1 patogenisitas beberapa isolat cendawan

12
1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Metarhizium spp TERHADAP KUMBANG PREDATOR Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinelidae) Muhammad Agung Permadi Program studi Agroekoteknologi, BKI Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163 ABSTRAK Metarhizium spp merupakan cendawan entomopatogen yang mempunyai kisaran inang luas. Cendawan Metarhizium spp tidak hanya dapat menginfeksi serangga hama, namun juga dapat menginfeksi serangga bermanfaat seperti predator. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari patogenisitas beberapa isolat Metarhizium spp terhadap kumbang predator Menochilus sexmaculatus. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Pengendalian Hayati Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, dimulai pada bulan Februari sampai Juni 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol, dan empat isolat Metarhizium spp (MetPKo, MetLKt, MetAKi, dan MetKbCi). Kerapatan konidia yang digunakan adalah 10 8 konidia/ml. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas larva, persentase pupa terbentuk, persentase imago terbentuk, dan kemampuan memangsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolat Metarhizium spp bersifat patogen terhadap kumbang predator M. sexmaculatus. Isolat yang paling rendah patogenisitasnya adalah isolat MetKbCi yaitu 27,50% sedangkan isolat MetPKo, MetLKt dan MetAKi menghasilkan patogenisitas tertinggi berturut-turut sebesar 62,50%, 65%, dan 67,50%. Kata kunci: Patogenisitas, Cendawan entomopatogen, Kumbang predator PATHOGENICITY of ISOLATES ENTOMOPATHOGENIC FUNGI Metarhizium spp to MEALYBUG PREDATOR Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera; Coccinelidae) ABSTRACT Metarhizium spp is one of entomopathogenic fungi that have wide host. Metarhizium spp not only infected pest insect but also beneficial insect such as natural enemies, predator. The purpose of this experiment was to study pathogenicity of isolates entomopathogenic fungi Metarhizium spp to mealybug predator Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera; Coccinelidae). The experiment was conducted at the Laboratory. The experiment were arrange in Complete Randomized Design (CRD) with five treatments (MetPKo, MetLKt, MetAKi, MetKbCi and control) and four replications. Conidial density were used at 10 8 conidia/ml. The parameters observed were larval mortality, the percentage of pupa and imago formed, and prey ability. The result showed all of isolates Metarhizium spp were effect to Menochilus sexmaculatus mortality. The lowest mortality on MetKbCi isolate that is 27,50% and the highest mortality on MetPKo, MetLKt and MetAKi isolate that is 62,50%, 65%, and 67,50% respectively. Keywords : Pathogenicity, Entomopathogenic fungi, Mealybug predator PENDAHULUAN Cendawan entomopatogen merupakan salah satu agen pengendalian hayati yang potensial untuk mengendalikan hama tanaman (Sumartini et al., 2001). Salah satu jenis patogen serangga yang paling banyak terdapat di alam dan sering kali digunakan untuk pengendalian serangga hama adalah cendawan Metarhizium spp. Cendawan ini mampu

Upload: nguyenduong

Post on 14-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

1

PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Metarhiziumspp TERHADAP KUMBANG PREDATOR Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera:

Coccinelidae)

Muhammad Agung Permadi

Program studi Agroekoteknologi, BKI Perlindungan Tanaman, Fakultas PertanianUniversitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang 25163

ABSTRAK

Metarhizium spp merupakan cendawan entomopatogen yang mempunyai kisaran inang luas.Cendawan Metarhizium spp tidak hanya dapat menginfeksi serangga hama, namun juga dapatmenginfeksi serangga bermanfaat seperti predator. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmempelajari patogenisitas beberapa isolat Metarhizium spp terhadap kumbang predator Menochilussexmaculatus. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Pengendalian Hayati Jurusan Hamadan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, dimulai pada bulan Februarisampai Juni 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol, dan empat isolat Metarhizium spp (MetPKo,MetLKt, MetAKi, dan MetKbCi). Kerapatan konidia yang digunakan adalah 108 konidia/ml.Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas larva, persentase pupa terbentuk, persentase imagoterbentuk, dan kemampuan memangsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua isolatMetarhizium spp bersifat patogen terhadap kumbang predator M. sexmaculatus. Isolat yang palingrendah patogenisitasnya adalah isolat MetKbCi yaitu 27,50% sedangkan isolat MetPKo, MetLKt danMetAKi menghasilkan patogenisitas tertinggi berturut-turut sebesar 62,50%, 65%, dan 67,50%.

Kata kunci: Patogenisitas, Cendawan entomopatogen, Kumbang predator

PATHOGENICITY of ISOLATES ENTOMOPATHOGENIC FUNGI Metarhizium spp toMEALYBUG PREDATOR Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera; Coccinelidae)

ABSTRACT

Metarhizium spp is one of entomopathogenic fungi that have wide host. Metarhizium spp notonly infected pest insect but also beneficial insect such as natural enemies, predator. The purpose ofthis experiment was to study pathogenicity of isolates entomopathogenic fungi Metarhizium spp tomealybug predator Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera; Coccinelidae). The experiment wasconducted at the Laboratory. The experiment were arrange in Complete Randomized Design (CRD)with five treatments (MetPKo, MetLKt, MetAKi, MetKbCi and control) and four replications.Conidial density were used at 108 conidia/ml. The parameters observed were larval mortality, thepercentage of pupa and imago formed, and prey ability. The result showed all of isolates Metarhiziumspp were effect to Menochilus sexmaculatus mortality. The lowest mortality on MetKbCi isolate thatis 27,50% and the highest mortality on MetPKo, MetLKt and MetAKi isolate that is 62,50%, 65%,and 67,50% respectively.

Keywords : Pathogenicity, Entomopathogenic fungi, Mealybug predator

PENDAHULUAN

Cendawan entomopatogen merupakansalah satu agen pengendalian hayati yangpotensial untuk mengendalikan hama tanaman

(Sumartini et al., 2001). Salah satu jenispatogen serangga yang paling banyak terdapatdi alam dan sering kali digunakan untukpengendalian serangga hama adalah cendawanMetarhizium spp. Cendawan ini mampu

Page 2: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

2

menginfeksi hama tanaman dari ordoColeoptera, Isoptera, Homoptera, Hemiptera,dan Lepidoptera (Strack, 2003).

Pengendalian dengan menggunakancendawan entomopatogen ini mempunyaibeberapa keuntungan antara lain: (1)selektivitas tinggi, (2) organisme yangdigunakan sudah tersedia di alam, (3)mempunyai kapasitas reproduksi yang tinggi,(4) siklus hidupnya pendek, (5) dapatmembentuk spora yang tahan di alamwalaupun dalam kondisi yang tidakmenguntungkan, (6) relatif aman, (7) relatifmudah diproduksi dan (8) sangat kecilkemungkinan terjadi resistensi (Prayogo et al.,2005; Untung, 1993).

Pemanfaatan Metarhizium spp untukpengendalian hama telah banyak dilaporkan,antara lain Widianti (2010) malaporkan dalamhasil penelitiannya bahwa cendawanMetarhizium spp dapat mematikan larvaSpodoptera litura instar II sampai 47,5%.Herawati (2009) melaporkan dalam hasilpenelitiannya bahwa isolat Metarhizium sppyang berasal dari beberapa tanah pertanamandapat memperlihatkan kemampuan yangberbeda dalam menginfeksi Crocidolomiapavonana. Isolat Metarhizium spp yangdiisolasi dari tanah pertanaman kubis lebihvirulen terhadap C. pavonana dibandingkandengan isolat dari pertanaman wortel, bawangmerah dan bawang daun. Hapadad et al. (2006)menjelaskan bahwa dari 14 isolat yang berasaldari tempat dan inang yang berbedamenghasilkan tingkat virulensi yang berbeda.

Salah satu informasi penting yang harusdipertimbangkan dalam penggunaanMetarhizium spp sebagai agen pengendalianhayati dalam skala luas adalahkompatibilitasnya dengan agen pengendalianhayati lain seperti predator, karena cendawanini dapat menginfeksi berbagai jenis seranggabaik serangga hama maupun serangga predator.Faktor keamanan predator tersebut merupakansalah satu syarat yang harus dipenuhi untukaplikasi cendawan secara luas.

Predator merupakan organisme yanghidup bebas dengan memangsa binatang yanglainnya (Untung, 1993). Penggunaan predatorsebagai agen pengendalian hayati untukmengendalikan hama tanaman memilikibeberapa keuntungan antara lain aman,

permanen, dan ekonomis. Kumbang predatorMenochilus sexmaculatus (Coleoptera:Coccinelidae) merupakan salah satu agenpengendalian hayati. Predator ini mampumemangsa 200-400 ekor nimfa Bemisia tabaciselama masa hidupnya (Deptan, 2008).Hutagaol (2010) menunjukkan dalam hasilpenelitiannya bahwa imago M. sexmaculatusdapat memangsa sebanyak 76,67% Myzuspersicae, 76,33% Aphis gossypii dan 57%Neotoxoptera sp dalam waktu 24 jam.

Selain kontak langsung dengancendawan entomopatogen, predator juga bisaterancam melalui makanan yang terinfeksicendawan entomopatogen, dengan caramengkonsumsi mangsa yang terinfeksicendawan. Bagaimanapun, pola pemberianmakanan pada predator mempunyai perananpenting dalam meminimalkan dan mengurangiinteraksi antagonis antara serangga predatordan cendawan entomopotogen. Sari (2010)melaporkan dalam hasil penelitiannya bahwacendawan Beauveria bassiana dapatmematikan larva M. sexmaculatus instar IVsampai 87,50% melalui kontak langsung dandapat mematikan larva M. sexmaculatus instarIV sampai 100% melalui makanan (kutudaun)yang terinfeksi B. bassiana.

Informasi tentang patogenisitasMetarhizium spp terhadap M. sexmaculatussangat diperlukan pada ekosistem pertanian.Hal itu bertujuan untuk dapat memprediksidampak negatif yang terjadi akibat dari aplikasiMetarhizium spp terhadap perkembanganpopulasi predator.Berdasarkan hal tersebut diatas telah dilakukan penelitian tentang“Patogenisitas Beberapa Isolat CendawanEntomopatogen Metarhizium spp TerhadapKumbang Predator Menochilussexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinelidae)”.Tujuan dari penelitian ini adalah untukmempelajari patogenisitas beberapa isolatMetarhizium spp terhadap kumbang predatorMenochilus sexmaculatus.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan TempatPenelitian ini telah dilaksanakan di

laboratorium Pengendalian Hayati JurusanHama dan Penyakit Tumbuhan FakultasPertanian Universitas Andalas Padang, dimulai

Page 3: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

3

pada bulan Februari sampai Juni 2012. Jadwalpenelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Bahan dan AlatBahan yang digunakan adalah empat

isolat Metarhizium spp, kumbang predator M.sexmaculatus, media SDAY (dekstrosa 40 gr,pepton 10 gr, ekstrak yeast 2,5 gr, agar 20 gr,kloramfenikol 0,5 gr, akuades 1 liter), alkohol70%, akuades, plastic wrape, kertas tisu, dankertas label. Alat yang digunakan adalah cawanpetri, gelas piala, jarum ose, kain kasa, lampuspiritus, gunting, pinset, gelas ukur, kuas, pipettetes, erlenmeyer, hand sprayer,

haemocytometer, mikroskop, autoclave,kamera digital, dan kotak plastik.

MetodePenelitian ini menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5perlakuan dan 4 ulangan. Isolat Metarhiziumspp yang digunakan merupakan koleksi darilaboratorium Pengendalian Hayati JurusanHama dan Penyakit Tumbuhan FakultasPertanian Universitas Andalas. Jenis tanamandan asal isolat yang digunakan dapat dilihatpada Tabel 1 dan bentuk koloni dari masing-masing isolat dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Isolat Metarhizium spp yang digunakan dalam penelitianIsolat Jenis Tanaman Asal

MetPKo Kakao Pariaman

MetLKt Karet Lintau

MetKbCi Cabai Koto Baru

MetAKi Kopi Agam

Isolat MetLKt Isolat MetAKi

Isolat MetKbCi Isolat MetPKo

Gambar 1. Bentuk koloni empat isolatMetarhizium spp setelah diinkubasi selama tigaminggu

Penempatan masing-masing perlakuandilakukan secara acak, data yang diperoleh darihasil pengamatan dilakukan Uji F dan jikaberbeda nyata dilanjutkan dengan uji LeastSignificant Different (LSD) pada taraf 5%.

PelaksanaanPengadaan M. sexmaculatus

Larva instar IV M. sexmaculatusdikumpulkan dari lahan pertanian jagung dankacang panjang di Kota Padang. Larva instarIV M. sexmaculatus yang diperoleh dibawa kelaboratorium untuk dijadikan serangga uji.

Pengadaan KutudaunKutudaun dikumpulkan dari lahan

pertanian jagung dan kacang panjang di KotaPadang. Kutudaun yang dijadikan sumberpakan M. sexmaculatus adalah Aphis maydisdan A. craccivora. Jika populasi kutudaunsudah berkurang, maka dilakukan penambahandengan cara mengumpulkan dari lahanpertanian.

Perbanyakan Metarhizium spp pada MediaSDAY

Isolat Metarhizium spp merupakankoleksi dari laboratorium Pengendalian HayatiJurusan Hama dan Penyakit TumbuhanFakultas Pertanian Universitas Andalas.Perbanyakan Metarhizium spp dilakukan

Page 4: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

4

dengan cara memindahkan biakan murniMetarhizium spp ke dalam cawan petri yangberisi media SDAY dan diinkubasi selama 3minggu.

Pembuatan Suspensi CendawanMetarhizium spp

Pembuatan suspensi cendawandilakukan dengan cara menambahkan 10 mlakuades steril dan satu tetes Tween 80 (0,05%)ke dalam biakan cendawan Metarhizium spp.Kemudian konidia dilepas dari biakancendawan dengan menggunakan kuas halus.Untuk mendapatkan konidia cendawan yangdiinginkan, dilakukan pengenceran danperhitungan kerapatan konidia dengan bantuanhaemocytometer.

Pengenceran dilakukan dengan menggunakanrumus:V1 . N1 = V2 . N2

Dimana :V1 = Volume pada larutan dasarN1 = Kerapatan konidia larutan dasar

(konidia / ml)V2 = Volume setelah penambahanN2 = Kerapatan konidia yang

diinginkan (108 konidia / ml)

PerlakuanKerapatan konidia yang digunakan

adalah 108 konidia/ml untuk semua isolat.Pelaksanaan perlakuan dilakukan dengan caramenyemprotkan 2 ml suspensi konidiacendawan Metarhizium spp pada tiap larvainstar IV M. sexmaculatus yang diuji. Larvainstar IV kontrol disemprotkan akuades denganvolume yang sama. Kemudian larva instar IVM. sexmaculatus tersebut dipelihara pada kotakyang telah disediakan. Setiap kotak plastikberisi 1 ekor larva instar IV M. sexmaculatus.Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 ekorlarva instar IV.

PengamatanPersentase Mortalitas Larva Instar IV M.sexmaculatus

Pengamatan dilakukan dengan caramenghitung jumlah larva instar IV yang matisetiap selang waktu 24 jam. Mortalitas dihitungdengan menggunakan rumus:M = × 100%Dimana :M = Persentase mortalitas larva

instar IV (%)n = Jumlah larva instar IV yang matiN = Jumlah larva instar IV yang

diperlakukan

Nilai LT50 ditentukan dengan analisis probit(Finney, 1971)

Persentase Pupa M. sexmaculatus TerbentukPengamatan ini dilakukan dengan

menghitung jumlah pupa yang terbentuk darisetiap perlakuan. Persentase pupa yangterbentuk dihitung dengan menggunakanrumus:

P = × 100%Dimana:P = Persentase pupa terbentuk (%)b = Jumlah pupa terbentukN = Jumlah larva instar IV yang

diperlakukan

Persentase Imago M. sexmaculatusTerbentuk

Pengamatan ini dilakukan denganmenghitung jumlah imago yang terbentuk darisetiap perlakuan. Persentase imago yangterbentuk dihitung dengan menggunakanrumus:

I = × 100%Dimana :I = Persentase imago terbentuk (%)d = Jumlah imago terbentukb = Jumlah pupa terbentuk

Page 5: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

5

Kemampuan Memangsa M. sexmaculatusPengamatan ini bertujuan untuk melihat

kemampuan larva instar IV M.sexmaculatus dalam memangsa kutudaun.Kemampuan memangsa diamati secaralangsung dengan menghitung jumlah kutudaunyang dimangsa selama 1 jam setelah 24 jamaplikasi suspensi konidia Metarhizium spp.

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Persentase Mortalitas Larva Instar IV M.sexmaculatus

Hasil uji patogenisitas empat isolatMetarhizium spp terhadap larva instar IV M.sexmaculatus menunjukkan bahwa adapengaruh isolat terhadap mortalitas predator.Hasil analisis ragam dan uji lanjut LSD 5%terhadap mortalitas larva instar IV M.sexmaculatus setelah aplikasi beberapa isolatMetarhizium spp menunjukkan hasil yangberbeda nyata (Tabel 2).

Tabel 2. Persentase mortalitas larva instar IV M. sexmaculatus setelah aplikasi empat isolatMetarhizium spp pada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata mortalitas larva instar IV ± SD(%)

MetAKi 67,50±9,57 aMetLKt 65,00±17,32 aMetPKo 62,50±9,57 aMetKbCi 27,50±18,93 bKontrol 7,50±5,00 cAngka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa M.sexmaculatus dapat terinfeksi olehMetarhizium spp. Mortalitas larva bervariasitergantung pada jenis isolat. Isolat MetAKi,MetLKt dan MetPKo menghasilkan mortalitastertinggi pada larva instar IV sedangkan isolatMetKbCi merupakan isolat yang mempunyai

patogenisitas terendah yaitu 27,50%. Dari datamortalitas larva instar IV pada Tabel 2 dapatdilihat laju mortalitas kumulatif larva instar IVM. sexmaculatus. Laju mortalitas kumulatiflarva instar IV M. sexmaculatus yang matisetelah aplikasi Metarhizium spp dapat dilihatpada Gambar 2.

Gambar 2. Laju mortalitas kumulatif larva instar IV

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwamortalitas larva instar IV M. sexmaculatusakibat infeksi Metarhizium spp sudah mulaiterjadi pada hari kedua. Hasil analisis probitmenunjukkan bahwa ada variasi nilai LT50

antara masing-masing isolat Metarhizium sppdan umumnya memiliki LT50 yang singkat. Halini mengindikasikan bahwa semua isolatmemiliki tingkat patogenisitas yang tinggisehingga mampu mematikan larva instar IV M.

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3

MetAKi

MetLKt

MetPKo

MetKbCi

Kontrol

Hari ke-

Jum

lah

larv

a ya

ng m

ati (

ekor

)

Page 6: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

6

sexmaculatus dalam waktu singkat. Nilai LT50

masing-masing isolat Metarhizium spp berkisarantara 2,71-6,53 hari (Tabel 3). Pada Tabel 3terlihat bahwa nilai LT50 dari masing-masingisolat Metarhizium spp paling singkat adalah

isolat MetAKi yaitu 2,71 hari, sedangkan nilaiLT50 yang paling lama yaitu isolat MetKbCiyaitu 6,53 hari. Perbedaan nilai LT50 antarisolat berhubungan dengan faktor patogenisitasdari masing-masing isolat Metarhizium spp.

Tabel 3. Nilai LT50 empat isolat Metarhizium spp terhadap larva instar IV M. sexmaculatusIsolat Nilai LT50 (hari)MetAKi 2,71MetLKt 3,07MetPKo 3,20MetKbCi 6,53

Pada Gambar 3 dapat dilihat larva instar IV M.sexmaculatus yang terinfeksi cendawanentomopatogen Metarhizium spp diselubungioleh miselia atau konidia cendawan yangberwarna hijau pada permukaan tubuh larvainstar IV M. sexmaculatus.

Larva normal Larva terinfeksi

Gambar 3. Larva instar IV M. sexmaculatusyang normal dan terinfeksicendawan entomopatogenMetarhizium spp

Persentase Pupa M. sexmaculatusTerbentuk

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa persentase pupa terbentuk menunjukkanhasil yang berbeda nyata. Setelah dilakukan ujilanjut dengan LSD taraf 5% persentase pupaM. sexmaculatus terbentuk dapat dilihat padaTabel 4.

Tabel 4. Persentase pupa M. sexmaculatus terbentuk setelah aplikasi empat isolat Metarhizium spppada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata pupa terbentuk ± SD(%)

Rata-rata pupa cacat ± SD(%)

Kontrol 92,50±5,00 a 0±0,00MetKbCi 70,00±20,00 b 3,57±7,15MetPKo 32,50±8,16 c 15±30,00MetLKt 30,00±17,08 c 25±21,52MetAKi 27,50±9,58 c 0±0,00Angka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSDpada taraf nyata 5%.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa isolatMetKbCi menghasilkan persentase pupaterbentuk yang tertinggi yaitu 70%, sedangkanisolat MetPKo, MetLKt dan MetAKimenghasilkan persentase pupa terbentuk yangterendah. Pada Gambar 4 dapat dilihat ciri-ciripupa yang tidak normal yaitu warna pupamenjadi lebih gelap, bentuknya tidak sempurna

dan jika ditekan maka akan mengeluarkancairan berwarna coklat kehitaman atau pupamembusuk. Pupa M. sexmaculatus yangterinfeksi cendawan entomopatogenMetarhizium spp diselubungi oleh miselia ataukonidia cendawan yang berwarna hijau padapermukaan tubuh pupa M. sexmaculatus.

Page 7: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

7

Pupa normal, Pupa cacat, Pupa terinfeksi

Gambar 4. Pupa M. sexmaculatus yangnormal, cacat, dan terinfeksicendawan entomopatogen Metarhiziumspp

Persentase Imago M. sexmaculatusTerbentuk

Hasil pengamatan dan analisis ragamterhadap imago M. sexmaculatus terbentukmenunjukkan hasil yang berbeda nyata.Persentase imago terbentuk yang tertinggimencapai 87,50% pada isolat MetAKi danyang terendah pada isolat MetLKt, MetKbCidan MetPKo. Setelah dilakukan uji lanjutdengan LSD pada taraf 5% hasilnya dapatdilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase imago M. sexmaculatus terbentuk setelah aplikasi empat isolat Metarhizium spppada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata imago terbentuk ± SD(%)

Rata-rata imago cacat ± SD(%)

Kontrol 94,72±6,11 a 0±0,00MetAKi 87,50±14,43 a 0±0,00MetLKt 41,67±41,94 b 0±0,00MetKbCi 30,00±36,61 b 9,17±10,67MetPKo 5,00±10,00 b 0±0,00Angka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Pada Gambar 5 dapat dilihat imago M.sexmaculatus yang normal warna tubuhnyaoranye-merah cerah dengan dua pita hitam zig-zag serta satu totol hitam pada elytra dan

imago yang cacat akibat terinfeksi cendawanentomopatogen Metarhizium spp memilikielytra yang tidak beraturan dan memilikiabdomen yang tidak utuh.

Gambar 5. Imago M. sexmaculatus yangnormal dan cacat

Kemampuan Memangsa M. sexmaculatus

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa kemampuan memangsa M.sexmaculatus yang tidak diaplikasikan danyang diaplikasikan suspensi konidiaMetarhizium spp menunjukkan hasil yangberbeda nyata. Setelah dilakukan uji lanjutdengan LSD pada taraf 5% hasilnya dapatdilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kemampuan memangsa M. sexmaculatus selama 1 jam setelah 24 jam aplikasi empat isolatMetarhizium spp pada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata kemampuan memangsa (ekor) ± SDKontrol 10,63±1,56 aMetPKo 6,93±0,41 bMetLKt 4,35±0,79 cMetAKi 1,48±0,22 dMetKbCi 1,08±0,21 dAngka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Imago normal Imago cacat

7

Pupa normal, Pupa cacat, Pupa terinfeksi

Gambar 4. Pupa M. sexmaculatus yangnormal, cacat, dan terinfeksicendawan entomopatogen Metarhiziumspp

Persentase Imago M. sexmaculatusTerbentuk

Hasil pengamatan dan analisis ragamterhadap imago M. sexmaculatus terbentukmenunjukkan hasil yang berbeda nyata.Persentase imago terbentuk yang tertinggimencapai 87,50% pada isolat MetAKi danyang terendah pada isolat MetLKt, MetKbCidan MetPKo. Setelah dilakukan uji lanjutdengan LSD pada taraf 5% hasilnya dapatdilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase imago M. sexmaculatus terbentuk setelah aplikasi empat isolat Metarhizium spppada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata imago terbentuk ± SD(%)

Rata-rata imago cacat ± SD(%)

Kontrol 94,72±6,11 a 0±0,00MetAKi 87,50±14,43 a 0±0,00MetLKt 41,67±41,94 b 0±0,00MetKbCi 30,00±36,61 b 9,17±10,67MetPKo 5,00±10,00 b 0±0,00Angka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Pada Gambar 5 dapat dilihat imago M.sexmaculatus yang normal warna tubuhnyaoranye-merah cerah dengan dua pita hitam zig-zag serta satu totol hitam pada elytra dan

imago yang cacat akibat terinfeksi cendawanentomopatogen Metarhizium spp memilikielytra yang tidak beraturan dan memilikiabdomen yang tidak utuh.

Gambar 5. Imago M. sexmaculatus yangnormal dan cacat

Kemampuan Memangsa M. sexmaculatus

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa kemampuan memangsa M.sexmaculatus yang tidak diaplikasikan danyang diaplikasikan suspensi konidiaMetarhizium spp menunjukkan hasil yangberbeda nyata. Setelah dilakukan uji lanjutdengan LSD pada taraf 5% hasilnya dapatdilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kemampuan memangsa M. sexmaculatus selama 1 jam setelah 24 jam aplikasi empat isolatMetarhizium spp pada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata kemampuan memangsa (ekor) ± SDKontrol 10,63±1,56 aMetPKo 6,93±0,41 bMetLKt 4,35±0,79 cMetAKi 1,48±0,22 dMetKbCi 1,08±0,21 dAngka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Imago normal Imago cacat

7

Pupa normal, Pupa cacat, Pupa terinfeksi

Gambar 4. Pupa M. sexmaculatus yangnormal, cacat, dan terinfeksicendawan entomopatogen Metarhiziumspp

Persentase Imago M. sexmaculatusTerbentuk

Hasil pengamatan dan analisis ragamterhadap imago M. sexmaculatus terbentukmenunjukkan hasil yang berbeda nyata.Persentase imago terbentuk yang tertinggimencapai 87,50% pada isolat MetAKi danyang terendah pada isolat MetLKt, MetKbCidan MetPKo. Setelah dilakukan uji lanjutdengan LSD pada taraf 5% hasilnya dapatdilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase imago M. sexmaculatus terbentuk setelah aplikasi empat isolat Metarhizium spppada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata imago terbentuk ± SD(%)

Rata-rata imago cacat ± SD(%)

Kontrol 94,72±6,11 a 0±0,00MetAKi 87,50±14,43 a 0±0,00MetLKt 41,67±41,94 b 0±0,00MetKbCi 30,00±36,61 b 9,17±10,67MetPKo 5,00±10,00 b 0±0,00Angka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Pada Gambar 5 dapat dilihat imago M.sexmaculatus yang normal warna tubuhnyaoranye-merah cerah dengan dua pita hitam zig-zag serta satu totol hitam pada elytra dan

imago yang cacat akibat terinfeksi cendawanentomopatogen Metarhizium spp memilikielytra yang tidak beraturan dan memilikiabdomen yang tidak utuh.

Gambar 5. Imago M. sexmaculatus yangnormal dan cacat

Kemampuan Memangsa M. sexmaculatus

Hasil analisis ragam menunjukkanbahwa kemampuan memangsa M.sexmaculatus yang tidak diaplikasikan danyang diaplikasikan suspensi konidiaMetarhizium spp menunjukkan hasil yangberbeda nyata. Setelah dilakukan uji lanjutdengan LSD pada taraf 5% hasilnya dapatdilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kemampuan memangsa M. sexmaculatus selama 1 jam setelah 24 jam aplikasi empat isolatMetarhizium spp pada kerapatan konidia 108 konidia/ml

Isolat Rata-rata kemampuan memangsa (ekor) ± SDKontrol 10,63±1,56 aMetPKo 6,93±0,41 bMetLKt 4,35±0,79 cMetAKi 1,48±0,22 dMetKbCi 1,08±0,21 dAngka pada lajur yang sama dan diikuti huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata menurut uji LSD pada taraf nyata 5%.

Imago normal Imago cacat

Page 8: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

8

Pada Tabel 6 dapat dilihat kemampuanmemangsa M. sexmaculatus mencapai 10,63ekor/jam pada kontrol. Untuk keseluruhanisolat, M. sexmaculatus yang diaplikasi isolatMetPKo memiliki kemampuan memangsatertinggi yaitu 6,93 ekor/jam dan yang terendahM. sexmaculatus yang diaplikasi isolat MetAKidan MetKbCi yaitu 1,48 dan 1,08 ekor/jam.

PembahasanHasil pengamatan menunjukkan bahwa

ada pengaruh sumber isolat terhadap mortalitaspredator. Isolat MetAKi, MetLKt dan MetPKomenghasilkan mortalitas tertinggi pada larvainstar IV sedangkan isolat MetKbCimerupakan isolat yang mempunyaipatogenisitas terendah yaitu 27,50%.Terjadinya kematian M. sexmaculatus setelahaplikasi Metarhizium spp disebabkanMetarhizium spp tidak hanya dapat mematikanserangga hama tetapi juga mematikan seranggapredator. Hal ini dikarenakan struktur tubuhserangga predator yang mirip dengan seranggahama. Hasil penelitian Thungrabeab danTongma (2007) menunjukkan Metarhiziumanisopliae dapat mematikan Dicyphus tamanii(Hymenoptera; Miridae) sampai 10% danChrysoperla carnea (Neuroptera; Chrysopidae)sampai 4% pada kerapatan konidia 108

konidia/ml. Hal yang sama juga dikemukakanoleh Ibrahim et al. (2011) bahwa isolatMetarhizium spp menyebabkan mortalitas padalarva Cryptolaemus montrouzieri (Coleoptera;Coccinelidae) sebesar 7,7%. KemudianKubilay et al. (2008) juga menunjukkan bahwaisolat Mertahizium spp menyebabkanmortalitas imago Coccinella septempunctata(Coleoptera; Coccinelidae) berkisar antara38,33 – 47,61% tergantung isolat cendawanMetarhizium spp yang digunakan.

Adanya perbedaan patogenisitas antarisolat merupakan hal yang sudah umum terjadipada cendawan entomopatogen. Perbedaanpatogenisitas dari empat isolat Metarhiziumspp yang diuji juga disebabkan adanyaperbedaan karakter fisiologi antar isolat sepertidaya kecambah, jumlah konidia, lajupertumbuhan koloni, kemampuan bersporulasidan metabolisme sekunder yang dihasilkanyaitu berupa enzim dan toksin. Tanada danKaya (1993) mengemukakan bahwa adanyaperbedaan patogenisitas antar isolat disebabkanadanya perbedaan kemampuan menghasilkan

enzim dan mikotoksin selama berjalannyaproses infeksi pada serangga seperti pada saatkontak dengan kutikula dan hemosul.

Pada waktu serangga mati, faseperkembangan saprofit cendawan Metarhiziumspp dimulai dengan infeksi jaringan danberakhir dengan pembentukan organreproduksi. Pada umumnya semua jaringan dancairan tubuh serangga habis digunakan olehcendawan, sehingga serangga mati dengantubuh yang mengeras seperti mumi.Pertumbuhan cendawan diikuti denganpengeluaran pigmen atau toksin yang dapatmelindungi serangga dari seranganmikroorganisme lain terutama bakteri.Cendawan Metarhizium spp tidak selalutumbuh ke luar menembus integumenserangga. Apabila keadaan kurang mendukung,perkembangan saprofit Metarhizium spp hanyaberlangsung di dalam jasad serangga tanpa keluar menembus integumen. Dalam hal inicendawan membentuk struktur khusus untukdapat bertahan, yaitu arthrospora (Ferron,1985).

Kematian M. sexmaculatus akibatinfeksi Metarhizium spp diduga disebabkanoleh toksin yang diproduksi oleh Metarhiziumspp yang disebut destruksin. Nilai LT50 darimasing-masing isolat Metarhizium spp palingsingkat adalah isolat MetAKi yaitu 2,71 hari,sedangkan nilai LT50 yang paling lama yaituisolat MetKbCi yaitu 6,53 hari. Amiri-Besheliet al. (2006) menyatakan cendawanentomopatogen harus cocok dengan inangnyadan menghasilkan kombinasi enzim yang baikuntuk dapat melakukan penetrasi tergantungkepada beberapa faktor patogenisitas,diantaranya faktor kesesuaian inang dan sifatfisiologis cendawan. Lebih lamanya waktukematian larva instar IV M. sexmaculatusakibat infeksi Metarhizium spp disebabkanoleh Metarhizium spp membutuhkan prosesbeberapa tahap untuk sampai menginfeksi danmematikan serangga, yaitu penempelan konidiapada tubuh serangga, perkecambahan,penetrasi, invasi, dan kolonisasi dalamhemosul, jaringan dan organ. Waktu untukmasing-masing tahap ini bervariasi tergantungpada jenis cendawan, inang dan lingkungan(Alves, 1998 cit Neves dan Alves, 2004).Selanjutnya Neves dan Alves (2004)menambahkan bahwa waktu infeksi sampai

Page 9: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

9

kematian serangga dipengaruhi oleh dosisaplikasi dan virulensi dari isolat. Hasilpenelitian Neves dan Alves (2004)menunjukkan bahwa penempelan konidiaMetarhizium spp pada kutikula Cornitermescumulans (Kollar) (Isoptera; Termitidae)terjadi sampai 6 jam setelah aplikasi danperkecambahan mulai terjadi antara 6-12 jamsetelah aplikasi. Penetrasi terjadi 12-48 jamsetelah inokulasi dan kematian serangga terjadiantara 72-96 jam setelah inokulasi.

Selain menyebabkan kematian padalarva, infeksi cendawan juga berpengaruhterhadap pupa yang terbentuk. Semakin banyaklarva yang mati maka semakin sedikit pupayang terbentuk. Isolat MetKbCi menghasilkanpersentase pupa terbentuk yang tertinggi yaitu70%, sedangkan isolat MetPKo, MetLKt danMetAKi menghasilkan persentase pupaterbentuk yang terendah. Rendahnya persentasepupa yang terbentuk dikarenakan banyaknyalarva yang mati sebelum menjadi pupa. Selainitu juga terdapat pupa cacat (tidak normal) danpupa terinfeksi. Ciri-ciri pupa yang tidaknormal seperti pada Gambar 4. Semua pupayang tidak normal gagal menjadi imago.

Persentase imago yang terbentuk padaisolat MetAKi memiliki persentase tertinggiyaitu 87,50%, dan yang terendah isolatMetLKt, MetKbCi dan MetPKo. Rendahnyapersentase imago yang terbentuk dikarenakanbanyaknya pupa yang mati sebelum menjadiimago. Selain itu terdapat imago yang tidaknormal dengan ciri-ciri seperti pada Gambar 5.Hal ini membuktikan bahwa pengaruhMetarhizium spp tidak hanya aktif dan merusakpada stadia tertentu yang diperlakukan. Tetapijuga berdampak pada stadia selanjutnya.Timonim (1993) cit Kurnia (1998) menjelaskanbahwa larva yang terinfeksi pada tahap awalmempunyai peluang untuk lolos menjadi pupa,tetapi pada tahap selanjutnya dapatmenimbulkan kematian. Toksin yangdihasilkan oleh cendawan entomopatogendapat merusak secara langsung fungsi utamatubuh terutama pembentukan hormon, yaitupergantian dan pembentukan kulit(Samsinokova, 1968 cit Kurnia, 1998).

Hasil pengamatan juga menunjukkanbahwa terjadi penurunan kemampuanmemangsa larva instar IV M. sexmaculatusakibat aplikasi Metarhizium spp. Adapun

tingkat kemampuan memangsa pada kontrolberkisar 10,63 ekor/jam. M. sexmaculatus yangdiaplikasi isolat MetPKo memiliki kemampuanmemangsa tertinggi yaitu 6,93 ekor/jam dan M.sexmaculatus yang diaplikasi isolat MetAKidan MetKbCi memiliki kemampuan memangsayang terendah yaitu 1,48 dan 1,08 ekor/jam.Terjadinya penurunan kemampuan memangsalarva instar IV M. sexmaculatus didugadisebabkan oleh destruksin yang dihasilkanMetarhizium spp. Destruksin berpengaruhterhadap organel sel terget (mitokondria,retikulum endoplasma dan membran nukleus)dan menyebabkan paralisis sel. Selain itu jugaberpengaruh terhadap kelainan fungsimesenteron, tabung malpigi, hemosit danjaringan tubuh larva (Tanada dan Kaya, 1993).

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Semua isolat Metarhizium spp yang diuji

bersifat patogen terhadap kumbangpredator M. sexmaculatus.

2. Isolat yang paling rendah patogenisitasnyaadalah isolat MetKbCi yaitu 27,50%sedangkan isolat MetPKo, MetLKt danMetAKi menghasilkan patogenisitastertinggi berturut-turut sebesar 62,50%,65%, dan 67,50%.

SaranBerdasarkan hasil penelitian ini ternyatacendawan entomopatogen Metarhizium sppbersifat patogen terhadap kumbang predator M.sexmaculatus. Oleh karena itu penggunaancendawan entomopatogen Metarhizium spppada ekosistem pertanian harus memperhatikanaspek keamanan untuk perkembangan populasipredator. Hasil penelitian ini menunjukkanisolat yang paling aman penggunaannya untukpopulasi predator M. sexmaculatus adalahisolat MetKbCi, namun penelitian lebih lanjutdiperlukan untuk mendukung hasil ini

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. 2002. Kumbang Lembing PemangsaCoccinelidae di Indonesia. BiodiversityConversiton Project. Bogor.

Amiri-Besheli, B., B. Khambay, S. Cameron,M.L. Deadman, and T.M. Butt. 2000.

Page 10: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

10

Inter and Intra-Spesific Variation inDestruxin Production by InsectPathogenesis Metarhizium Spp., and ItsSignificance to Pathogenesis. Journalof The Mycophatology 104: 447-452p.

Amril, B., F. Nurdi, N. Hasan dan I. Rusli.1998. Efektifitas EntomopatogenTerhadap Hama Tanaman Kubis diLaboratorium. Prosiding SeminarNasional Buku 1. PerhimpunanEntomologi Indonesia.

Bidochka, M.J., A.M. Kamp, and J.N.A.Decroos. 2000. Insect PathogenicFungi: From Genes to Populations. InFungal Pathology. (Ed) KronstadJ.W.Kluwer Academic PublisherGroup, Dordrecht, Netherlands. 171-193p.

Boror, D.J., D.M. Delong and C.A. Triplehorn.1975. An Introduction to The Study ofInsect. Fourth Edition. Halt. Richardand Wistone. New York, Chichago, SanFrancisco, Atlanta, New Delhi,Montreal, Toronto, London andSydney.

Burge, M.N. (Ed). 1988. Fungi in BiologicalControl System. Manchester UniversityPress. Manchester.UK.

Clausen, P.C. 1972. Entomophagous Insect.Hafner Publishing Company. NewYork.

Departemen Pertanian. 2008. Hasil Identifikasidan Pengendalian OragnismePengganggu Tanaman (OPT) padaTanaman Sayur-Sayuran.Http//www.deptan.go.id/ditlinhorti/makalah. (22 Januari 2008)

Dixon, A.F.G. 2000. Insect Prey PredatorDynamics Ladybird Beetles andBiological Control. CambridgeUniversity Press. New York.

Ferron, P. 1985. Fungal Control.Comprehensive Insect Phisiology.Biochem. Pharmacol 12: 313-346p.

Finney, D.J. 1971. Probit Analysis. CambridgeUniversity Press. London.

Goettel, M.S. and G.D. Inglis. 1997. Fungi:Hyphomycetes. Manual of Techniquesin Insect Pathology (Ed. by L.A.Lacey). Academic Press, San Diego,USA. 213-249p.

Hapadad, A., A. Reineke and C.P.W. Zebitz.2006. Generic Variability amongBeauveria brongniartii (Saccardo)Petch Isolate from VariousGeographical an Host Origin Based onAFLTP Analysis. Mitteilungen derdeutschen Gesellschaft für allgemeineund angewandte Entomologie 15: 71-76p.

Hawksworth, D.L., B.C. Sutton, and G.C.Ainsworth. 1983. Dictionary of TheFungi. Commonwealth MycologicalInstitute. England.

Herawati, Yuni. 2009. Virulensi BeberapaIsolat Cendawan Metarhizium spp padaLarva Crocidolomia pavonana. Skripsi.Fakultas Pertanian. UniversitasAndalas. Padang.

Hodek, I., and A. Honek. 1996. Ecology ofCoccinellidae. Series Entomologica,54. Dordrecht: Kluwer AcademicPublishers. 464p.

Hutagaol, Morlewi. 2010. PemangsaanKumbang Predator Menochilussexmaculatus Fabricius (Coleoptera:Coccinelidae) terhadap Tiga Jenis KutuDaun. Skripsi. Fakultas PertanianUniversitas Andalas. Padang.

Ibrahim, L., A. Hamieh, H. Ghanem and S.K.Ibrahim. 2011. Pathogenicity ofEntomopathogenic Fungi fromLebanese Soils Against Aphids,Whitefly and Non-Target BeneficialInsects. International Journal ofAgriculture Sciences 3: 156-164p.

James, R.J., B. T. Shaffer, B. A. Croft, and B.Lighthart. 1995. A Field Evaluation ofBeauveria bassiana: Its Persistence andEffects on The Pea Aphid and A Non-target Coccinellid in Alfalfa. BiocontrolScience and Technology 5: 425-437p.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. RinekaCipta. Jakarta.

Kubilay, M.E.R., H. Tunaz, A.A. Isikber, S.Satar, C. Mart and N. Uygun. 2008.Pathogenicity of EntomopathogenicFungi to Coccinella septempunctata L.(Col.: Coccinellidae) and A Survey ofFungal Diseases of Coccinellids. KSUJournal Of Science And Engineering11(1): 118-122p.

Page 11: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

11

Kurnia, D. 1998. Efektifitas Beauveriabassiana (Balsamo) Vuillemin DanMetarhizium anisoliae (Metcnikoff)Sorokin serta Kombinasi Keduanyaterhadap Larva Spodoptera litura F(Lepidoptera: Noctuidae). Skripsi.Fakultas Pertanian. UniversitasAndalas. Padang.

Neves, P.M.O.J., and S.B. Alves. 2004.External Events Related to TheInfection Process of Cornitermescumulans (Kollar) (Isoptera:Termitidae) by The EntomopathogenicFungi Beauveria bassiana andMetarhizium anisopliae. NeotropicalEntomology. Neotropical Entomology33(1):051-056p.

Pell, J.K., R. Pluke, S.J. Clark, M.G. Kenward,and P.G. Alderson. 1997. Interactionbetween Two Aphids Natural Enemies,The Entomopathogenis Fungus, Erynianeoaphidis and The Predatoty Beetle,Coccinella septempunctata. JournalInvertebrate Pathology 69: 261-268p.

Prayogo, Y., W. Tengkano, dan Marwoto.2005. Prospek CendawanEntomopatogen M. anisopliae untukMengendalikan Ulat Grayak S. liturapada Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian24 (1): 19-26p.

Roseheim, J.A., H.K. Kaya, L.E. Ehlar, J.J.Marois and B.A. Jaffe. 1995. IntraguildPredation among Biological-ControlAgent: Theory and Evidence.Biological Control 5: 305-335p.

Roy, H.E., and J.K. Pell, S.J. Clack and P.G.Alderson. 1998. Implication of PredatorForaging on Aphids PathogenDynamics. Journal of InvertebratePathology 71(3):236-247p.

Santoso, T. 1993. Dasar-Dasar PatologiSerangga. Dalam E. Martono, E.Mahrub, N.S. Putra, dan Y.Trisetyawati (Ed.). Simposium PatologiSerangga I. Yogyakarta, 12−13Oktober 1993.

Sari, Silvia Permata. 2010. Kompatibilitasantara Cendawan EntomopatogenBeauveria bassiana dan PredatorMenochilus sexmaculatus sebagai AgenPengendalian Hayati Hama Kutu DaunNeotoxoptera sp. pada Tanaman

Bawang. Tesis. Fakultas Pertanian.Universitas Andalas. Padang.

Sitepu, D. 1988. Pengendalian Hama Oryctesrhinoceros dengan Cendawan M.anisopliae. Efektivitas Pembiakan danPenyebaran M. anisopliae diLaboratorium Lapang. Disbun Prop.Jawa Timur.

Strack, B.H. 2003. Biological control oftermites by the fungal entomopathogenMetarhizium anisopliae.http://www.utoronto.ca/forest/termite/metani_1.htm [20 December 2011].

Sumartini, Y. Prayogo, S.W. Indiati, dan S.Hardianingsih. 2001. PemanfaatanJamur Metarhizium anisopliae untukPengendalian Penghisap Polong(Riptortus lineris) pada Kedelai. DalamS.E. Baehaki, E. Santosa, Hendarsih,S.T. Suryana, N. Widarta, dan Sukiro(Ed.). Simposium Pengendalian HayatiSerangga. Balai Penelitian TanamanPadi Sukamandi. 14-15 Maret 2001.

Tanada, Y. and H. K. Kaya. 1993. InsectPathology. Academic Press. Inc.California.

Tobing, M.C. dan D.B. Nasution. 2007.Biologi Predator Cheilomenessexmaculatus (Coleoptera:Coccinelidae) pada Kutu DaunMacrosiphoniella sanborni Gillette(Homoptera: Aphidae). Agritrop 26 (3):99-104p.

Trizelia. 2005. Cendawan Entomopatogen B.bassiana : Keragaman Genetik,Karakterisasi, Fisiologi danVirulensinya terhadap Crocidolomiapavonana. Disertasi. Institut PertanianBogor. Bogor.

Tungrabeab, M. and S. Tongma. 2007. Effectof Entomopatogen Fungi, Beauveriabassiana (BALSAM) and Metarhiziumanisoliae (METSCH) on Non TargetInsects. KMITL Sci. Tech. J. 7 (S1):8-12p.

Untung, Kasumbago. 1993. PengantarPengelolaan Hama Terpadu. GajahMada University Press. Yogyakarta.

Wagiman, F.F. 1997. Ritme Aktivitas HarianMenochilus sexmaculatus Fabricius(Coleoptera: Coccinelidae) MemangsaAphis craccivora. Prosiding Kongres

Page 12: 1 PATOGENISITAS BEBERAPA ISOLAT CENDAWAN

12

Perhimpunan Entomologi Indonesia ke-V dan Simposium Entomologi.Bandung.

Widianti, Dessy. 2010. Virulensi BeberpaIsolat Metarhizium spp terhadap LarvaSpodoptera litura Fabricius(Lepidoptera: Noctuidae). Skripsi.Fakultas Pertanian. UniversitasAndalas. Padang.