu diucapkan.

Lambang bagi fonem ini ialah [:] yang dinamakan mora. Lambang [:] bererti panjang

sebutan bunyi itu satu mora. Lambang [::] menunjukkan dua mora dan lambang [.]

adalh setengah mora. Bagi bahasa Melayu unsur ini tidak membezakan makna

Berdasarkan rakaman yang dibuat, ciri suprasegmental bagi panjang-pendek adalah

seperti berikut :

56

Page 57: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Contoh: 1. [am :: boi ke : Лaŋ rasa le :: ga hati],

2. [hai – hai sa :: yaŋ],

3. [oi ja . ŋan laRi]

Bibliografi

Abdullah Hassan (1966), "Pertandingan Tatabahasa antara Dialek Kedah dan Dialek

                   Perak" Kertas Kerja Iimiah Sarjana Muda Sastera, JPM UM.

Abdullah Hassan. (2005). Fonologi, Siri Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa

Melayu . Pahang : PTS Profesional Publishing Sdn Bhd.

57

Page 58: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Abdullah Hassan. (2005). Linguistik Am, Siri Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa

Melayu . Pahang : PTS Profesional Publishing Sdn Bhd.

Ajid Che Kob. (1985). Dialek Geografi Pasir Mas . Selangor : Penerbitan UKM

Ali Mahmood, Mashudi Bahari dan Lokman Abd Wahid. (2007). Pengenalan Fonetik

dan Fonologi Bahasa Melayu HBML1203. Selangor : Meteor Doc. Sdn Bhd.

Asmah Hj Omar, (1980), "Persepsi dan Kenyataan seperti yang tergambar di dalam Dialek Kedah" dlm. Dewan Bahasa bil. 12 jld. 24.

Asmah Hj Omar, (1986), Bahasa dan Alam pemikiran Melayu, Kuala Lumpur, DBP.

Asmah Hj Omar, Prof., Dr. (1977),  Kepelbagaian Fonologi Dialek- dialek Melayu,            Kuala Lumpur, DBP.

Farid Mohd Onn. (1980)." Perubahan Bahasa dan Kajian Dialek- satu pendekatan            tatabahasa Generatif " dlm. Dewan Bahasa bil. 6 jil. 24.

Ismail Dahaman et al. (1997). Glosari dialek Kedah. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa

dan Pustaka.

Ismail Hussin. (1973)." Malay Dialect in Malay Penasular " dlm. Nusantara. jil.3{2}

J.K. Chambers et al. (1990). Dialektologi . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

James T.Collins. (1983). Dialek Ulu Terengganu . Selangor : Penerbitan UKM

James T.Collins. (1986). Antologi Kajian Dialek Melayu . Kuala Lumpur: Dewan

Bahasa dan Pustaka.

Nor Hashimah Jalaluddin. (2007). Asas Fonetik . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

Suhendra Yusuf. (1998). Fonetik dan Fonologi . Jakarta : Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama.

Zaharani Ahmad dan Teoh Boon Seong. (2006). Fonologi Autosegmental :

Penerapanya pada Bahasa Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

58

Page 59: 14660406 fonetik-dan-fonologi-bahasa-melayu-tinggi[1]

FONETIK DAN FONOLOGI BAHASA MELAYU TINGGI HBML4503

Zaharani Ahmad. (1993). Fonologi Generatif : Teori dan Penerapan . Kuala Lumpur:

Dewan Bahasa dan Pustaka.

http://www.tutor.com.my/stpm/variasi_bahasa.htm

http://www.mykedah2.com/10heritage/106_3.html

http://www.geocities.com/Athens/Agora/5816/ragambahasa.html

http://melayuonline.com/culture/?a=b3Vxei9zVEkvUXZ5bEpwRnNx=

59