attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/jurnal_pengabdian_stai_attanwir... · menerbitkan...

78

Upload: trinhdan

Post on 11-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama
Page 2: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Attanwir Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

SUSUNAN PENGURUS

Penanggung Jawab

Hanafi

Mitra Bestari

Abdul Muhid (UIN Sunan Ampel Surabaya)

Zainal Habib (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Nizarul Alim (Universitas Trunojoyo Madura)

Heli Ihsan (UPI Bandung)

Redaktur

Siti Choirotul Ula

Riza Multazam Luthfy

Penyunting

Moh. Muhajir

Redaktur Pelaksana

Nur Idam Laksono

Sekretariat

Abd. Hafid

Alamat Redaksi

Jl. Raya Talun No. 220 Sumberrejo Bojonegoro 62191

Email

[email protected]

“Attanwir” merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan enam bulan sekali oleh STAI Attanwir

Bojonegoro. Dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah antar staf

pengajar, mahasiswa, alumni dan pembaca yang berminat serta masyarakat pada umumnya.

Page 3: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

PENGANTAR REDAKSI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi dzat yang selalu memberikan segala bentuk nikmat-Nya, sehingga

atas izin-Nya, Jurnal Attanwir bisa terbit.

Jurnal Attanwir merupakan akumulasi tulisan dari beberapa kegiatan pengabdian

masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi. Sebagai wujud komitmen terhadap

ilmu pengetahuan, Jurnal Attanwir berusaha memberikan kontribusi ilmiah dengan

menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di

Bojonegoro maupun wilayah lainnya. Dengan demikian, hal ini akan membuka

wawasan serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi setiap pembaca, baik

kalangan mahasiswa, dosen, maupun umum.

Tentu masih dijumpai beberapa kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu,

saran dan kritik sangat ditunggu demi perbaikan dalam penerbitan di masa yang akan

datang.

Demikian, semoga Jurnal Attanwir dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Redaksi

Page 4: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

DAFTAR ISI

Pelatihan Kewirausahaan Batik di Desa Sambiroto

Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro

Aris Zulianto; STAI Attanwir Bojonegoro

1

Pendampingan Gerakan Sayang Balita di Kecamatan Trucuk,

Malo, Gayam, dan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro

Eryul Mufidah; STAI Attanwir Bojonegoro

9

Pelatihan Motivasi Kewirausahaan Aneka Olahan Tepung Mokaf/ Tapioka di

Kecamatan Gondang dan Kanor Kabupaten Bojonegoro

M. Ali Nur Huda; STAI Attanwir Bojonegoro

25

Sosialisasi Peran Koperasi Wanita dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat

di Desa Tengger Kecamatan Ngasem Bojonegoro

Mifta Hulaikah; STAI Attanwir Bojonegoro

35

Pelatihan Motivasi Kewirausahaan Rajut Benang

di Kelurahan Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kota

Mundhori; STAI Attanwir Bojonegoro

41

Pelatihan Kewirausahaan Pembuatan Bakso Sehat di Desa Cancung

Kecamatan Bubulan Kabupaten Bojonegoro

Nurul Fitriandari; STAI Attanwir Bojonegoro

48

Pelatihan Kewirausahaan Sablon di Kelurahan Campurejo

Kecamatan Bojonegoro Kota

Riza Multazam Luthfy; STAI Attanwir Bojonegoro

57

Pelatihan Kewirausahaan Aneka Pengolahan Sate

di Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro

Sugito; STAI Attanwir Bojonegoro

68

Page 5: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

1

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN BATIK DI DESA SAMBIROTO

KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO

Aris Zulianto

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pelatihan ini ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha.

Khususnya para Ibu Rumah Tangga di desa Sambiroto Kecamatan Kapas

Kabupaten Bojonegoro. Setelah selesai mengikuti pelatihan ini diharapkan

peserta mampu menjadi wirausahawan dengan membuat produk batik yang

berguna menambah penghasilan keluarga dan masyarakat.

Hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut kelompok sasaran mendapat

pengetahuan dan ketrampilan baru. Peserta sangat antusias dalam mengikuti

kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir. Mereka sangat responsif dan

mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat mengerti, serta memahami

proses dan teknik membatik.

Faktor-faktor yang mendukung akan keberhasilan di dalam pelaksanaan

kegiatan penyuluhan ini antara lain : adanya fasilitas tempat yang cukup

memadai, semangat dan motivasi yang tinggi dari peserta di dalam mengikuti

kegiatan dan kekompakan dari tim, dan kerja samanya.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Batik.

ABSTRACT

This training is intended primarily for people who want to be

entrepreneurs. Especially the housewives in Sambiroto village, Kapas

district, Bojonegoro district. After completing the training, participants are

expected to be able to become entrepreneurs by making batik products that

are useful to increase family and community income.

The result of the implementation of these activities the target group gets

new knowledge and skills. Participants were very enthusiastic in

participating in extension activities from beginning to end. They are very

responsive and have high motivation to be able to understand, and

understand batik processes and techniques.

The factors that support the success in the implementation of this extension

activity include: the existence of adequate facilities, high enthusiasm and

motivation of the participants in following the activities and cohesiveness of the team, and their cooperation.

Keywords: Entrepreneurship, Batik.

Page 6: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

2

LATAR BELAKANG

Batik merupakan bagian karya seni budaya masyarakat Jawa dan

diwariskan secara turun temurun yang wajib dilindungi dan dilestarikan. Batik juga

dikenal dan diakui sebagai kekayaan budaya yang menonjol dan banyak diminati

oleh banyak orang, baik itu laki-laki maupun perempuan. Awalnya produk batik

hanya berupa kain yang berfungsi sebagai perangkat upacara adat Jawa, namun kini

produk batik sangatlah beragam sesuai selera dan kebutuhan masyarakat.

Sejak Oktober 2009 UNESCO telah mengumumkan bahwa batik

ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia dari Indonesia. Batik di

Indonesia dibuat diberbagai daerah dan memiliki motif yang berbeda dimana

motifnya menampilkan ciri khas dari masing-masing daerah tempat batik tersebut

berasal. Bisa dibilang khasanah budaya bangsa Indonesia yang demikian kaya telah

mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional dengan ciri

kekhususannya sendiri.

Menurut Bernadin dan Russel (1998) pelatihan adalah suatu usaha

pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada pekerjaannya. Hal ini

biasanya berarti melakukan perubahan perilaku, sikap, keahlian dan pengetahuan

yang khusus dan spesifik. Agar pelatihan menjadi efektif maka didalam pelatihan

harus mencakup suatu pembelajaran atas pengalaman – pengalaman,pelatihan harus

menjadi kegiatan keorganisasian yang direncanakan dan dirancang didalam

menanggapi kebutuhan – kebutuhan yang teridentifikasi.

Scarborough dan Zimmerer (1993) mendefinisikan kewirausahaan sebagai

kegiatan menciptakan suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian

dengan maksud untuk memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara

mengenali peluang dan mengombinasikan sumber -sumber daya yang diperlukan

untuk memanfaatkan peluaang tersebut.Seorang wirausahawan membeli barang saat

ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan dating dengan harga

tidak menentu,namun tetap berupaya untuk mendapatkan keuntungan maksimal

dengan membaca peluang yang ada daalam masyarakat.

Pelatihan ini merupakan program kewirausahaan yang dilakukan oleh

Dosen STAI ATTANWIR dalam rangka pengabdian pada masyarakat. Pelatihan ini

ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha. Khususnya para Ibu

Page 7: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

3

Rumah Tangga di desa Sambiroto Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.

Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka dapatlah dirumuskan

sebagai berikut: Bagaimana cara memberikan pengetahuan dan ketrampilan batik

tulis kepada kelompok Ibu-ibu tangga di desa Sambiroto Kecamatan Kapas

Kabupaten Bojonegoro,sehingga dapat meningkatkan kemampuannya. Setelah

selesai mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu menjadi wirausahawan

dengan membuat produk batik yang berguna menambah penghasilan keluarga dan

masyarakat.Harapan dari manfaat kegiatan ini adalah :

1). Meningkatkan kemampuan sumber daya masyarakat.

2). Memberikan pembinaan ketrampilan teknik batik tulis.

TINJAUAN PUSTAKA

Kewirausahaan

Priyanto (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu

yang ada didalam jiwa seseorang,masyarakat dan organisasiyang karenanya akan

dihasilkan berbagai macam aktivitas (social, politik,Pendidikan),usaha dan bisnis.

Kewirausahaan dalam islam Departemen Agama Republik Indonesia (2009)

menyebutkan bahwa konteks kewiraushaan dalam islam tertera pada Al – Qur’an

Surat An-nisa’ (4) ayat 29 yang berbunyi :

كان ارة عن تراض منكم ول تقتلوا أنف يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكون تج سكم إن الل

بكم رحيما

Artinya: “Hai orang -orang yang beriman,janganlah kamu saling

memakan harta sesamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu,dan janganlah kamu

membunuh dirimu,sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Penyayang kepadamu”.

Karakteristik wirausaha menurut Sukardi (1991), sebagai berikut :

1) Sifat Instrumental, menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selau

memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk mencapai tujuan

pribadi dalam berusaha.

2) Sifat Prestatif ; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu

tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang dicapai

sebelumnya.

Page 8: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

4

3) Sifat Keluwesan bergaul : menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha untuk

cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia.

4) Sifat Kerja Keras : menunjukkan bahwa wirausaha selalu terlibat dalam situasi

kerja,tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.

5) Sifat Keyakinan Diri : menunjukkan bahwa wirausaha selalu percaya pada

kemampuan diri, tidak ragu -ragu dalam bertindak bahkan memiliki

kecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi.

6) Sifat Pengambilan Resiko : menunjukkan bahwa wirausaha selalu

memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan

dalam mencapai tujuan berusaha.

7) Sifat Sewa Kendali : menunjukkan bahwa wirausaha dalam menghadapi

berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi, batas -

batas kemampuan dalam berusaha.

8) Sifat Inovatif : menunjukkan bahwa wirausaha selalu mendekati berbagai

masalah dalam berusaha dengan cara – cara baru yang lebih bermanfaat.

9) Sifat Kemandirian : menunjukkan bahwa wira usaha selalu mengembalikan

perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.

Batik

Seni batik merupakan salah satu hasil kebudayaan yang dikenal sejak jaman

nenek moyang. Batik sangat dikagumi bukan hanya karena prosesnya yang rumit

tetapi juga dalam motif dan warnanya yang unik dan indah,maka syarat akan makna

simbolik.

Motif batik tradisional kebanyakan bersifat monumental dari alam dan

lingkungan sekelilingnya. Hal tersebut merupakan imajinasi dari agama dan

kepercayaan senimannya yang biasa. Selain itu, motif-motif batik juga mengandung

nilai simbolis -magis yang ditujukan untuk fungsi keagamaan/kepercayaan, dan

nilai estetis yang digunakan sebagai hiasan.

Batik tradisional mempunyai warna khas. Bila dilihat dari nuansa ,batik ini

dapat dikategorikan bernuansa gelap dan suram. Secara langsung maupun tidak

langsung,warna batik tradisional mempunyai warna simbolik,menurut paham

kesaktian.Sedangkan makna tidak langsung dari warna -warna tersebut mempunyai

Page 9: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

5

makna yang dihubungkan dengan makna simbolik motifnya. Jadi terjadi

kesetangkupan makna antara motif dan warna batik tradisional. Beberapa motif

batik terutama yang mempunyai nilai filosofi tinggi dinyatakan sebagai corak

larangan bagi masyarakat umum.1

Para pencipta ragam ragam hias batik jaman dahulu tidak hanya

menciptakan sesuatu yang indah dipandang mata,tetapi juga mereka mencari arti

atau makna yang erat hubungannya dengan falsafah hidup yang mereka hayati.2

Mereka menciptakan motif – motif batik itu dengan pesan dan harapan yang tulus

dan luhur,semoga akan membawa kebaikan serta kebahagiaan bagi si pemakai.

METODE PELAKSANAAN

a) Metode Kegiatan

Kegiatan ini merupakan kegaiatan yang menghasilkan suatu produk maka

metode yang digunakan adalah pertama, 30% teori berupa ceramah,disertai contoh

– contoh dan diskusi kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek langsung

membatik.

b) Subyek Kegiatan

Sasaran pelatihan adalah para ibu -ibu rumah tangga desa Sambiroto

Kecamatan Kapas kabupaten Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan

kemampuan untuk dilatih membatik.

RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan. Tempat

kegiatan dibalai desa Sambiroto Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.Adapun

Jadwal kegiatan sebagai berikut :

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3

1. Pembuatan

proposal

x x

1 Mari S. Condronegoro, 1995, Busana Adat Keraton Yogyakarta: Makna dan Fungsi dalam

berbagai Upacara, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, hal. 18. 2 Sukarno, 1987, Ragam Hias Tradisional, Yogyakarta: Lembaga Javanologi, hal. 23.

Page 10: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

6

2. Pendataan peserta x x x

3. Persiapan x x x

4. Pelaksanaan x x

5. Pembuatan

Laporan

Dalam upaya menerapkan metode pelaksanaan program tersebut lebih

ditekankan pada pendekatan individual yang dalam penyampaian materinya dengan

menggunakan ceramah dan demonstrasi (praktek), meliputi beberapa topik, yakni :

1). Tentang membatik,

2). Pengetahuan tentang alat, bahan,

3). Pembuatan desain/ pola,

4). Pemberian malam/ penyantingan,

5). Praktek pewarnaan (pencelupan / pencoletan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program kegiatan pembinaan ini dilaksanakan di desa Sambiroto Kecamatan

Kapas Kabupaten Bojonegoro.Sasaran kegiatan penyuluhan praktek ketrampilan

membatik ini melibatkan Ibu-ibu rumah tangga, menempati lokasi di balai desa

sambiroto. Dalam pelaksanaan kegiatan ini materi yang disampaikan disesuaikan

dengan tujuan dan sasarannya, yaitu berupa ketrampilan teknik membatik yang

meliputi : teori dan teknik batik tulis, demonstrasi, pemberian tugas, dan evaluasi.

Mengingat kebutuhan dan kondisi yang ada, maka dalam pelaksanaan

penyuluhan ketrampilan ini lebih ditekankan pada penerapan membatik pada kain

membuat lukisan dan sarung bantal, seprai, korden, dan lain sebagainya.

Pada awal pertemuan, peserta diberikan pengetahuan tentang batik, meliputi

bahan, alat, cara penggunaan, dan pengolahannya baik pewarnaan sistem celup

maupun sistem celup. Sehingga mereka tahu betul mengenai sifat dan karakternya

masing-masing. Juga diberikan pengetahuan dan teknik pembuatan disain.

Pada pertemuan ke-dua, diberikan penjelasan mengenai , teknik penyantingan

baik dengan menggunakan canting maupun dengan kuas sistem block penuh dan

pecah. Pada pertemuan ke-tiga, peserta diberi latihan menyanting dengan

menggunakan kertas secara berulang-ulang. Pada pertemuan ke-empat peserta diberi

Page 11: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

7

kesempatan untuk latihan menyanting secara mandiri membuat karya mandiri,

langsung menggunakan kain.

Pada pertemuan ke lima Peserta latihan pemberian warna baik sistem celup

maupun sistem colet. Pertemuan ke enam dan seterusnya praktek mandiri dari

pemberian lilin/malam, pewarnaan sampai menghilangkan malam (ngolrod). Hasil

nyata dari kegiatan praktek batik tulis ini, adalah peserta mendapatkan pengetahuan

teknik-teknik membatik dan praktek langsung ; pembuatan desain, penyantingan

(pemberian malam), pewarnaan (celup dan colet), pembersihan malam (pelorodan).

Hasil jadinya berupa lukisan batik, sarung bantal, korden, taplak meja dll.

Pada dasarnya selama pelatihan, mereka sangat pro-aktif dengan adanya

kegiatan tersebut, dan menginginkan kegiatan yang bersifat kelanjutan. Di samping

hasil yang dinilai positif, sebetulnya pelaksanaan kegiatan pembinaan penyuluhan

tersebut masih banyak kekurangan serta hambatannya, sebagai contoh misalnya

dalam hal pembuatan disain (gambar). Biasanya pada pembuatan bentuk disain ini

peserta mengalami banyak kesulitan, karena untuk pembuatannya memerlukan

kemampuan menggambar dan keahlian khusus bidang disain. Padahal peserta adalah

para ibu-ibu yang tidak mempunyai basis tersebut, sehingga untuk pembuatan disain

yang dipraktekkan, mencontoh gambar-gambar wayang dari buku dan ada juga

dibuatkan orang lain serta contoh dari tim penyuluh. Sedangkan pada teknik

penyantingan, pewarnaan dan pelorodan peserta sebagian besar sudah dapat

mengerjakannya. Dengan adanya kerja sama yang baik dari berbagai pihak maka

hal tersebut dapat diatasi dengan baik dan berjalan lancar.

Dari pelaksanaan kegiatan tersebut kelompok sasaran mendapat pengetahuan

dan ketrampilan baru. Peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

dari awal hingga akhir. Mereka sangat responsif dan mempunyai motivasi yang

tinggi untuk dapat mengerti, serta memahami proses dan teknik membatik

Faktor-faktor yang mendukung akan keberhasilan di dalam pelaksanaan

kegiatan penyuluhan ini antara lain:

1). Adanya fasilitas tempat yang cukup memadai

2). Semangat dan motivasi yang tinggi dari peserta di dalam mengikuti

kegiatan.

3). Kekompakan dari tim, dan kerja samanya.

Page 12: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

8

Faktor-faktor penghambat di dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan ini

terletak pada pengaturan jadwal kegiatannya. Juga terbatasnya dana, khusus untuk

kegiatan yang bersifat praktek seperti ini banyak membutuhkan dana. Peserta yang

heterogen, bermacam sifat dan kondisinya, ada yang drop-out, bekerja serabutan, dan

ibu-ibu yang sulit meninggalkan bayinya, sehingga ada peserta terpaksa mengajak

anaknya, tentunya mengganggu konsentrasi ibunya dan peserta lainnya.

PENUTUP

Dari pelaksanaan kegiatan membatik dalam rangka pengabdian kepada

masyarakat di desa Sambiroto kecamatan Kapas kabupaten Bojonegoro secara garis

besar dapat disimpulkan bahwa:

1. Peserta belum pernah mendapat pengetahuan dan materi teknik batik tulis.

2. Peserta mempunyai motivasi tinggi, dan mereka tidak banyak mengalami

kesulitan dalam praktek, kegiatan tersebut sangatlah menarik dan

bermanfaat.

3. Mendukung adanya kegiatan yang serupa di masa mendatang.

Beberapa himbauan dan saran sebagai pertimbangan pelaksanaan kegiatan

pengabdian pada masyarakat di masa mendatang, yakni:

1. Perlu pengaturan jadwal kegiatan yang tepat sesuai dengan kondisi dan

situasi.

2. Perlu ada peningkatan pendanaan pada setiap kegiatan yang bersifat praktek.

3. Pencairan dana bisa tepat pada waktunya, dan bisa turun sekaligus.

DAFTAR PUSTAKA

Mari S. Condronegoro, 1995, Busana Adat Keraton Yogyakarta: Makna dan

Fungsi dalam berbagai Upacara, Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Marzuki, Jazir; Tirtaamidjaja, N; Anderson, B.R.O.G. 1992, Batik, Pola & Tjorak-

Patren & Motif. Jakarta: Djambatan.

Hamzuri, 1981, Batik Klasik, Jakarta: Djambatan.

Sukarno, 1987, Ragam Hias Tradisional, Yogyakarta: Lembaga Javanologi.

Page 13: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

9

PENDAMPINGAN GERAKAN SAYANG BALITA DI KECAMATAN

TRUCUK, MALO, GAYAM, DAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

Eryul Mufidah

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua

maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah.

Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua

akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu yang

rendah.

Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku Ibu atau pengasuh lain dalam hal

kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi

kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan Ibu dalam

hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan

keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau

dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat,

dan sebagainya dari si ibu atau pengasuh anak.

Pendampingan ini memperlihatkan pendidikan, pengetahuan,pendapatan yang cukup

serta sosial budaya akan dapat memberikan pola pengasuhan yang baik pada anak

balita yang pada akhirnya akan memberi dampak positif terhadap status gizi anak

balita.

Kata Kunci: Pendampingan Balita.

ABSTRACT

The level of education in the family especially the mother can be a factor

that influences the nutritional status of children in the family. The higher

the education of parents, the better their knowledge of nutrition than those

with low education. One of the causes of malnutrition in children is the

lack of attention of parents to child nutrition. This is because education

and knowledge of maternal nutrition are low.

Childcare patterns in the form of the attitude and behavior of the mother

or other caregivers in terms of proximity to children, providing food,

caring, cleaning, giving love and so on. All of them relate to the situation

of the mother in terms of health (physical and mental), nutritional status,

general education, knowledge and skills about good childcare, roles in the

family or community, the nature of daily work, the habits of families and

communities, and so on. the mother or caregiver.

This assistance shows that education, knowledge, sufficient income and

socio-cultural will be able to provide a good parenting pattern for children

Page 14: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

10

under five which will ultimately have a positive impact on the nutritional

status of children under five.

Keywords: Toddler Assistance.

A. LATAR BELAKANG

Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko untuk terkena

berbagai macam gangguan kesehatan (kesakitan) dan kematian. Salah satu program

kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam menurunkan angka

kesakitan dan kematian pada anak balita (anak bawah lima tahun) adalah buku

Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA). Buku KIA adalah suatu buku yang berisi

catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi

berbagai informasi tentang kondisi kesehatan ibu dan anak serta pendidikan cara

menjaga kesehatan ibu dan anak. Namun tidak semua ibu dan keluarga mau/dapat

membaca buku KIA karena berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca,

tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang tidak mampu membaca

(buta aksara).

Berdasarkan pertimbangan ini, maka dianggap sangat perlu mengajari ibu-

ibu tentang isi buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya

yaitu melalui penyelenggaraan Pendampingan sayang Balita. Sasaran Pendampingan

sayang Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan).

Tujuan pendampingan ini diharapkan peserta pendampingan mengetahui

makanan yang bergizi yang harus diberikan pada anak balita sehingga tumbuh

dewasa pandai dan cerdas.Pendampingan ini merupakan program pendampingan

sosial yang dilakukan oleh Dosen STAI ATTANWIR dalam rangka pengabdian pada

masyarakat. Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka dapatlah

dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana cara memberikan pengetahuan gizi balita

kepada kelompok Ibu-ibu yang mempunyai anak balita di Kecamatan Trucuk, Malo,

Gayam, Dan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro, pendampingan ini diharapkan para ibu

yang mempunyai anak balita memberikan gizi kepada anak balita.

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Dasar untuk Tumbuh Kembang Anak

Secara umum terdapat tiga kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak

Page 15: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

11

secara optimal yaitu kebutuhan asuh, asih, dan asah.

1) Kebutuhan Asuh menunjukan kebutuhan anak untuk pertumbuhan otak dan

pertumbuhan jaringan (Wahyuni, 2014). Kebutuhan asuh meliputi pangan atau gizi

yang merupakan kebutuhan terpenting untuk tumbuh kembang anak, Perawatan

kesehatan dasar bagi anak seperti (pemberian ASI, imunsasi, menimbang anak secara

teratur, pengobatan bila sakit, dan lain-lain), Perumahan yang layak, Hygiene

perorangan dan sanitasi lingkungan, Sandang, Kesegaran jasmani dan sanitasi

lingkungan (Soetjiningsih, 2014).

2) Kebutuhan Asih menunjukan kebutuhan anak untuk perkembangan emosi atau kasih

sayang dan spiritualnya (Wahyuni, 2014). Pada tahun pertama kehidupan, hubungan

yang erat, mesra, dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk

menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial.

Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun pertama kehidupan menimbulkan dampak

negatif terhadap tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun sosial emosi ang

disebut Sindrome Deprivasi Maternal (Soetjiningsih, 2014).

3) Kebutuhan Asah menunjukan kebutuhan stimulasi atau rangsangan yang akan akan

merangsang perkembangan anak secara optimal (Wahyuni, 2014). Stimulasi mental

merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental akan

mengembangkan perkembangan mental psikososial anak seperti; kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika,

produktivitas, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2014).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

Adapun faktor langsung yang mempengaruhi perkembangan anak menurut

Diana (2010) yaitu faktor konsumsi (gizi), infeksi dan pola asuh anak.

1) Faktor Gizi

Gizi sangat berperan terhadap perkembangan otak anak sejak anak dari

minggu ke -4 pembuahan sampai anak berusia dini. Kebutuhan gizi terdiri dari

kebutuhan zat gizi makro (energi, protein, lemak) dan kebutuhan zat gizi mikro

(vitamin,meneral). Pengaruh gizi makro menurut Georgieff dalam Jalal (2009):

a) Gizi berpengaruh terhadap struktur anatomi otak yang mempengaruhi sel syaraf.

Dalam hal ini gizi bekerja melalui proses pembelahan sel-sel syaraf yang akan

Page 16: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

12

menentukanjumlah dari selsel syaraf yang dibentuk dan melalui pertumbuhan sel-sel

syaraf yang akan menetukan ukuran sel syaraf menuju terbentuknya sel syaraf

dengan komponennya yang lengkap (dendrit, akson, dll).

b) Gizi Berpengaruh terhadap kimia otak, yaitu pada proses pembentukan jumlah atau

konsentrasi neuro transmitter pembentukan jumlah reseptor dan jumlah

pengangkutan neuro transmitter. Zat gizi makro yang amat diperlukan untuk

membantu proses kimia otak adalah protein dan lemak. Lebih dari 60% berat otak

adalah lemak, oleh karena itu lemak penting untuk perkembangan otak. Lemak

berperan dalam pembentukan myelin, untuk pembentukan sinaps dan membantu

proses pembentukan neuro transmitter. Zat gizi yang berperan vital dalam proses

tumbuh kembang sel-sel neuron otak untuk bekal kecerdasan bayi yang dilahirkan

adalah asam lemak. Selain zat gizi (asam lemak) ada faktor lain yang berpengaruh

terhadap perkembangan anak yaitu infeksi dan pola asuh.

2) Infeksi

Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman penyakit

seperti bakteri, virus, ricketsia, jamur, cacing dan sebagainya. Infeksi yang terjadi

pada seseorang akan menyebabkan tubuh kehilangan zat gizi sebagai akibat respon

metabolik, kehilangan zat gizi melalui saluran pencernaan (malabsorpsi), gangguan

utilisasi ditingkat sel dan penurunan nafsu makan. Sebaliknya, pada keadaan sakit

kebutuhan zat gizi akan meningkat. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan

cacat bawaan adalah TORCH (Tozoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes

Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada

janin adalah varisela, Coxsasckie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak,

listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus influensa, dan virus hepatitis (Diana, 2010;

Soetjiningsih, 2014).

Penyakit infeksi ini merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Penyakit yang sering diderita oleh anak yang dapat

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah diare.

ISPA, morbili. Selain infeksi faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan

anak adalah pola asuh (Diana, 2010; Soetjiningsih, 2014).

3) Pola Asuh

Pola asuh berarti tindakan pengasuhan anak yang dilakukan berulang - ulang

Page 17: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

13

sehingga menjadi suatu kebiasaan, maka relevan dikaitkan dengan pengukuran status

gizi dalam jangka lama. Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku Ibu atau

pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat,

kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan

dengan keadaan Ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan

umum, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran

dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan

keluarga dan masyarakat, dan sebagainya dari si ibu atau pengasuh anak (Diana,

2010).

Para peneliti di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak yang tidak banyak

distimulasi maka otaknya akan lebih kecil 30 persen dibandingkan anak lain yang

mendapatkan rangsangan secara optimal. Untuk itu diperlukan penilaian terhadap

perkembangan anak agar gangguan terhadap perkembangan anak dapat diketahui

lebih cepat.

Selain faktor tersebut diatas, faktor lain yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak menurut Gunawan et al (2011) antara lain:

4) Pendidikan ibu

Pendidikan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan anak terutama

pendidikan ibu. Penddikan ibu yang rendah mempunyai resiko untuk terjadinya

keterlambatan perkembangan anak, disebabkan ibu belum tahu cara memberikan

stimulasi perkembangan anaknya (Gunawan et al, 2011). Ibu dengan pendidikan

lebih tinggi lebih terbuka untuk menerima segala informasi dari luar, terutama

tentang cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga kesehatan anak, mendidik

anak dan sebagainya (Soetjiningsih, 2014).

5) Pekerjaan ibu

Ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga mempunyai cukup

banyak waktu untuk dapat memperhatikan dan mengurus anak, agar anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal, termasuk memberikan perhatian terhadap

pemenuhan asupan makanan anak (Wahyuni et al, 2014).

6) Keadaan ekonomi

Status ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan anaknya, keadaan ekonomi keluarga yang baik akan menunjang

Page 18: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

14

perkembangan anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak

baik kebutuhan primer (sandang, pangan, kesehatan) maupun kebutuhan sekunder.

Status ekonomi rendah juga menyebabkan keterbatasan keluarga dalam

menyediakan berbagai fasilitas bermain sehingga anak kurang mendapat stimulasi.

Pemberian stimulasi sesuai usia anak diperlukan untuk perkembangan anak terutama

kecerdasan. (Israwati, 2010; Gunawan et al, 2011).

b. Ciri ciri perkembangan

Ciri ciri perkembangan menurut ikatan dokter anak (2005) dan Diana (2010)

adalah perkembangan melibatkan perubahan, perkembangan awal menentukan

pertumbuhan selanjutnya, perkembangan mempunyai pola yang tetap, perkembangan

memiliki tahap yang berurutan, perkembangan mempunyai kecepatan berbeda, dan

perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

1) Perkembangan melibatkan perubahan yaitu perkembangan terjadi bersamaan dengan

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia

pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya yaitu seseorang tidak

akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum seseorang tersebut melewati

tahap tahapan sebelumnya. Contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum

dia bisa berdiri. Oleh karena itu, perkembangan awal ini merupakan masa kritis

karena akan menetukan perkembangan selanjutnya.

3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap yaitu perkembangan fungsi organ tubuh

terjadi menurut dua hukum tetap, yaitu : perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah

kepala, kemudian menuju kearah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal. Dan

perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerakan kasar) lalu

berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam

gerakan halus. Pola ini disebut proksomodistal.

4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan yaitu pada tahap ini dilalui seorang

anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa

terjadi terbalik. Misalnya anak mampu berdiri sebelum berjalan.

5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda yaitu seperti halnya

pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda, baik

dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan

Page 19: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

15

pada masing-masing anak misalnya kaki dan tangan berkembang pesat pada awal

masa remaja, sedangkan bagian tubuh lain mungkin berkembang pesat pada masa

lainnya.

6) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan yaitu pada saat pertumbuhan

berlangsung cepat, perkembangan pun demikian terjadi peningkatan mental, ingatan,

daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat akan bertambah umur, bertambah berat

dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

Tahapan Perkembangan Anak Usia 6-24 bulan

Tahapan perkembangan anak usia 6 – 24 bulan menurut Hurlock dalam Yuniarti

(2015) antara lain :

1) Usia 6 – 9 bulan

Pada tahap ini seorang anak sudah dapat melakukan kegiatan seperti : Duduk

(sikap tripod – sendiri). Belajar berdiri dengan kedua kakinya menyangga sebagian

berat badan, merangkak meraih untuk mainan atau mendekati seseorang,

memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya, memungut dua benda,

masing masing tangan memegang satu benda pada saat yang bersamaan, memungut

benda sebesar kacang dengan cara meraup, bersuara tanpa arti (mamama, bababa,

dadada, tatata), mencari mainan atau benda yang dijatuhkan, bermain tepuk tangan

atau cilukba, bergembira dengan melempar benda, serta sudah bisa makan kue

sendiri.

2) Usia 9 – 12 bulan

Pada tahap in seorang anak hendaknya sudah dapat melakukan kegiatan

seperti : mengangkat badan ke posisi sendiri, belajar berdiri selama 30 detik atau

berpegangan dikursi, dapat berjalan dengan dituntun, mengulurkan lengan atau badan

untuk meraih mainan yang di inginkan, mengenggam erat pensil, memasukan benda

kedalam mulut, mengulang/ menirukan suara yang di dengar, menyebutkan 2-3 suku

kata tanpa arti, mengeksplorasi sekitar, bereaksi terhadap suara yang pelan atau

bisikan, merasa senang diajak bermain cilukba serta sudah dapat mengenal anggota

keluarga.

3) Usia 12 – 18 bulan

Pada tahap ini seorang anak sudah bisa untuk berdiri sendiri, membungkuk

Page 20: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

16

untuk mengambil mainan kemuda berdiri kembali, berjalan mundur lima langkah,

memanggil ayah dengan kata papa dan ibu dengan kata mama, menumuk dua kubus,

memasukan kubus didalam kotak, menunjuk sesuatu yang di inginkan tanpa

menangis atau merengek, serta sudah bisa memperlihatkan raa cemburu atau

bersaing.

4) Usia 18 – 24 bulan

Pada tahap ini seorang anak sudah dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan

selama 30 detik, berjalan tanpa terhuyung-huyung, bertepuk dan melambaikan

tangan, menumpuk 4 buah kubus, memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari

telunjuk, menggelindingkan bola kearah sasaran, meyebut 3 sampai 6 kata yang

mempunyai arti, membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga, serta sudah bisa

memegang cangkir sendiri dan makan minum sendiri.

Aspek-aspek Perkembangan Anak

Beberapa aspek yang dipantau dalam menilai perkembangan anak, antara

lain:

5) Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik adalah perkembangan kontrol pergerakan badan

melalui koordinasi aktifitas saraf pusat, saraf tepi, dan otot (Adnyana, 2014).

Perkembangan motorik ditandai dengan beberapa ciri, diantaranya yaitu kemampuan

yang berkembang secara sistematik, tiap tiap penguasaan kemampuan baru

mempersiapkan bai untuk kemampuan berikutnya. Pertama kali bayi akan belajar

ketrampilan sederhana kemudian mengkombinasikannya kedalam sistem tindakan

yang semakin kompleks. Misalnya dalam hal berjalan, pertama-tama bayi akan dapat

mengontrol beberapa gerakan tangan dan kaki yang berbeda kemudian menyatukan

semua gerakan tersebut untuk melakukan langkah yang pertama (Papalia et al, 2008).

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi

(Yuniarti, 2015). Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua yaitu

perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

a) Perkembangan motorik kasar (Gross motor)

Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan atau aspek yang

Page 21: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

17

berhubungan dengan kemampuan anak dalam melakukan pergerakan dan sikap tubuh

yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya (Kemenkes.

RI, 2010). Sedangkan menurut Sunardi dan Sunaryo (2007) dan Adriana (2013).

Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakan tubuh

yang mencakup ketrampilan otot-otot besar atau 95% atau seluruh anggota tubuh

yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri yang diawali dengan kemampuan

merangkak, berjalan, berlari, melompat maupun berenang.

b) Perkembangan motorik halus (Fine motor)

Perkembangan motorik halus adalah perkembangan atau aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti kemampuan untuk menggambar, menulis, mencoret,

mengamati sesuatu, menjimpit, dan sebagainya (Kemenkes. RI, 2010; Adriana,

2013).

6) Perkembangan bicara dan bahasa

Bahasa adalah kemampuan untuk memberkan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan. Bahasa mencakup segala bentuk

komunikasi seperti lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah,

pantomime dan seni.

Bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk paling efektif dalam

komunikasi, paling penting serta paling banyak digunakan (Adriana, 2013).

Kemenkes (2010), Menjelaskan bicara dan bahasa merupakan aspek yang

berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbica, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

7) Sosialisasi dan kemandirian

Sosialisasi dan kemamdirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah bermain),

berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan

lingkungan dan sebagainya (Kemenkes, 2010; Adriana 2013).

Penilaian Perkembangan Anak

Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk gangguan

Page 22: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

18

perkembangananak telah dibuat, demikian pula dengan skrining untuk mengetahui

penyakit-penyakit yang potensial dapat mengakibatkan gangguan perkembangan

anak. Dalam memilih bentuk alat ukur perkembangan haruslah mengacu kepada

tujuan dari pengukuran tersebut. Ada banyak metode tes perkembangan dan

psikologi untuk menilai perkembangan anak. Para ahli di dunia dan di Indonesi untuk

menilai perkembangan anak yang paling sering digunakan salah satunya adalah

KPSP (Soetjiningsing, 2014).

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan suatu instrumen

deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun. KPSP ini berguna

untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen

KPSP ini dapat dilakukan di semua tingkat pelayanan kesehatan dasar (Soetjningsih,

2014).

Formulir KPSP terdiri dari 9-10 pertanyaan tentang kemampuan

perkembangan yang telah dicapai anak yang terdiri dari gerak kasar, gerak halus,

sosialisasi dan kemandirian serta berbicara dan berbahasa. Interpresasi hasil KPSP

berdasarkan jumlah jawaban "Ya" sebanyak 9 atau 10 yang berarti perkembangan

anak sesuai dengan tahap perkembangan (S). Jumlah jawaban "Ya" sebanyak 7 atau

8 adalah perkembangan anak meragukan (M). Jumlah jawaban "Ya" sebanyak 6 atau

kurang kemungkinan ada penyimpangan (P). untuk jawaban "Tidak”, perlu dirinci

jumlah jawaban "Tidak" menurut jenis keterlambatan.KPSP digunakan bagi orang

tua yang berpendidikan SLTA ke atas. KPSP mempunyai kelemahan yaitu sifatnya

hanya sebagai pre skrinning sehingga belum bisa mendeteksi seberapa jauh

keterlambatan perkembangan anak.

Untuk itu diperlukan prosedur cara menggunakan KPSP tersebut. Adapun

cara menggunakan KPSP adalah :

1) Pada waktu pemeriksanaan anak harus dibawa.

2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun lahir anak,

bila umur anak lebih dari 16 hari di bulatkan menjadi 1 bulan.

3) Setelah menetukan umur anak maka selanjutnya pilihlah KPSP sesuai dengan

umur anak.

4) KPSP terdiri dari 2 pertanyaanyaitu :

a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak

Page 23: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

19

b) Perintah kepada ibu/pngasuh anak/petugas untuk melaksanakan tugas yang

tertulis pada KPSP

5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh sebab

itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

6) Pertanyaan ditanyakan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya

ada satu jawaban ya atau tidak, catatlah setiap jawaban tersebut pada formulir

KPSP tersebut.

7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/ pengasuh anak menjawab

pertanyaan terdahulu.

8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.

METODE PELAKSANAAN

Metode Kegiatan

Kegaiatan ini merupakan kegaiatan pendampingan metode yang digunakan

adalah pertama ,30% teori berupa ceramah,disertai contoh – contoh dan diskusi

kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek langsung cara pola asuh yang

baik tumbuh kembang anak balita.

Subyek Kegiatan

Sasaran pelatihan adalah para kelompok Ibu-ibu yang mempunyai anak balita

di Kecamatan Trucuk, Malo, Gayam, Dan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro

RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan.Tempat

kegiatan dibalai Latihan kerja kabupaten Bojonegoro.Adapun Jadwal kegiatan

sebagai berikut:

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3

1. Pembuatan

proposal

x x

2. Pendataan peserta x x x

3. Persiapan x x x

4. Pelaksanaan x x

Page 24: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

20

5. Pembuatan

Laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendidikan dengan Pola Pengasuhan Gizi

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

bela- jar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

keperiba- dian kecerdesan akhlak mulia, serta kete- rampilan yang diperlukan dirinya

dan mas- yarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu

yang tidak dapat di lihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,

pertimbangan dan kebijaksanaan.

Tingkat pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang

mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga. Semakin tinggi pendidikan orang tua

maka pengetahuannya akan gizi akan lebih baik dari yang berpendidikan rendah.

Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya perhatian orang tua

akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena pen- didikan dan pengetahuan gizi ibu

yang rendah.

Hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 178 orang tua anak balita yang

memiliki pendidikan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik se-

banyak 97,8 %, sedangkan dari 110 orang tua anak balita yang memiliki pendidikan

kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 57,3%, ini

mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan orang tua, maka semakin tinggi

kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan pendidikan formal terutama

melalui masa media terutama dalam pola pengasuhan anak, Hal serupa juga

dikatakan oleh L. Green, Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat

pendidikan ibu, maka baik pula keadaan gizi anaknya.

Pengetahuan dengan Pola Pengasuhan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu

Page 25: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

21

materi yang telah dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang diterima. (sarnaini. 2003). Evaluasi bila seseorang

telah mampu untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan yang dipelajarinya

Penguku- ran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan subyek penelitian atau

responden. (Bloom dalam Ngatimin, 1997).

Hasil pendampingan menunjukkan bahwa dari 157 orang tua anak balita yang

memiliki pengetahuan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik se-

banyak 96,2 %, sedangkan dari 131 orang tua anak balita yang memiliki pengetahuan

kurang terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik sebanyak 65,6 %.ini ber-

arti bahwa Tingkat pengetahuan gizi ibu yang tinggi dapat membentuk sikap yang

positif terhadap masalah gizi,yang pada akhirnya pengetahuan akan mendorong

seorang ibu untuk menyediakan makanan sehari-hari dalam jumlah dan kualitas gizi

yang sesuai dengan kebutuhan.kadar gizi anak dipengaruhi oleh pengasuhnya. Se-

makin banyak pengetahuan gizinya,maka seorang ibu dapat memilih dan memberi-

kan makanan bagi balita yang dapat me- menuhi kebutuhan gizi anak balitanya baik

darin segi jenis maupun jumlah kebutuhan zat gizi sesuai dengan angka kecukupan

gizi balita.

Pengetahuan seorang ibu dibutuhkan dalam perawatan anaknya,terutama

dalam hal pemberian dan penyediaan makanannya,sehinggan seorang anak tidak

menderita kekurangan gizi.kekurangan gizi juga dapat disebabkan karena pemilihan

bahan makanan yang tidak benar.pemilihan makanan ini dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan ibu tentang bahan makanan.Ketidaktahuan dapat menyebabkan

kesalahn pemilihan dan pengolahan makanan meskipun bahan ma- kanan tersedia.

Pendapatan dengan Pola Pengasuhan Gizi

Pendapatan adalah hasil, gaji, upah imbalan yang diterima seseorang atas

kegiatan yang dilakukannya. Pendapatan akan banyak mempengaruhi. Pada kegiatan

dan pola pikir termasuk kesempatan untuk memanfaatkan potensi dan fasilitas yang

tersedia guna memenuhi kebutuhan hidup- nya (BPS, 2004).

Besar kecilnya pendapatan suatu wilayah, sangat tergantung pada sumber-

Page 26: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

22

sumber perekonomian yang ada di daerah itu. Dengan tidak memandang dari

kepemilikan dari sumber-sumber itu. Ting- gi tingkat pendapatan masyarakat menc-

erminkan status kesehatan seseorang. Masyarakat dalam suatu negara tingkat

pendapatan tinggi akan lebih baik dibandingkan antara masyarakat dalam suatu

negara tingkat pendapatan rendah.

Hasil pendampingan menunjukkan dari 224 orang tua anak balita yang

memiliki pendapatan cukup terdapat yang memiliki status pola pengasuhan baik

sebanyak 89,7

%, sedangkan dari 64 orang tua anak bali- ta yang memiliki Pendapatan kurang

terda- pat yang memiliki pola pengasuhan gizi anak balita baik sebanyak 56,3 %.ini

berar- ti bahwa semakin cukup tingkat pendapa- tan orang tua maka semakin baik

pula ting- kat pengasuhanan gizinya, Pendapatan keluarga mempengaruhi ketahanan

pangan keluarga. Ketahanan pangan yang tidak memadai pada keluarga dapat

mengakibat- kan gizi kurang.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan M.K Bennet bahwa tingkat

pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung meningkatkan kualitas

konsum- si pangannya dengan harga yang lebih ma- hal per unit zat gizinya. Pada

tingkatan pendapatan perkapita yang lebih rendah, permintaan terhadap pangan

diutamakan pada pangan yang padat energi yang be- rasal dari hidrat arang, terutama

padi- padian. Apabila pendapatan meningkat pola konsumsi pangan akan beragam,

serta umumnya akan terjadi peningkatan kon- sumsi pangan yang lebih bernilai gizi

tinggi. Peningkatan pendapatan tidak hanya meningkatkan keanekaragaman

konsumsi pangan, dan peningkatan konsumsi pangan yang lebih mahal, tetapi

terjadinya pening- katan konsumsi pangan diluar rumah. Oleh karena itu, setiap

keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pan- gan seluruh anggota

keluarganya.

Sosial Budaya dengan Pola Pengasuhan Gizi

Sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola bu-

daya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum

yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai

dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

Page 27: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

23

Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab

dari perubahan.

Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya

komunikasi; cara dan pola pikir masyara- kat; faktor internal lain seperti perubahan

jumlah penduduk, penemuan baru, ter- jadinya konflik atau revolusi; dan faktor

eksternal seperti bencana alam dan peru- bahan iklim, peperangan, dan pengaruh

kebudayaan masyarakat lain. Hasil penelitian menunjukkan dari 257 orang tua anak

balita yang memiliki sosial Budaya cukup terdapat yang memi- liki pola pengasuhan

anak balita baik se- banyak 81,7 %, sedangkan dari 64 orang tua anak balita yang

memiliki Sosial Buda- ya kurang terdapat yang memiliki pola pengasuhan anak

balita baik sebanyak 87,1 %.ini mengindikasikan bahwa sosial buda- ya orang tua

baik buruk ataupun tidak, cen- derung memiliki pola pengasuhan yang sama.

Pola Pengasuhan gizi setiap kelompok masyarakat memiliki sistem klas-

ifikasi makanan yang didefinisikan sebagai budaya. Setiap kebudayaan memiliki

pengetahuan tentang bahan makanan yang dimakan,bagaimana makanan tersebut

ditanam atau diolah, bagaimana mendapat- kan makanan, bagaimana makanan

tersebut disiapkan, dihidangkan dan di- makan.Makanan bukan saja sebagai sum- ber

gizi,lebih dari itu makanan memainkan beberapa peranan dalam berbagai aspek

kehidupan.

PENUTUP

Kesimpulan

Pendampingan ini memperlihatkan pendidikan, pengetahuan,pendapatan yang

cukup serta sosial budaya akan dapat memberikan pola pengasuhan yang baik pada

anak balita yang pada akhirnya akan memberi dampak positif terhadap status gizi

anak balita.

Saran

Berdasarkan hasil pendampingan maka diharapkan pada instansi yang terkait

khususnya di bidang kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada orang tua

anak balita, sistematis dan berkesinambungan tentang pentingnya pola pengasuhan

anak balita, dan juga kepada orang tua agar memberikan perhatian yang penuh

kepada anak balitanya agar kelak menjadi anak yang sehata dengan perkembangan

Page 28: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

24

dan pertumbuhan yang sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir, S. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Arisman, MB. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC, 2007.

Dep.Kes.Rl, Pedoman Pencegahan Gizi Kurang di Rumah Sakit, Jakarta:

Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat, 1999.

Gibney, Michael J., et al. Public Health Nutrition. Diterjemahkan oleh dr.Andry

Hartono. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC, 2009.

Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.Jakarta:

Rineka Cipta, 2003.

,Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta, 2007.

,Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,

2002.

Sediaoetama, A. D, Ilmu Gizi untuk maha- siswa dan profesi jilid I dan jilid II,

Jakarta: PT Dian Rakyat, 2006.

Yuniastuti, A. Gizi dan Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.

Page 29: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

25

PELATIHAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN ANEKA OLAHAN TEPUNG

MOKAF/ TAPIOKA DI KECAMATAN GONDANG DAN KANOR

KABUPATEN BOJONEGORO

M. Ali Nur Huda

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pelatihan dalam kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui materi

pelatihan pengolahan pangan lokal, (2) mengetahui kompetensi instruktur pelatihan

pengolahan pangan lokal, (3) mengetahui kesiapan sarana dan prasarana penunjang

kelancaran pelatihan, (4) mengetahui asal sumber dana pelaksanaan pelatihan

pengolahan pangan lokal, (5) mengetahui saran untuk memperbaiki program

pelatihan pengolahan pangan lokal, (6) mengetahui pengembangan keterampilan

dalam mengolah produk makanan berbahan dasar singkong dan ubi jalar, (7)

mengetahui penerapan hasil pelatihan setelah peserta kembali ke lingkungan

kerjanya, (8) mengetahui inovasi yang dilakukan peserta setelah mengikuti pelatihan

pengolahan pangan lokal, (9) mengetahui tingkat pendapatan peserta setelah

mengikuti pelatihan pengolahan pangan lokal.Hasil akhir dari kegiatan pengabdian

ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi warga di Kecamatan Gondang dan

Kanor untuk membuka usaha mandiri aneka olahan tepung mokaf (tapioca).

Kata kunci: Pelatihan Motivasi Kewirausahaan, olahan tepung mokaf

ABSTRACT

The training in this service activity aims to: (1) find out the training materials

for local food processing, (2) know the competence of the instructors of local

food processing training, (3) find out the readiness of the facilities and

infrastructure to support the smoothness of training, (4) find out the source of

funding for the implementation of the training local food processing, (5)

knowing the suggestions for improving the local food processing training

program, (6) knowing the development of skills in processing cassava and

sweet potato-based food products, (7) knowing the application of training

results after participants returned to their work environment, (8 ) knowing the

innovations made by participants after participating in local food processing

training, (9) knowing the level of income of participants after participating in

local food processing training. The end result of this service is expected to

increase the motivation of residents in Gondang and Kanor Districts to open

independent flour-processed businesses mokaf (tapioca).

Keywords: Entrepreneurship Motivation Training, processed mocaf flour

Page 30: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

26

LATAR BELAKANG

Konsumsi terigu nasional pada periode 2011 yaitu 1,15 juta ton naik 5,16%

pada kuartal 2012 menjadi 1,22 juta ton, dan naik 1,08% pada pertengahan 2013

menjadi 2,6 juta metrik ton (Harian Ekonomi Neraca. 2013). Kita ketahui bahwa

tanaman gandum sebagai sumber terigu tidak dapat tumbuh baik di Indonesia

sehingga seluruh kebutuhan gandum yang mencapai 6 juta ton/ tahun (senilai ± Rp.

25 triliyun) harus di impor dari berbagai negara (Atmaji, 2011).

Tingginya angka impor terigu ini menunjukkan kurangnya pemanfaatan

sumber daya lokal. Padahal banyak sumber daya lokal yang dapat dimaksimalkan

potensinya sehingga dapat mengurangi impor. Salah satu sumber daya lokal yang

dapat dimanfaatkan adalah umbi-umbian. Umbi-umbian merupakan makanan pokok

pada zaman dahulu dikarenakan mudah diperoleh dan dapat tumbuh pada berbagai

kondisi tanah. Umbi-umbian dapat dijadikan salah satu penunjang ketahanan pangan

nasional. Jenis umbi yang dikenal di Indonesia antara lain: singkong, ubi, uwi,

gembili, talas, garut, ganyong, iles-iles dan suweg. Setiap jenis bahan makanan

tersebut memiliki cita rasa, tekstur, aroma dan kandungan gizi yang berbeda-beda.

Maka dari itu masing-masing umbi dapat saling melengkapi kebutuhan gizi yang

dibutuhkan tubuh.

Hasil panen umbi khususnya ubi kayu dan ubi jalar di Kabupaten

Bojonegoro, khususnya di Kecamatan Gondang dan Kanor sebanyak 66.105 ton

untuk ubi kayu dan 32.800 ton untuk ubi jalar (Jatim.bps.go.id). Hal ini

menunjukkan singkong dan ubi jalar memiliki prospek yang baik untuk

dikembangkan. Namun biasanya umbi ini dikonsumsi dengan hanya diolah dengan

cara dikukus dan direbus oleh masyarakat (E-Learning Penanganan Umbi-Umbian,

IPB). Padahal umbi-umbian tersebut dapat menjadi bahan pangan alternative

pengganti terigu dan diolah menjadi produk lain seperti cake, cookies yang memiliki

nilai jual lebih. Kurangnya inovasi pengembangan diversifikasi produk pangan

menyebabkan gagalnya pengembangan produk pangan berbasis sumberdaya lokal.

Hal ini disebabkan kurangnya SDM bermutu dibidang teknologi pangan non terigu

(Naibaho, 2011).

Page 31: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

27

Produk olahan umbi-umbian yang diajarkan termasuk dalam makanan atau

kudapan yang sering dijumpai sehari-hari. Pengembangan pangan lokal umbi-

umbian yang diajarkan antara lain talam ubi, wingko, kue kering, dan bolu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan lembaga Badan Pelaksana Penyuluhan dan

Ketahanan Pangan (BPPKP) program yang disampaikan pada pelatihan pengolahan

pangan lokal meliputi tujuan diadakannya pelatihan, pemahaman dan pengenalan

jenis-jenis pangan lokal, prospek pengembangan industri, dan praktek membuat

aneka olahan kue basah, kue kering, dan sponge.

Namun hasil pelatihan yang dilakukan belum banyak diimplementasikan

dalam bentuk usaha SDM yang masih sulit untuk menerima inovasi. Keterbatasan

alat produksi juga riset yang dilakukan lembaga penelitian terkadang tidak sesuai

dengan kebutuhan industri. Sosialisasi teknologi dan gizi bahan pangan alternative

kepada masyarakat dan petani luput dari perhatian peneliti (Licen, 2011:50).

Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan ”Pelatihan

Motivasi Kewirausahaan Aneka Olahan Tepung Mokaf/ Tapioka Di Kecamatan

Gondang Dan Kanor Kabupaten Bojonegoro”.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan Tepung Mokaf

Pengolahan dilakukan untuk memperpanjang umur simpan bahan pangan.

Proses pengolahan yang dilakukan tergantung pada berapa lama umur simpan

produk yang diinginkan. Pengolahan bahan pangan harus memperhatikan

karakteristik bahan pangan itu sendiri. Penanganan yang kurang tepat dapat

menghilangkan kandungan gizinya. Berikut ini adalah proses pengolahan bahan

pangan yang umum digunakan (Dewi, 2011: 189):

1. Perebusan (Boiling) Boiling merupakan proses memasak makanan di dalam air

mendidih pada suhu 100⁰C. Air yang digunakan untuk merebus sesuai dengan

kebutuhan agar tidak banyak zat- zat makanan yang hilang (Sufi, 2008: 27)

2. Pengukusan (Steaming) Steaming adalah proses memasak lembab/ basah

menggunakan uap air. Memasak makanan dengan cara dikukus dapat menjaga

kandungan zat gizi karena tidak banyak zat makanan yang hilang (Sufi, 2008:

27).

Page 32: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

28

3. Pengovenan (Baking) Baking merupakan teknik memasak makanan dengan

panas kering oleh konveksi uap udara panas di dalam oven. Teknik baking

merubah struktur tepung berwarna coklat akibat terjadi karamelisasi gula/

tepung dan reaksi mailard (Endang, 2007).

4. Penggorengan (Frying) Frying adalah metode memasak makanan dalam minyak

atau lemak. Suhu penggorengan yang baik antara 175⁰C sampai 190⁰C

tergantung pada kekentalan dan tipe makanan yang digoreng. Perubahan warna

terjadi pada saat penggorengan akibat karbonisasi permukaan makanan dan

karamelisasi karbohidrat (gula) sehingga setelah matang makanan yang

digoreng memiliki warna kuning keemasan (Endang, 2007).

5. Pembakaran (Grilling) Grilling adalah bentuk memasak makanan menggunakan

panas langsung. Bahan-bahan yang dimasak dengan grilling ditempatkan ± 10

cm di atas sumber panas langsung. Lama pembakaran tergantung pada besar

potongan bahan (Endang, 2007).

6. Pengalengan (Canning) Proses pengalengan dilakukan dengan melibatkan

proses pengeluaran udara, pengemasan, pengaturan pH dan penggunaan suhu

tinggi.

7. Dehidrasi (Dehydration) Proses dehidrasi atau pengurangan kadar air dalam

bahan makanan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak

(Hiasinta, 2006: 71).

Proses pengolahan makanan harus memperhatikan sanitasi hygiene dan

keselamatan tempat, bahan, dan penjamah makanan. Sanitasi adalah usaha

kesehatan masyarakat untuk meminimalisir faktor-faktor yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan. Siti (2009:15) menjelaskan “higiene adalah suatu usaha

kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap

kesehatan manusia”. Sanitasi hygiene meliputi kebersihan diri (personal),

lingkungan (tempat kerja/ dapur), dan cara menangani makanan yang sehat.

Pangan Lokal

Pangan Lokal Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 tentang pangan,

dijelaskan pengertian pangan adalah “segala sesuatu yang berasal dari sumber

hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan

Page 33: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

29

sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses

penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman”.

Sedangkan pengertian pangan lokal adalah “makanan yang dikonsumsi oleh

masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal”. Salah satu jenis

pangan lokal yang dapat ditemui di berbagai daerah adalah umbi-umbian. Umbi

adalah akar yang membesar dan tertimbun dibawah tanah, umbi digunakan sebagai

tempat cadangan makanan (Fried, 2006: 159). Indonesia merupakan negara agraris

yang kaya akan hasil pertanian. Hasil pertanian Indonesia tidak hanya padi namun

juga umbi-umbian. Umbi-umbian merupakan makanan pokok pada zaman dahulu

dikarenakan mudah diperoleh dan dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah.

Umbi-umbian yang dikenal di Indonesia antara lain: singkong, ubi, uwi, gembili,

talas, ganyong, kentang dan suweg. Masing-masing jenis umbi memiliki kandungan

yang berbeda-beda. Berikut adalah kandungan kalori dan karbohidrat aneka jenis

umbi (dalam tiap 100 gr).

Singkong (Ubi Kayu)

Deskripsi Singkong (ubi kayu) memiliki nama ilmiah manihot utilisima atau

manihot esculenta dan termasuk dalam famili euphorbiceae (Murdjiati, 2013: 150).

Umbi ubi kayu berasal dari pembesaran sekunder akar adventif, memiliki bentuk

daun menjari, dan batangnya memiliki mata tunas pada setiap buku batang

(Purnomo, 2007: 59). Singkong yang memiliki banyak sebutan disetiap daerah di

Indonesia ini merupakan jenis umbi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Hal ini dikarenakan singkong dapat tumbuh diberbagai kondisi tanah.

Manfaat dan Penggunaannya Manfaat dan kegunaan singkong dalam

industri makanan cukup luas. Produk yang diolah dari singkong seperti: keripik,

getuk, selondok, tiwul, gatot dan tepung-tepungan (kanji/ tapioka, gaplek, dan

mocaf). Berikut ini adalah produk olahan singkong yang telah melalui

pengembangan industri menurut Murdjiati (2013:152): (a) Industri dengan proses

dehidrasi dengan produk berupa tepung gaplek, chips, pellet, tepung tapioka, dan

onggok atau ampas. (b) Industri dengan produk hidrolisis dengan produk berupa

gula invert, high fructose syrup (HFS), dekstrosa, maltose, sirup glukosa, dan

Page 34: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

30

sukrosa. Industri dengan produk fermentasi, dengan prosuk berupa asam cuka,

butanol, aseton, asam laktat, asam sitrat, monosodium glutamate, gliserol, dan

tepung mocaf.

Ubi Jalar

Ubi jalar memiliki nama latin ipomea batatas termasuk dalam family

convolvulaceae merupakan tanaman yang batangnya menjalar dan tidak berkayu

(Murdjiati, 2013: 184). Pada beberapa daerah memiliki nama tersendiri, seperti: telo

rambat, mongkrong, nadri, telo elung dan sebagainya. Ubi jalar mengandung pro

vitamin A, vitamin B, Vitamin C, dan antioksidan (Suparman :3- 4). Ubi jalar pada

beberapa daerah digunakan sebagai makanan pokok seperti pada daerah Irian Jaya.

Kandungan Gizi Ubi Jalar Banyaknya kandungan gizi yang terdapat dalam

ubi jalar ditunjang dengan kemajuan teknologi dan kreatifitas ubi jalar kini banyak

dikembangkan menjadi berbagai macam makanan. Aneka produk olah makanan

dengan produk antara ubi jalar antara lain: keripik, chips, tepung, cake, permen, es

krim, dan gula fruktosa. Ubi jalar selain mengandung vitamin juga mengandung

kalori dan zatzat gizi lainnya.

PEMBAHASAN

Output Pelatihan Pengolahan Tepung Mokaf

Inovasi yang dilakukan peserta setelah memperoleh pelatihan pengolahan

pangan lokal terdapat beberapa produk makanan baru yang dikembangkan oleh

anggota yaitu apem thiwul (kue sakura), brownies, bolu pandan, dan kue kelapa

(muffin). Apem thiwul yang terbuat dari 100% tepung thiwul yang diolah dengan

cara dikukus. Cita rasa apem thiwul yaitu manis yang berasal dari karamel,

memiliki tekstur legit, dan dicetak menyerupai kue putu ayu. Brownies dan bolu

pandan terbuat dari 100% tepung mocaf. Brownies diolah dengan cara dipanggang

dan bolu pandan diolah dengan cara dikukus.

Hasil dari produk ini sudah bagus yaitu produk mengembang dengan tekstur

lembut. Kue kelapa/ muffin terbuat dari 100% tepung mocaf dengan tambahan

parutan kelapa yang dicampurkan di adonan, cita rasa muffin kelapa yaitu manis

dan gurih. Produk olahan singkong dan ubi jalar lain yang juga diproduksi oleh

Page 35: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

31

anggota Kelompok Wanita Sejahtera Mandiri adalah jenang ubi dan lemet. Jenang

ubi terbuat dari tepung kanji yang dicairkan dan diberi potongan singkong dengan

rasa manis dari gula jawa. Lemet terbuat dari singkong parut yang kemudian pada

bagian tengah diberi isian gula jawa dan dibungkus dengan daun pisang kemudian

dikukus.

Tingkat Pendapatan Peserta Pelatihan

Tingkat Pendapatan Peserta Setelah Memperoleh Pelatihan Pengolahan

Pangan Lokal Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 anggota Kelompok Wanita

Sejahtera Mandiri dapat diketahui bahwa pengembangan usaha dibidang olahan

pangan lokal ini dapat meningkatkan pendapatan anggota. Anggota kelompok

wanita tani yang semula hanya menjadi ibu rumah tangga dan menjadi penjahit kini

memiliki pendapatan tambahan dari mengolah umbi singkong dan ubi jalar.

Pendapatan semula yang berkisar Rp 20.000 - Rp 100.000 perhari dapat meningkat

sampai dua kali lipat. Berikut ini disajikan tabel jumlah pendapatan anggota

Kelompok Wanita Sejahtera Mandiri pada tahun 2015 untuk satu jenis produk

makanan yang dijual.

Jumlah pendapatan tersebut dapat meningkat apabila mendapat pesanan

untuk berbagai macam acara. Anggota dapat membuat sampai 700 bungkus olahan

singkong dan ubi jalar pada saat memperoleh pesanan. Jenis makanan olahan

singkong dan ubi jalarnya pun lebih bervariasi sesuai dengan permintaan pemesan.

Respon masyarakat terhadap produk olahan makanan berbahan dasar umbi-umbian

bagus. Hal ini berdasarkan bahwa anggota kelompok wanita tani sering mendapat

pesanan snack untuk berbagai acara dan produk yang dijual di pasar selalu laku.

Selain itu dengan adanya bantuan yang diberikan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan

dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kabupaten Bojonegoro berupa alat yaitu: mixer,

oven, blender, dan wajan dapat mendorong hasil produksi. C. Pembahasan Hasil

Instruktur pelatihan pengolahan pangan lokal terdiri dari dua orang yaitu ibu

Ida Rajasa dan ibu Lili T. Erwin. Masing-masing instruktur sudah memiliki

sertifikat resmi, sehingga menjamin bahwa instruktur pelatihan kompeten dalam

bidan olahan pangan lokal. Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada

anggota Kelompok Wanita Sejahtera Mandiri sebagai alumni pelatihan diketahui

Page 36: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

32

bahwa sebanyak 21% menyatakan instruktur pelatihan pangan lokal dalam kategori

baik, dan 79% menyatakan dalam kategori cukup. Jadi berdasarkan uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa instruktur sudah memiliki sertifikat pelatih resmi namun

dalam prakteknya peserta pelatihan pengolahan pangan lokal menilai cukup.

Penyusunan materi pelatihan pangan lokal mengacu pada materi pelatihan

yang dilaksanakan di tingkat propinsi. Jadi tidak terdapat acuan baku seperti

kurikulum dan silabus dalam membuat materi pelatihan pangan lokal di Kabupaten

Magelang. Sementara itu, umbi-umbian yang digunakan untuk pelatihan

disesuaikan dengan potensi masing-masing daerah.

Materi yang diajarkan meliputi:

1. Kebijakan ketahanan pangan melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi

pangan. Materi ini mencakup pengertian pangan, penganekaragaman pangan

berdasarkan gizi seimbang, dan pengetahuan tentang bahan tambahan pangan

(BTP).

2. Kebijakan penanganan keamanan pangan. Materi ini mencakup keamanan dan

mutu pangan, dan langkah-langkah implementasi kebijakan penanganan

keamanan pangan yaitu: peningkatan kesadaran masyarakat, peningkatan

kualitas SDM aparat, dan monitoring keamanan sayur dan buah segar

3. Teknik pengolahan pangan lokal sesuai prinsip B2SA (Bergizi, Beragam,

Seimbang, dan Aman). Materi ini meliputi teknik pemilihan bahan pangan

karbohidrat, protein nabati dan hewani, sayur dan buah, dan teknik pengolahan

pangan yang benar.

4. Cara mengembangkan usaha rumah tangga. Materi ini disampaikan oleh pihak

Bank yang ditunjuk sebagai narasumber tentang cara peminjaman modal usaha,

dan sebagainya. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada peserta

pelatihan diperoleh hasil 9% yang menyatakan materi pelatihan pengolahan

pangan lokal dalam kategori baik, 91% menyatakan materi pelatihan dalam

kategori cukup, dan 0% yang menyatakan materi pelatihan dalam kategori

kurang.

Berdasarkan uraian data diatas dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan

pengolahan pangan lokal dalam kategori cukup. Hal ini dapat disebabkan karena

tidak adanya kurikulum dan silabus yang jelas sehingga materi yang disampaikan

Page 37: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

33

kurang maksimal.

Kebutuhan sarana dan prasarana selama program pelatihan berlangsung

disediakan oleh panitia dari Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan.

Sarana dan prasarana yang disediakan meliputi peralatan praktek dan bahan

makanan yang akan diolah. Jadi peserta pelatihan pangan lokal tidak perlu

mengeluarkan biaya dan membawa sendiri bahan untuk pelatihan, hanya cukup

menyiapkan tempat untuk melaksanakan pelatihan. Berdasarkan hasil kuesioner

diperoleh hasil 6% anggota yang menyatakan kesiapan sarana dan prasarana dalam

kategori baik, 79% dalam kategori cukup, dan 15% dalam kategori kurang.

Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan sarana dan

prasarana pelatihan pengolahan pangan lokal dalam kategori cukup. Saran untuk

memperbaiki program pelatihan pengolahan pangan lokal selanjutnya terdiri dari

dua aspek yaitu aspek kesesuaian waktu pelatihan dengan keadaan peserta dan

produk yang diajarkan dipelatihan lebih bervariasi.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan program

pelatihan pangan lokal, maka diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan yang

dikembangkan anggota yaitu keterampilan dalam mengeksplorasi resep, menyajikan

makanan, dan pengemasan, namun belum terdapat label atau merk pada kemasan

produk. Terdapat 5 orang anggota Kelompok Wanita Sejahtera Mandiri yang

mengembangkan usaha olahan pangan lokal, produk tersebut yaitu: wingko, jala

ubi, talam ubi, pancong singkong, lemper singkong, dan taco kimpul. Inovasi yang

dilakukan adalah pengembangan produk baru berbahan dasar tepung thiwul, dan

tepung mocaf. Tingkat pendapatan anggota meningkat 2 kali lipat dari pendapatan

sebelum mengembangkan olahan pangan lokal dari singkong dan ubi jalar.

Rekomendasi

Program pelatihan pengolahan pangan lokal merupakan program yang tepat

untuk mengenalkan potensi pangan lokal. Pelaksanaan program yang bertujuan

untuk merubah sikap masyarakat untuk beralih ke sumber pangan altenatif dan

Page 38: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

34

mengembangkan usaha dibidang olahan pangan lokal dikatakan masih kurang.

Sehingga peneliti mengharapkan program pelatihan pengolahan pangan lokal dapat

dilaksanakan secara berkala dan mendalam untuk setiap kelompok wanita tani,

khususnya masyarakat di Kecamatan Gondang dan Kanor Kabupaten Bojonegoro.

DAFTAR PUSTAKA

Darminto. (2013). Pemanfaatan Umbi-Umbian Sebagai Alternative Pemenuhan

Kebutuhan Karbohidrat Selain dari Beras.

Dewi Cakrawati & NH. Mustika. (2011). Bahan Pangan, Gizi, dan Kesehatan.

Bandung: Alfabeta.

Endang Mulyatiningsih. (2007). Diktat Teknik Dasar Memasak. UNY.

Fried, George, H. & Hademenos, George, J. (2006). Schaum’s Outlines of Theory

and Problems of Biology. Penerbit Erlangga.

Licen Indahwati Darsono. (2011). Pengetahuan, Preferensi Sikap, Niat Mencoba dan

Berpindah Konsumsi Bahan Pangan Alternative Selain Beras dan Gandum di

Surabaya. Majalah Ekonomi ( 1 April 2011).

Hiasinta A. Purnawijaya. (2006). Sanitasi Higiene & Keselamatan Kerja Dalam

Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius

Marwoto. (2009). Pengembangan PTT Ubi Jalar. Berita Puslitbangtan Edisi 43

Bulan Desember 2009.

Murdjiati Gardjito, Djuwardi, A., & Harmayani, E. (2013). Pangan Nusantara:

Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Jakarta:

Kencana.

Naibaho Yuni. (2011). Masyarakat Diminta Kembangkan Produk Pangan Lokal.

Diakses dari

http://www.medanbisnisdaily.com/news/arsip/read/2011/06/24/40615/mas

yarakat-diminta-kembangkan-produk-pangan-lokal/#.VUlRlfBkgjg. Pada

tanggal 7 Juni 2015, Jam 19.15.

Purnomo & Hanny, P. (2007). Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Siti Hamidah. (2009). Bahan Ajar Patiseri. UNY.

Suparman. (2007). Bercocok Tanam Ubi Jalar. Bandung : Azka Press.

Page 39: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

35

SOSIALISASI PERAN KOPERASI WANITA DALAM PENINGKATAN

EKONOMI MASYARAKAT DI DESATENGGER

KECAMATAN NGASEM BOJONEGORO

Mifta Hulaikah

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Koperasi wanita dibentuk salah satu perannya adalah untuk meningkatkan

pemberdayaan perempuan dalam hal membantu perekonomian keluarga. Usaha

yang dijalankan oleh Koperasi Wanita pada umumnya adlah simpan pinjam, yang

dapat digunakan untuk sumber kebutuhan keluarga. Banyak masyarakat yang

belum tau bagaimana koperasi ini mengelola usahanya sehingga keuntungan yang

didapat kembali pula kepada anggota. Kedua, dana yang dipinjam dari koperasi

wanita masih banyak digunakan untuk kebutuhan konsumtif. Diperlukan tambahan

informasi tentang berbagai jenis usaha produktif yang dapat dimanfaatkan oleh

wanita, dalam hal ini sebagai anggota.

Sasaran dari pengabdian masyarakat ini adalah pengurus, pengawas dan anggota

Koperasi Wanita yang ada di Ds Tengger, Kec. Ngasem, Bojonegoro. Kegiatan

yang dilakukan berupa sosialisasi peran koperasi wanita dalam peningkatan

ekonomi keluarga. Hasil kegiatan adalah berupa penambahan pengetahuan tentang

bagaimana koperasi mengelola keuangannya sehingga keuntuangan kembali pada

anggota, dan jenis usaha produktif yang dapat dibangun oleh anggota.

Kata Kunci: Sosialisasi, Koperasi Wanita, Ekonomi.

ABSTRACT

A women's cooperative is formed one of its roles is to increase women's

empowerment in terms of helping the family economy. Businesses run by Women

Cooperatives are generally savings and loans, which can be used for family needs.

Many people who do not know how this cooperative manages its business so that

the profits that are returned also to members. Second, funds borrowed from

women's cooperatives are still widely used for consumer needs. Additional

information is needed about various types of productive businesses that can be

utilized by women, in this case as members.

The target of this community service is the management, supervisors and members

of the Women's Cooperative in Ds Tengger, Kec. Ngasem, Bojonegoro. Activities

carried out in the form of socialization of the role of women's cooperatives in

improving the family's economy. The results of the activity are in the form of

additional knowledge about how the cooperative manages its finances so that the

financial return is to the members, and the types of productive businesses that can

be built by members.

Keywords: Socialization, Women's Cooperative, Economy

Page 40: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

36

LATAR BELAKANG

Peran wanita yang menjadi sentral dalam sebuah keluarga menjadikan wanita

mempunyai kesempatan besar dalam mengelola keuangan. Selain itu, adanya

pergeseran waktu, emansipasi, perkembangan teknologi, pendidikan dan tuntutan

zaman membuat tidak hanya laki-laki yang menjadi pencari nafkah dan dengan

adanya persaingan yang ketat dalam bidang ekonomi, seorang suami saja tidak bisa

mencukupi kebutuhan keluarga sehingga seorang ibu juga dituntut untuk mendukung

penghasilan keluarga (Putra, 2007). Kurangnya kesempatan ekonomi bagi

perempuan menciptakan ketergantungan ekonomi pada suami. Ini membuat wanita

sangat rentan jika sesuatu terjadi pada suami atau pernikahan mereka. Oleh karena

itu, wanita diharapkan dapat memiliki peran dalam membantu perekonomian

keluarganya (Kuncoro & Kadar, 2016)

Menurut Heriyono (2012) salah satu kegiatan pemberdayaan perempuan yang

bisa dilakukan adalah melalui usaha koperasi. Koperasi yang selama ini dikenal

sebagai pilar dari pereknoomian bangsa merupakan pilihan tepat bagi wanita dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga maupun kelompoknya. Koperasi wanita

menjadi salah satu wadah aktivitas ekonomi di tingkat desa yang memiliki posisi

strategis dalam menggerakkan ekonomi lokal, khususnya dimulai dari ekonomi

keluarga. Koperasi wanita adalan sebuah badan usaha koperasi yang beranggotakan

dan dikelola oleh wanita. Jenis koperasi ini sangat mendukung wanita untuk

melakukan perannya dalam membantu perekonomian keluarga. Namun, masih

banyak yang belum mengetahui bagaimana memanfaatkan wadah ini untuk

menjadikannya peluang usaha yang produktif. Desa Tengger, Kecamatan Ngasem,

Kabupaten Bojonegoro adalah salah satunya.

Di desa ini, terdapat satu Koperasi Wanita yang dibentuk pada tahun 2010.

Dari berdiri hingga saat ini, usaha yang dikelola adalah usaha simpan pinjam.

Hampir keseluruhan anggota memanfaatkan dana pinjaman yang diberikan untuk

kebutuhan konsumtif. Padahal seharusnya dana tersebut dapat dijadikan modal usaha

bagi wanita untuk mempertinggi tingkat ekonomi keluarga. Dibutuhkan sebuah

sosialisai untuk memberikan pengetahuan tambahan, baik bagi pengurus maupun

anggota agar memanfaatkan dana yang dimiliki oleh koperasi dalam bentuk usaha

produktif.

Page 41: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

37

TINJAUAN PUSTAKA

Koperasi Wanita (KOPWAN)

.Koperasi Wanita adalah salah satu jenis koperasi yang ada di Indonesia, yang

beranggotakan keseluruhan adalah wanita. Payung hukum koperasi wanita sama

dengan payung hukum badan usaha koperasi pada umumnya. Definisi koperasi di

Indonesia termuat dalam UU no 25 1992 tentang perkoperasian yang menyebutkan

bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan

hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi,

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Sebagai badan usaha, koperasi mempunyai tujuan antara lain: memajukan

kesejahteraan anggota koperasi, memajukan kesejahteraan masyarakat, dan

membangun tatanan perekonomian nasional. Menurut Pasal 4 UU no 25 1992, fungsi

dan peran koperasi adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi dan

kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pda umumnya,

berperan aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan

masyarakat, memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya, serta

berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional.

Koperasi Wanita mempunyai tujuan, fungsi dan peran yang sama dengan

koperasi yang diatur dalam undang-undang. Koperasi Wanita adalah koperasi yang

dibedakan berdasarkan jenis anggota.

Peningkatan Ekonomi

Sesuai dengan undang-undang perkoperasian bahwa Koperasi adalah badan

usaha yang mempunyai tujuan fungsi dan peran untuk meningkatkan perekonomian

nasional. Koperasi wanita adalah salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan

perekonomian nasional melalui peningkatan ekonomi keluarga. Peningkatan

ekonomi adalah penigkatan taraf hidup dan kesejahteraan pada lapisan masayarakat

tertentu. Ananda (2016) mendefinisikan peningkatan ekonomi adalah secara

sederhana pendapatan sebuah keluarga meningkat.

Page 42: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

38

Subyakto & Cahyono (1990) menyatakan bahwa koperasi wanita dalam awal

berdirinya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari wanita dan menjadi

tempat untuk memberdayakan wanita. untuk selanjutnya koperasi wanita menjadi

wadah bagi para wanita untuk membangun suatu perekonomian yang bisa

meningkatkan tingkat kesejahteraan wanita dan meningkatkan taraf hidup wanita.

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Pertama pembentukan koperasi wanita, masyarakat masih belum menyadari

peran penting koperasi tersebut dalam peningkatan perekonomian keluarga. Badan

usaha koperasi masih dianggap sebagai lahan pinjaman yang sama dengan koperasi

rentenir lainnya yang hanya mementingkan pengembalian uang dengan bunga yang

tinggi, sehingga msayarakat masih enggan untuk memanfaatkannya. Kedua, koperasi

wanita dari segi pengelolaan, masih kurang memberikan peran dalam rangka

pengembangan usaha produktif masyarakat. Hal ini membuat masyarakat cenderung

menggunakan dana dari koperasi untuk kebutuhan konsumtif. Padahal wanita

sebagai sasaran dari koperasi, mempunyai waktu yang dapat dimanfaatkan untuk

membangun usaha produktif tanpa melalaikan perannya sebagai ibu rumah tanngga.

Realisasi Pemecahan Masalah

Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, dibutuhkan penyegaran

kembali tentang peran koperasi wanita. Sosialisasi dengan cara memberikan

informasi tentang peluang yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomi dan

membuka usaha produktif sangat berarti. Hal ini membuat masyarakat sadar bahwa

koperasi wanita berbeda dengan koperasi rentenir. Menyadarkan masyarakat tentang

prinsip peran dan fungsi koperasi wanita adalah untuk anggota dan dari anggota,

sehingga keuntungan atau sisa hasil usaha akan kembali kepada anggota. Pemberian

pengetahuan tentang usaha produktif digunakan untuk menyeimbangkan berjalannya

usaha koperasi agar berkesinambungan. Pemberian materi tentang usaha produktif,

termasuk cara mendirikan, cara pengelolaan dan cara pemasaran.

Page 43: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

39

Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pengurus,pengawas dan

anggota koperasi wanita yang ada di Desa Tengger, Kecamatan Ngasem, kabupaten

Bojonegoro, yang berjumlah 141 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Peserta Sasaran Kegiatan

No Keterangan Jumlah

1 Pengurus KoperasiWanita 3 orang

2 Pengawas Koperasi Wanita 3 orang

3 Anggota Koperasi Wanita 135 orang

Jumlah 141 orang

Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan pemberian materi dengan metode

ceramah presentasi dilanjutkan dengan pembukaan sesi tanya jawab untuk peserta.

Adapun rencana kegiatannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut,

hingga akhirnya keseluruhan tahapan dapat terlaksana keseluruhan.

1. Observasi dan wawancara penggalian data

2. Program sosialisasi

3. Evaluasi kegiatan

4. Pelaporan kegiatan

HASIL YANG DICAPAI

Pemahaman Peran Koperasi Wanita dalam Peningkatan Ekonomi

Kegiatan sosialisasi menghasilkan peningkatan pemahaman tentang peran

koperasi wanita bagi perekonomian keluarga, yang diperankan oleh wanita. Pada

awal mula Koperasi Wanita yang ada di Desa Tengger hanya dimanfaatkan oleh

beberapa anggota saja, namun telah meningkat hingga mencapai ratusan anggota.

Kesadaran pemahaman ini perlu terus dijaga melalui penyampaian informasi kepada

seluruh komponen koperasi. Selain itu, terdapat penjabaran tentang keuangan

koperasi dan sistem perhitungan SHU Koperasi, sehingga anggota lebih mendalami

dan meningkatkat kepercayaannya.

Page 44: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

40

Pengetahuan Tentang Usaha Produktif Koperasi Wanita

Pengetahuan tentang usaha produktif yang dapat dikelola oleh pengurus

menjadi salah satu target yang ingin dicapai dalam kegiatan ini, sehingga

peningkatan ekonomi yang dimaksud adalah bukan hanya melalui usaha simpan

pinjam, namun dapat pula dari usaha produktif. Beberapa usha produktif yang dapat

dikelola oleh koperasi wanita yang disosialisasikan dalam kegiatan ini adalah:

1. Kerajinan dari daur ulang sampah

2. Pengelolaan sampah rumah tangga

3. Penambahan modal usaha bagi para anggota

4. Produksi krupuk untuk anggota

Jenis usaha-usaha tersebut telah disosialisikan kepada seluruh pengurus,

pengawas dan anggota koperasi wanita.

PENUTUP

Program sosialisasi tentang koperasi wanita perlu terus dilakukann secara

berkala dengan menyesuaikan materi dengan kebutuhan masing-masing. Koperasi

wanita adalah sarana meningkatkan kesejahteraan dari wilayah lokal, sasarannya

adalah rumah tangga. Jika pengelolaan keoperasi wanita berkembang baik, maka

selain peningkatan ekonomi, peningkatan pengetahuan masyarakat pun dapat terjadi.

Para wanita, yang notabene berperan sebagai ibu rumah tangga dapat meningkatkan

perannya untuk membantu pemasukan keluarga tanpa harus bekerja keluar kota.

DAFTAR PUSTAKA

Heriyono. 2012. “Peran Koperasi dalam Pengembangan Perekonomian Kerakyatan”.

Jurnal EKonomi. Vol 1 (1)

Kuncoro, Amin & Kadar. 2016. “Pengaruh Pemberdayaan Perempuan dan

Peningkatan Sumber Daya Ekonomi keluarga”. Jurnal BuanaGender. Vol 1 (1)

Meunkner, Hans. 1997. Pengantar Hukum Koerasi dengan Acuan Khusus mengenai

Perundangan Koperasi di Indonesia. Bandung: Universitas Padjajaran.

Putra, Roni Eka. 2007. “Analisis terhadap Program Penanggulangan Kemiskinan dan

Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia”. Jurnal Demokrasi. Vol 6 (1)

Subyakto, Harsono & Bambang Tri Cahyono. 1990. Ekonomi Koperasi II. Jakarta:

Penerbit Kurnika.

Page 45: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

41

PELATIHAN MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN RAJUT BENANG

DI KELURAHAN CAMPUREJO KECAMATAN BOJONEGORO KOTA

Mundhori

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Kegiatan pelatihan kewirausahaan dan latihan pembuatan produk rajut telah

membekali ibu-ibu untuk mampu mengembangkan sikap prosefionalisme dengan

membuka wawasan mereka tentang tanggungjawab sebagai seorang wirausaha,

mampu dan mau mengembangkan diri, mampu menghasilkan produk serta

berinovasi dan kreatif. Sikap ibu-ibu ini terlihat ketika mereka diberi batasan waktu

untuk mengerjakan sebuah produk mereka mampu menyelesaikan produk tepat

waktu.Peserta pelatihan kewirausahaan.

Hasil pengamatan dan perbincangan tim pelatih dengan ibu-ibu, mereka siap untuk

membuat gantungan kunci dengan binaan pemilik usaha rajut, sementara pihak

pemilik usaha rajut juga bersedia menerima hasil karya ibu-ibu selama memenuhi

standar yang ditetapkan oleh usaha rajut tersebut. Dari sini keberlanjutan kegiatan

pemberian bantuan biaya pengadaan pengabdian terjaga dan akan memberika bahan

ketrampilan rajut kemanfaatan bagi kedua belah pihak, baik bagi ibu –ibu PKK

maupun tim pelatih.

Kata Kunci: Kewirausahaan, Rajut Benang.

ABSTRACT

Entrepreneurship training activities and training in the manufacture of

knitting products have provided mothers with the ability to develop

proseionalism by opening their insights about responsibilities as an

entrepreneur, able and willing to develop themselves, able to produce

products and innovate and be creative. The attitude of these mothers is seen

when they are given a time limit to work on a product they are able to

complete the product on time. Entrepreneurship training participants.

The results of observations and conversations by the coach team with

mothers, they are ready to make key chains with the help of knit business

owners, while the knit business owners are also willing to accept the work of

mothers as long as they meet the standards set by the knitting business. From

here the sustainability of the provision of assistance activities for

procurement costs is maintained and will provide materials for knitting skills

to benefit both parties, both for the PKK mothers and the training team.

Keywords: Entrepreneurship, Knitting Yarn.

Page 46: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

42

LATAR BELAKANG

Dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang dimulai

sejak tahun 2015, Negara Indonesia harus siap bangkit, bersaing dan meraih

keunggulan dalam ekonomi global. Salah satu usahanya adalah menciptakan industri

kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan

keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual bagi ekonomi Indonesia

agar mampu bersaing dalam persaingan kelak.

Merajut adalah metode membuat kain, pakaian atau perlengkapan busana,

aneka suvenir (gantungan kunci) dari benang rajut, Rajut dapat diartikan jaring/jala,

jala atau bahan pakaian yang disirat manual (menggunakan tangan) maupun

menggunakan mesin rajut. Sedangkan Rajutan dapat diartikan bahan pakaian yang

dibuat oleh tangan maupun mesin rajut atau dapat pula diartikan hasil merajut. Hasil

rajutan dapat berupa pakaian, tas, kaos kaki, topi, vest dan baju bayi, aneka suvenir

(gantungan kunci) Ada beberapa jenis benang yang bisa dimanfaatkan untuk

membuat kain rajut seperti benang katun, polyester serta sutra yang dipintal menjadi

benang.

Selain ketrampilan rajut, juga diberikan pelatihan kewirausahaan yakni

bagaimana berbisnis yang legal dan bagaimana memasarkan produk. Adanya pelthan

kewirausahaan diharapkan membuka wawasan siswa untuk semangat membuka

peluang usaha sndiri tanpa harus bergantung pada pihak lain, dengan melakukan

bisnis sederhana namun tidak melanggar undang undang, dengan menggunakan

metode pemasaran langsung kepada teman, konsinysi dengan menitipkan produk

hasilnya kepada pihak lain, atau mengikuti pameran produk yang digelar disekolah

atau di instansi lain. Bahkan jika memungkinkan pemasaran dilakukan secara online.

TINJAUAN PUSTAKA

Kewirausahaan

Priyanto (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu yang

ada di dalam jiwa seseorang, masyarakat dan organisasi yang karenanya akan

dihasilkan berbagai macam aktivitas (social, politik, pendidikan), usaha dan bisnis.

Kewirausahaan dalam islam Departemen Agama Republik Indonesia (2009)

Page 47: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

43

menyebutkan bahwa konteks kewiraushaan dalam islam tertera pada Al – Qur’an

Surat An-nisa’ (4) ayat 29 yang berbunyi :

ا أنفسكم إن الله ل أن تكون تجارة عن تراض منكم ول تقتلويا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إ

كان بكم رحيما

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu saling memakan harta

sesamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama suka diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh dirimu,

sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Penyayang kepadamu.”

Karakteristik wirausaha menurut Sukardi (1991), sebagai berikut :

1) Sifat Instrumental, menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi

selau memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk

mencapai tujuan pribadi dalam berusaha.

2) Sifat Prestatif ; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu

tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang dicapai

sebelumnya.

3) Sifat Keluwesan bergaul : menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha

untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar

manusia.

4) Sifat Kerja Keras : menunjukkan bahwa wirausaha selalu terlibat dalam

situasi kerja,tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.

5) Sifat Keyakinan Diri : menunjukkan bahwa wirausaha selalu percaya pada

kemampuan diri, tidak ragu -ragu dalam bertindak bahkan memiliki

kecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi.

6) Sifat Pengambilan Resiko : menunjukkan bahwa wirausaha selalu

memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan

dalam mencapai tujuan berusaha.

7) Sifat Sewa Kendali : menunjukkan bahwa wirausaha dalam menghadapi

berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi, batas -

batas kemampuan dalam berusaha.

8) Sifat Inovatif : menunjukkan bahwa wirausaha selalu mendekati berbagai

masalah dalam berusaha dengan cara – cara baru yang lebih bermanfaat.

9) Sifat Kemandirian : menunjukkan bahwa wira usaha selalu mengembalikan

Page 48: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

44

perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.

METODE PELAKSANAAN

Metode Kegiatan

a. Metode presentasi, digunakan untuk menyampaikan materi yang berupa

teori pembuatan kreasi rajut dalam bentuk ppt dan video tutorial.

b. Metode tanya jawab, digunakan untuk memberikan kesempatan bagi peserta

yang belum jelas dalam pemahamannya.

c. Metode demonstrasi; digunakan untuk memperagakan teknik membuat

rajutan

d. Metode Latihan/Praktek, digunakan untuk latihan/praktek membuat kreasi

rajutan berupa kaos kaki dan tas rajut

e. Metode diskusi, digunakan pada waktu setelah dilakukan evaluasi hasil

praktek peserta pelatihan.

Subyek Kegiatan

Sasaran pelatihan adalah para ibu -ibu PKK Di Kelurahan Campurejo

Kecamatan Bojonegoro Kota yang mempunyai kemauan dan kemampuan

untuk dilatih kreasi bunga dari klobot jagung.

RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan. Tempat

kegiatan di balai Kelurahan Campurejo Kecamtan Bojonegoro. Adapun Jadwal

kegiatan sebagai berikut :

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3

1. Pembuatan

proposal

x x

2. Pendataan peserta x x x

3. Persiapan x x x

4. Pelaksanaan x x

5. Pembuatan

Laporan

Page 49: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

45

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pembuatan Produk Rajut

Dari kegiatan pembuatan produk rajut siswa bisa menghasilkan gantungan

kunci dengan berbagai bentuk antara lain: jamur, strawbery, jagung, donat, burung

hantu, octopus. Selain itu juga diajarkan membuat produk kaos kaki dan tas rajut.

Bahan yang dipergunakan dalam pembuatan produk rajut adalah benang polyester,

dakron, alat rajut. Dakron merupakan bahan baku yang dipakai untuk isian

gantungan kunci sehingga hasil rajutan bisa dibentuk menyerupai benda aslinya.

Benang rajut yang digunakan adalah benang poly dengan berbagai warna

menyesuaikan dengan kebutuhan produk apa yang akan dihasilkan Aktivitas

pelatihan dimulai dengan perkenalan tim dengan peserta pelatihan (ibu - ibu pkk),

setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan kewirausahaan dan ketrampilan pembuatan

produk rajut. Dalam kesempatan pelatihan kewirausahaan siswa merasa

mendapatkan support dan wawasan untuk memulai melakukan kegiatan produktif

tidak hanya sekedar belajar di kelas saja Ibu –ibu pkk selama ini sering mendengar

kegiatan pembuatan produk rajutan, namun mereka belum pernah mempraktekkan

sendiri bagaiman proses merajut. Dalam benak mereka selama ini kegiatan merajut

sangat susah dan hanya digeluti oleh orang tua, namun setelah mereka melihat dan

mencoba sendiri ternyata tidak susah membuat rajutan, dan mitos rajutan hanya

dilakukan orang tua hilang.

Dalam proses pelatihan dasar rajut ibu – ibu menikmati sekali proses kegiatan

pelatihan, dan ketika memasuki proses membentuk beberapa ibu –ibu merasa

kesulitan, namun ketika diberikan arahan oleh tim ibu bisa merajut dengan lancar.

Selama pelatihan berlangsung beberapa produk gantungan kunci bisa dihasilkan oleh

ibu –ibu PKK walaupun hasil belum maksimal. Ada beberapa ibu –ibu yang mampu

menghasilkan gantungan kunci yang sempurna, bahkan mampu membuat tas dan

kaos kaki dengan baik.

Kegiatan Pelatihan Kewirausahaan

Kegiatan pelatihan di kelurahan campurejo, telah mampu membangkitkan

semangat ibu - ibu untuk memulai usaha, yang selama ini hanya mereka angankan.

Page 50: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

46

Ibu – ibu PKK beranggapan bahwa kalau masih sekolah maka mereka tidak bisa

bekerja/berbisnis. Tentunya hal ini perlu diluruskan, karena dalam kondisi apapun

sebenarnya kita bisa melakukan aktivitas bisnis, walaupun hanya sebagai perantara.

Dalam 1 minggu dua kali ibu-ibu masih memiliki waktu luang yang lebih banyak,

sehingga dengan banyaknya waktu luang ini ibu –ibu bisa memanfaatkan dengan

membuat berbagai ketrampilan antara lain dengan membuat rajutan.

. Kegiatan pelatihan kewirausahaan dan latihan pembuatan produk rajut telah

membekali ibu-ibu untuk mampu mengembangkan sikap prosefionalisme dengan

membuka wawasan mereka tentang tanggungjawab sebagai seorang wirausaha,

mampu dan mau mengembangkan diri, mampu menghasilkan produk serta

berinovasi dan kreatif. Sikap ibu-ibu ini terlihat ketika mereka diberi batasan

waktu untuk mengerjakan sebuah produk mereka mampu menyelesaikan produk

tepat waktu.

Hasil pengamatan dan perbincangan tim pelatih dengan ibu–ibu, mereka siap

untuk membuat gantungan kunci dengan binaan pemilik usaha rajut, sementara pihak

pemilik usaha rajut juga bersedia menerima hasil karya ibu-ibu selama memenuhi

standar yang ditetapkan oleh usaha rajut tersebut. Dari sini keberlanjutan kegiatan

pemberian bantuan biaya pengadaan pengabdian terjaga dan akan memberika bahan

ketrampilan rajut kemanfaatan bagi kedua belah pihak, baik bagi ibu-ibu PKK

maupun tim pelatih.

PENUTUP

Perkembangan jaman menantang setiap manusia untuk melakukan kegiatan

produktf, inovatif dan kreatif. Dengan kemampuan ini seseorang akan bisa

memenangkan persaingan. Sebagai lembaga pendidikan vokasi (pengabdian

perguruan tinggi) yang berorientasi menyiapkan tenaga siap kerja dan siap bersaing

tentunya ketrampilan baik soft maupun hard siswa binaan harus senantiasa

ditingkatkan. Peserta ketrampilan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rodoni. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim.

Page 51: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

47

Ascarya. 2006. Akad dan Produk Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara.

Jakarta: Bank Indonesia.

Eko P. Pratomo. 2009. Berwisata ke Dunia Reksadana. Jakarta: GM.

Ludwig Von Mises. 2011. Liberalism: In the Classical Tradition. Terj. Lela E.

Madjiah. Menemukan Kembali Liberalisme. Jakarta: Freedom Institute.

Majlis Ulama Indonesia. 1997. Himpunan Fatwa MUI Kesimpulan dan Rumusan

Lokakarya Majelis Ulama Indonesia tentang Reksadana Syariah: “Peluang

dan Tantangannya di Indonesia”. Jakarta: MUI.

Otoritas Jasa Keuangan. 2015. “Membangun Sinergi untuk Pasar Modal Syariah

yang Tumbuh, Stabil, dan Berkelanjutan”, Roadmap Pasar Modal Syariah

2015-2019. Jakarta: Direktorat Pasar Modal Syariah OJK.

Pressman Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak Buku 1. Yogyakarta: Andi

Publisher.

Yogianto. 1999. Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur.

Yogyakarta: Andi Publisher.

Page 52: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

48

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMBUATAN BAKSO SEHAT DI DESA

CANCUNG KECAMATAN BUBULAN KABUPATEN BOJONEGORO

Nurul Fitriandari

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi kewirausahaan yang

dimiliki oleh UMKM baik dari sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar

UMKM tersebut dapat mengembangkan usahanya, khususnya para pengusaha

maupun calon pengusaha bakso. Peningkatan kompetensi kewirausahaan akan

berdampak pada meningkatnya kinerja UMKM baik secara financial yang

dibuktikan dengan adanya kenaikan pendapatan UMKM dan secara non-financial

yaitu dengan bertambahnya pengetahuan dan kemampuan seperti menciptakan

produk olahan bakso berkualitas (sehat), cara memasarkan produk olahannya, dan

tata cara untuk mendapatkan modal usaha.

Kata Kunci: Pelatihan Kewirausahaan, Pembuatan Bakso, UMKM.

ABSTRACT

The program aims to improve entrepreneurship competencies owned by MSMEs in

terms of knowledge, attitude and skills so that these MSMEs can develop their

businesses, especially entrepreneurs and prospective meatball entrepreneurs.

Increased entrepreneurial competencies will have an impact on improving the

performance of MSMEs both financially as evidenced by the increase in MSME

revenues and non-financially, namely by increasing knowledge and abilities such

as creating quality (healthy) meatball processed products, ways to market their

processed products, and procedures for obtaining venture capital.

Keywords: Entrepreneurship Training, Making Meatballs, UMKM.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dinilai sebagai

cara yang efektif dalam pengentasan kemiskinan. UMKM merupakan kelompok

pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup

pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator

pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Dari statistik dan riset yang dilakukan,

UMKM mewakili jumlah kelompok usaha terbesar. UMKM telah diatur secara

hukum melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil

Page 53: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

49

dan Menengah. Selain menjadi sektor usaha yang paling besar kontribusinya

terhadap pembangunan nasional, salah satu implikasi dari usaha untuk

menanggulangi kemiskinan adalah dengan menggiatkan Ekonomi Kerakyatan.

Dalam kenyataannya, kontribusi UMKM yang cukup strategis dalam bidang

penyerapan tenaga kerja dan peningkatan distribusi pendapatan belum mampu

mendorong Pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor

ini. Hal ini dapat dilihat dari perjalanan industrialisasi di Indonesia yang

mengakibatkan UMKM kurang dianggap dan belum mendapatkan perhatian serta

kebijakan yang optimal, sehingga industrialisasi sangat nyata dirasakan oleh usaha

skala besar. (Majalah SWA 18 Juli 2012).

Pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan

bagi setiap peserta pelatihan untuk mendapatkan maupun meningkatkan

keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu. Melalui program pelatihan,

diharapkan para peserta pelatihan akan menjadi lebih teranpil dan produktif. Dengan

kata lain, pelatihan yang diadakan dapat bermanfaat untuk mengembangkan keahlian

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, untk

mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional,

serta untuk mengembangkan sikap kerjasama dan semangat dalam meningkatkan

potensi diri.

Sebagaimana pelatihan kewirausahaan pembuatan bakso yang diadakan di

Balai Desa Cancung, dimana kegiatan ini dimaksudkan pula untuk mengembangkan

kompetensi keterampilan masyarakat Desa Cancung dan sekitarnya yang berminat

menjadi calon-calon pengusaha bakso. Desa Cancung merupakan salah satu kawasan

perdesaan yang berada di Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro. Lokasi

Kecamatan Bubulan yang terletak cukup jauh dari Kota Bojonegoro cenderung

membatasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat Bubulan. Kawasan ini

hampir sebagian besar tertutupi oleh areal perhutanan yang cukup lebat dan tersebar

di akses-akses jalan utama menuju Kecamatan Bubulan. Oleh karena itu, pelatihan

kewirausahaan pembuatan bakso ini diadakan untuk memberikan kesempatan bagi

masyarakat Bubulan yang mayoritas bermatapencaharian sebagai petani agar

mendapatkan peluang usaha baru, sehingga dapat membantu meningkatkan

pendapatan ekonomi keluarga mereka. Di mana, secara tidak langsung, pelatihan

Page 54: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

50

kewirausahaan ini diharapkan dapat meminimalisir tingkat angka pengangguran

masyarakat yang kian meningkat. Melalui program pelatihan ini, Pemerintah

mengharapkan dapat mengembangkan suatu solusi bijak untuk mengatasi

permasalahan demografi yang dapat berdampak fatal apabila tidak segera ditangani

dengan bijak pula.

Pelatihan dengan tema “Pembuatan Bakso” diadakan dengan konsep untuk

mengembangkan kemampuan teknis (technical and skill) dalam menggunakan

pengetahuan, metode, teknik dan peralatan yang diperlukan untuk seorang pengusaha

bakso pemula. Bakso merupakan menu sajian yang cukup akrab di lidah berbagi

kalangan masyarakat. Mulai dari masyarakat menengah ke bawah hingga masyarakat

menengah ke atas menyukai akan menu santapan bakso. Selain itu, bahan-bahan

baku pembuatan bakso sangat mudah diperoleh sehingga memungkinkan jika

peluang usaha ini akan ditumbuhkembangkan. Terlebih lagi, jika produk olahan

bakso yang ditawarkan cenderung berbeda dan kompetitif dengan produk olahan

lainnya di pasaran. Produk yang berbeda cenderung memiliki nilai jual yang lebih

tinggi dibandingkan produk-produk follower yang sudah tersebar luas pada

umumnya.

Konsep bakso yang dikembangkan pada pelatihan kali ini yaitu

mengembangkan produk olahan bakso yang tidak sekedar lezat, melainkan juga

produk olahan bakso yang memenuhi standar kesehatan. Definisi bakso sehat dalam

hal ini yakni bakso yang dibuat merupakan olahan bakso bebas dari bahan pengawet,

zat-zat kimia yang berbahaya, maupun penyedap makanan berbahan dasar

Monosodium Glutamat (MSG). Karena, umumnya produk-produk olahan pentol

bakso yang berkembang di masyarakat akhir-akhir ini menggunakan pengawet

boraks yang dapat mengakibatkan karsinogenik hingga memicu tumbuhnya sel-sel

kanker yang sangat berbahaya bagi tubuh. Sehingga produk olahan bakso yang

ditawarkan pada pelatihan ini menekankan pada penyajian bakso yang benar-benar

aman untuk dikonsumsi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh

karena itu, Pelatihan Kewirausahaan Pembuatan Bakso di Desa Cancung dengan

tema “Membuat Bakso Lezat dan Sehat” sebagai bentuk partisipasi aktif mendukung

program Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dalam rangka untuk mengurangi

pengangguran dan menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

Page 55: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

51

TINJAUAN PUSTAKA

Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan nilai tambah atas

barang dan jasa atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda

oleh wirausaha yang memiliki keberanian menanggung resiko, mencurahkan waktu

dan usaha serta menyediakan berbagai produk barang dan jasa yang kemudian

menghasilkan uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.3

Seorang entrepreneur adalah seorang usahawan yang disamping mampu

berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna

(tepat dan berguna, efektif dan efisien) juga berwatak merdeka lahir dan bathin serta

berbudi luhur.4 Gambaran ideal seorang entrepreneur adalah orang yang dalam

keadaan bagaimanapun daruratnya, tetap mampu menolong dirinya keluar dari

kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi kemiskinan tanpa bantuan dari

pemerintah atau instansi social. Dan dalam keadaan yang biasa (tidak darurat)

seorang entrepreneur mampu menjadikan dirinya maju, kaya, berhasil lahir dan

bathin.

Karakteristik kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

bisnis. kompetensi kewirausahaan sebagai mediasi dalam hubungan antara

karakteristik kewirausahaan dan kinerja bisnis. Ini berarti karakteristik

kewirausahaan yang lebih kuat akan menyebabkan peningkatan kompetensi pemilik

UKM, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja bisnis.5

Hostager, et. all (1998) mengemukakan bahwa Ability refers to the full range

capabilities and resources available within the corporation for use in accomplishing

any of the various tasks of intrapreneurship/entrepreneurship.6 Sedangkan menurut

Lambing & Charles (1999) setiap wirausaha yang sukses memiliki 4 unsur pokok

yaitu: (a) Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan Skill); (b) Keberanian

3 Suryana, 2006, Kewirausahaan : Pedoman Praktis (Kiat dan Proses Menuju Sukses). Jakarta:

Salemba Empat, hal. 33. 4 Alma, Buchari, 2007, Kewirausahaan, Cetakan sebelas, Bandung: Alfabeta, hal. 27. 55 Sarwoko, Endi., Surachman, Armanu, dan Djumilah H, 2013, Entrepreneurial Characteristics and

Competency as Determinants of Business Performance in SMEs. IOSR Journal of Business and

Management (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X. Volume 7, Issue 3 (Jan. - Feb. 2013), hal 19. 6 Kaur, Hardeep dan Dr. Anupama Bains, 2013, Understanding The Concept Of Entrepreneur

Competency. Journal of Business Management & Social Sciences Research (JBM&SSR) ISSN No:

2319-5614 Volume 2, No.11, November 2013, hal 7.

Page 56: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

52

(hubungannya dengan EQ dan Mental); (c) Keteguhan hati (hubungannya dengan

motivasi diri); dan (d) Kreativitas (hubungannya dengan Experience).7

Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM)

Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Menengah Kecil dan Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja UMKM, yaitu faktor

internal, dan faktor eksternal. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja

UMKM adalah faktor internal, yang meliputi: pemasaran, akses permodalan,

kemampuan berwirausaha, SDM, pengetahuan keuangan dan rencana bisnis.8

Parameter atau ukuran kinerja atau keberhasilan UMKM dapat dilihat dari

berbagai sudut pandang, dimana ukuran kinerja usaha bisa dilihat dari perspektif

kuantitatif dan kualitatif.9 Penilaian kuantitatif dalam penelitian ini mengacu pada

parameter kinerja yang sudah ditentukan oleh Bank Indonesia selaku penggagas

program PUSPA yaitu adanya peningkatan dan pertumbuhan pendapatan relatif pada

tiap UMKM yang didampingi, serta adanya peningkatan jumlah omzet pada UMKM

yang didamping. Sedangkan, penilaian kuantitatif ini akan dilihat dari laporan

bulanan perkembangan para UMKM ditambah dengan penilaian kualitatif yang

mengacu pada pengetahuan dan kemampuan UMKM mengenai pembukuan

sederhana, pengelolaan produksi, operasi, dan pemasaran sederhana, Meningkatnya

motivasi dan kepercayaan diri, serta tata cara mendapatkan bantuan dana untuk

modal usaha.

7 Ibid, hal. 10. 8 Sudiarta, I Putu Lanang Eka., I Ketut Kirya, dan I Wayan cipta, 2014, Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Bangli. e-Journal

Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014), hal. 3. 9 Lambing, Peggy. Dan Charles R. Kuehl, 2000, Entrepreneurship, 2nd edition. New Jersey: Prentice-

Hall International, A Pearson Education Company, hal. 12.

Page 57: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

53

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Angka pengangguran semakin meningkat pada umumnya disebabkan oleh

keterbatasan skill pada masyarakat. Bahkan, para pelaku UMKM saat mereka

memutuskan untuk membuka usaha baru secara mandiri cenderung dengan

perencanaan seadanya atau ‘asal jadi’. Mereka tidak memperdulikan keterbatasan

keterampilan yang seharusnya mereka penuhi sebagai seorang wirausahawan. Dalam

hal ini, para pengusaha bakso sebaiknya tidak menjajakan bakso tanpa

memperhatiakn kualitas produk olahannya. Usaha bakso yang berkembang dewasa

ini memiliki varian bentuk dan model yang kian beragam, namun terkadang standar

kesehatan dari produk bakso tersebut tidak menjadi rujukan utama para penjajanya.

Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan agar para penjual bakso senior maupun

calon penjual bakso termotivasi untuk menciptakan produk-produk olahan bakso

yang berkualitas. Tidak hanya sekedar enak, namun juga sehat dan aman dikonsumsi,

seperti bebas dari bahan-bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan dan

menggunakan bahan baku yang halal. Oleh karena itu, sebelum kegiatan pelatihan ini

berlangsung, para peserta pelatihan akan diberikan informasi edukatif tentang bahaya

dari produk-produk olahan bakso yang membahayakan kesehatan.

Realisasi Pemecahan Masalah

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyelesaikan

problem yang berkaitan dengan perkembangan angka pengangguran regional, dengan

rincian tujuannya sebagai berikut.

1. Memberdayakan masyarakat Bojonegoro di usia produktif yang tidak memiliki

pekerjaan tetap dan tidak mempunyai keahlian membuat bakso sebagai bekal

untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.

2. Meningkatkan kepercayaan diri bagi masyarakat untuk mengembangkan

semangat berwirausaha secara positif.

3. Mendukung program Pemerintah dalam rangka untuk mengurangi pengangguran

dan menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).

Page 58: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

54

Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah warga Desa Cancung

Kecamatan Bubulan Kabupaten Bojonegoro yang terdiri dari 50 orang warga.

Adapun kriteria sasaran peserta pelatihan yakni ibu-ibu rumah tangga berusia

produktif, maupun para pengusaha bakso senior dengan kapasitas usahanya yang

masih kecil/ berkembang.

Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)

Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode Partisipatif, yaitu melakukan

kegiatan dalam bentuk pemberian penyuluhan dan pendampingan tentang bagaimana

komposisi dan cara pembuatan bakso yang sehat. Kegiatan pelatihan kewirausahaan

ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan setelah itu dilakukan tahapan

demonstrasi sehingga para peserta pelatihan dapat terampil mempraktikkan cara

membuat olahan bakso yang lezat, sehat dan halal.

Adapun rencana kegiatannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut, hingga akhirnya keseluruhan tahapan dapat terlaksana keseluruhan.

5. Observasi dan wawancara penggalian data

6. Program edukasi pelatihan kewirausahaan pembuatan bakso

7. Demonstrasi dan mentoring pembuatan bakso

8. Evaluasi pendampingan

9. Pelaporan kegiatan

HASIL YANG DICAPAI

1. Evaluasi Kegiatan

a. Kegiatan pelatihan berlangsung enam hari, sesuai standar ketentuan program

oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Bojonegoro.

b. Rencana jadwal pelatihan diadakan selama 4 (empat) jam tatap muka, yaitu

dimulai pukul 10.00 – 14.00 WIB untuk pertemuan hari pertama, dan pukul

13.00 – 17.00 WIB untuk pertemuan hari kedua hingga hari keenam.

c. Peserta banyak yang hadir tidak tepat waktu.

d. Peserta terkadang datang bersama anaknya yang masih usia balita.

Page 59: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

55

e. Peserta yang mayoritas petani terkadang masih harus menyelesaikan jadwal

memanen hasil tanamannya (kacang) dulu, sehingga terlambat datang

mengikuti kegiatan pelatihan.

f. Terjalin suasana pelatihan yang akrab dan penuh kekeluargaan karena

mayoritas peserta pelatihan sudah saling kenal (bertetangga).

g. Mayoritas peserta pelatihan berharap setelah selesai pelatihan akan ada tindak

lanjut dari Dinas setempat untuk memberikan solusi bagi peserta pelatihan

yang ingin mengembangkan usaha pada industri bakso, seperti pinjaman dana

untuk modal usaha dan pemberian bantuan alat berupa gerobak bakso.

2. Rekomendasi Kegiatan

a. Ketepatan jadwal pelatihan dengan standar baku dari Dinas Tenaga Kerja,

Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Bojonegoro harus dipertahankan untuk

menciptakan suasana pelatihan lebih efektif dan efisien.

b. Panitia perlu berkoordinasi dengan pemateri maupun pihak pendamping agar

waktu pelaksanaan pelatihan dapat dimulai dan selesai tepat pada waktunya.

c. Koordinasi dan penegasan kepada peserta agar datang tepat waktu.

d. Peserta yang datang bersama buah hatinya, pada awalnya mengikuti kegiatan

praktek pada pelatihan cenderung menjadi kurang maksimal. Sehingga

panitia seringkali mengingatkan bagi peserta agar dapat menempatkan diri

pada setiap kegiatan yang diadakan selama pelatihan berlangsung. Peserta

tetap diijinkan mengajak buah hatinya dengan konsekuensi tidak

mengganggu proses jalannya kegiatan pelatihan, demi kelancaran bersama.

e. Panitia memiliki rencana candangan, terutama mengatasi musin panen raya.

f. Menjaga keakraban bersama dan tetap fokus mengikuti kegiatan pelatihan.

g. Adanya pemberian arahan dan rencana penyelesaian dari Tim Penilik Dinas

Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Sosial Kabupaten Bojonegoro untuk

mendukung semangat berwirausaha setiap peserta pelatihan, misalnya

menjelaskan prosedur pengajuan bantuan alat maupun dana sesuai dengan

arah Dinas yang dituju.

PENUTUP

Monitoring dan evaluasi program telah dilakukan dengan bersinergi pada

Page 60: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

56

peran serta dari jajaran perangkat Desa Cancung Kecamatan Bubulan. Indikator

keberhasilannya adalah para peserta pelatihan termotivasi untuk membuat olahan

bakso yang mengutamakan syarat kesehatan, baik dengan tujuan untuk dijual maupun

untuk dikonsumsi oleh keluarga masing-masing. Program pelatihan ini diharapkan

dapat terus berlanjut, dan pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan warga

Desa Cancung untuk termotivasi sebagai wirausaha sehingga dapat mendukung

terciptanya kemandirian dalam memanfaatkan peluang berusaha.

Selain itu, melalui pelatihan ini dapat memediasi para peserta pelatihan yang

memiliki minat berwirausaha namun masih mengalami keterbatasan pendanaan atau

modal usaha. Pemberian informasi tentang tata cara pengajuan bantuan berwirausaha

kepada Pemkab Bojonegoro diharapkan dapat menjadi tindakan solutif untuk turut

mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta mengoptimalkan taraf

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, penciptaan iklim pemberdayaan

ekonomi kerakyatan dalam tercapai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari, 2007, Kewirausahaan, Cetakan sebelas, Bandung: Alfabeta.

Kaur, Hardeep dan Dr. Anupama Bains, 2013, Understanding The Concept Of

Entrepreneur Competency. Journal of Business Management & Social

Sciences Research (JBM&SSR) ISSN No: 2319-5614 Volume 2, No.11,

November 2013.

Lambing, Peggy. Dan Charles R. Kuehl, 2000, Entrepreneurship, 2nd edition. New

Jersey: Prentice-Hall International, A Pearson Education Company.

Sarwoko, Endi., Surachman, Armanu, dan Djumilah H, 2013, Entrepreneurial

Characteristics and Competency as Determinants of Business Performance in

SMEs. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM) e-ISSN:

2278-487X. Volume 7, Issue 3 (Jan. - Feb. 2013).

Suryana, 2006, Kewirausahaan : Pedoman Praktis (Kiat dan Proses Menuju Sukses).

Jakarta: Salemba Empat.

Sudiarta, I Putu Lanang Eka., I Ketut Kirya, dan I Wayan cipta, 2014, Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) di Kabupaten Bangli. e-Journal Bisma Universitas

Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen (Volume 2 Tahun 2014).

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Menengah Kecil dan Mikro.

Page 61: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

57

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN SABLON

DI KELURAHAN CAMPUREJO KECAMATAN BOJONEGORO KOTA

Riza Multazam Luthfy

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pelatihan kewirausahaan sablon yang di gelar di Kelurahan Campurejo Kecamatan

Bojonegoro Kota bertujuan untuk mengetahui pengembangan industri kreatif, nilai

guna pelaksanaan pelatihan kewirausahaan, faktor-faktor yang mendukung dan

menghambatnya, serta merumuskan strategi pengembangan industri kreatif berbasis

pelatihan kewirausahaan dalam upaya mengembangkan ekonomi lokal daerah di

Kota Bojonegoro. Yang menjadi sasaran pelatihan ini adalah masyarakat peserta

pelatihan kewirausahaan sablon yang dilaksanakan oleh Tim Dosen Ekonomi

Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro. Hasil pelatihan

menunjukkan tercapainya manfaat-manfaat sosial sebagai berikut: (1) Kenaikan

produktivitas. (2) Kenaikan moral kerja. (3) Menurunnya pengawasan. (4)

Menurunnya angka kecelakaan. (5) Kenaikan stabilitas dan fleksibilitas tenaga

kerja. (6) Berkembangnya pertumbuhan personal.

Kata Kunci: Pelatihan Kewirausahaan.

ABSTRACT

The training on screen printing entrepreneurship in Campurejo Urban

Village of Bojonegoro City aims to know the development of creative

industry, the value of implementing entrepreneurship training, the factors

that support and obstruct it, and to formulate the strategy of developing

creative industries based on entrepreneurship training in an effort to

develop local economy of area in Kota Bojonegoro. The target of this

training is the participants in screen printing entrepreneurship training

conducted by the Islamic Lecturer of Islamic High School (STAI) Attanwir

Bojonegoro. The results of the training show the achievement of the

following social benefits: (1) Increasing productivity. (2) Increased in work

morale. (3) Declining supervision. (4) Decreased in accident rate. (5)

Increased stability and labor flexibility. (6) The growth of personal growth.

Keywords: The Training of Entrepreneurship.

LATAR BELAKANG

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, usaha pemberantasan kemiskinan

dilakukan dengan penyediaan kebutuhan dasar seperti pangan, pelayanan kesehatan

Page 62: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

58

dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian

dana bergulir melalui sistem kredit, pembangunan prasarana dan pendampingan,

penyuluhan sanitasi dan sebagainya.

Bila ditinjau secara mendalam, dari serangkaian cara dan strategi

penanggulangan kemiskinan di atas, semuanya ternyata sekadar berorentasi material,

sehingga keberlanjutannya sangat tergantung pada ketersediaan anggaran dan

komitmen pemerintah. Di samping itu, tidak ditemukan adanya tatanan pemerintahan

yang demokratis menyebabkan rendahnya akseptabilitas dan inisiatif masyarakat

untuk menanggulangi kemiskinan dengan cara mereka sendiri (Sahdan, 2005).

Ragam program penanggulangan kemiskinan selama ini yang berorientasi

material, belum banyak berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Hal ini

disebabkan antara lain oleh Program Penanggulangan Kemiskinan (PPK) yang

kurang mempertimbangkan aspek ekosistem suatu wilayah. Padahal akar kemiskinan

banyak disebabkan faktor ekosistem. Kemiskinan yang disebabkan ekosistem

sebenarnya masalahnya lebih kompleks dan lebih sulit diatasi. Namun hal ini kurang

disadari oleh beragam pelaksana PPK (Namba, 2003).

Sejalan dengan hal tersebut, dalam upaya mencari jawaban atas penyebab

kemiskinan, para ilmuwan umumnya melakukan pengkajian fenomena kemiskinan

dari dua pendekatan, yaitu pendekatan struktural dan kultural. Menurut pendekatan

struktural kemiskinan terjadi akibat sistem pemerintahan yang tidak mendukung

terwujudnya ketidakmiskinan. Sedangkan menurut pendekatan kultural kemiskinan

muncul akibat masalah mental manusia yang tidak mau maju sehingga mereka tetap

hidup di bawah garis kemiskinan.

Dilihat dari paradigma pendidikan, upaya pengentasan kemiskinan lebih tepat

dihampiri melalui pendekatan kultural. Upaya pemaduan antara kultur dengan

pembangunan sejalan dengan agenda UNESCO di mana salah satu bentuknya,

populer dengan istilah community cultural development (CCD). Praktek CCD selain

mengintroduksikan teknologi yang tepat, peningkatan kelembagaan, dan dukungan

pelayanan lain, juga dilakukan dialog kultural. Dialog kultural berguna untuk

menciptakan fleksibilitas, pemahaman, dan keinginan untuk saling membantu

(Syahyuti, 2007).

Page 63: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

59

Uraian di atas, mengisyaratkan perlunya upaya inovatif untuk mengakselerasi

pengentasan kemiskinan selain yang sudah dilakukan selama ini. Karena sumber

utama kemiskinan adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM) yang

disebabkan oleh minimnya tingkat pendidikan yang berkualitas dan sikap mental

pada sebagian besar masyarakat Indonesia terninabobokan oleh mitos “gemah ripah

loh jinawi” dan selalu menunggu untuk disuapi (Fajar, 2009), maka model alternatif

pengentasan kemiskinan seyogianya berorientasi nonmaterial dan diawali dengan

pembentukan agen pembaharu yang bermental wirausaha sehingga mampu menjadi

penggerak pembedayaan masyarakat.

Dalam perspektif pendidikan, khususnya Pendidikan Luar Sekolah, untuk

membentuk agen pembaharu tersebut antara lain dapat dilakukan melalui pelatihan

kewirausahaan. Menurut Lestari (2006) model pelatihan yang berorientasi pada

pengembangan jiwa kewirausahaan mampu meningkatkan daya saing masyarakat

kalangan bawah. Sehubungan itu, mengembangkan suatu model pelatihan

kewirausahaan berlatar pada kondisi kondisi masyarakat setempat sangat diperlukan

untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin di perdesaan.

Mengacu pada latar belakang sebagaimana disebutkan di atas, masalah yang

dikaji dalam tulisan ini adalah: “Bagaimana model pelatihan kewirausahaan yang

efektif dalam rangka memberdayakan masyarakat miskin perdesaan?” Merujuk pada

permasalahannya, tujuan penulisan laporan pengabdian masyarakat adalah

tersedianya model pelatihan kewirausahaan yang efektif dalam rangka

memberdayakan masyarakat miskin di Kelurahan Campurejo Kecamatan Bojonegoro

Kota.

TINJAUAN PUSTAKA

Pelatihan Kewirausahaan

Pelatihan kewirausahaan adalah suatu kegiatan pelatihan yang bertujuan

untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan, dan

pengetahuan kepada peserta pelatihan. Dimana didalam pelatihan itu dapat

meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan pengalaman atau perubahan sikap

seseorang untuk dapat mandiri dalam berwirausaha untuk dapat diaplikasikan di

kemudian hari. Dan Kemandirian dalam Berwirausaha adalah suatu sikap/prilaku

Page 64: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

60

seseorang yang mandiri dalam berwirausaha, dimana orang yang berwirausaha harus

memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

Pelatihan kewirausahaan adalah proses pembelajaran konsep dan skill untuk

mengenali peluang-peluang usaha. Termasuk di dalamnya mengenali peluang

dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya untuk menghadapi resiko dan

menciptakan bisnis baru. Pelatihan kewirausahaan yang digelar dapat mempengaruhi

minat dan motivasi seseorang untuk menjadi seorang wirausaha.

Pelatihan kewirausahaan merupakan salah satu langkah terpenting untuk

membangun dan mengembangkan ekonomi bangsa Indonesia. Salah satu masalah

mendasar yang hingga kini menjadi tantangan terbesar bangsa Indonesia adalah

masalah pembangunan ekonomi. Padahal pembangunan ekonomilah yang akan

memberikan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Dalam hal ini,

problem yang dihadapi bangsa Indonesia adalah seiring bertambahnya sumber daya

manusia malah justru mengakibatkan bertambah banyak pula pengangguran.

Pelatihan ini tentu meniscayakan konsep “kewirausahaan”. Menurut Suryana

(2006:2), “kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif

yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses”.

Pelatihan kewirausahaan berhubungan erat dengan minat wirausaha. Ditinjau

dari pengertian atau definisinya, minat wirausaha adalah kemampuan untuk

memberanikan diri dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan

permasalahan hidup, memajukan usaha atau menciptakan usaha baru dengan

kekuatan yang ada pada diri sendiri.

Menurut Fuadi (2009), minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan,

serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara

maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko

yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.

Menurut Santoso (1993), minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan

serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha

memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan risiko yang akan terjadi,

serta senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami. Krueger, 1993 (dalam Lieli

Suharti dan Hani Sirine) menyatakan bahwa niat kewirausahaan mencerminkan

Page 65: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

61

komitmen seseorang untuk memulai usaha baru dan merupakan isu sentral yang

perlu diperhatikan dalam memahami

proses kewirausahaan pendirian usaha baru. Berdasarkan beberapa pendapat di atas,

dapat disimpulkan bahwa minat wirausaha adalah ketersediaan seseorang melakukan

usaha untuk memperbaiki kualitas hidup.

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Pada umumnya masyarakat kurang memperhatikan urgensi, fungsi, serta

manfaat digelarnya pelatihan kewirausahaan oleh perguruan tinggi. Apalagi, dalam

realitasnya, beberapa perguruan tinggi terbukti belum mampu menunjukkan

sumbangsihnya dalam kehidupan masyarakat. Prestasi perguruan tinggi dalam

mendorong dan mencetak orang-orang yang sukses dalam bidang kewirausahaan

masih belum sepenuhnya memuaskan. Tak heran apabila sebagian di antara mereka

menganggap bahwa diadakannya pelatihan sejenis kurang berpengaruh terhadap

kehidupan. Itulah mengapa, banyak kalangan memandang dengan sebelah mata.

Pelatihan kewirausahaan dinilai kurang bermanfaat dalam usaha menambah

penghasilan, mengatrol status sosial, serta memperbaiki taraf hidup.

Formalitas yang dikukuhan melalui kurikulum pendidikan rupanya juga

berimbas pada pola pikir masyarakat. Industrialisme yang merasuk pada bidang

pendidikan membuat ijazah seolah menjadi syarat vital bagi diperolehnya pekerjaan

atau jabatan tertentu. Mereka akhirnya cenderung bersikap pesimistis terhadap segala

bentuk pelatihan. Persepsi masyarakat yang lebih mengutamakan ijazah sebagai

produk pendidikan formal menghambat kemauan mereka untuk membekali diri

dengan pengetahuan melalui jalan pelatihan. Padahal, mengantongi ijazah tidak

berarti mempunyai potensi yang cukup untuk menggali sumber ekonomi yang

potensial di masyarakat. Bermacam pengetahuan yang belum diperoleh dari bangku

sekolah dan kuliah bisa didapatkan lewat pelatihan. Di sinilah pentingnya pelatihan

kewirausahaan bagi masyarakat.

Hambatan juga dirasakan pada kalangan remaja yang genap terpengaruh oleh

ekses globalisasi dan modernisasi. Mengentalnya budaya instan dalam dasawarsa

terakhir, terutama melalui perangkat digital dan internet, membuat mereka enggan

Page 66: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

62

menjalani proses yang mesti ditempuh dalam upaya memperoleh keuntungan

material. Bagi mereka, mengikuti pelatihan kewirausahaan hanya membuang pikiran,

tenaga, dan waktu. Guna membekali diri dengan pengetahuan kewirausahaan,

mereka lebih tertarik untuk memanfaatkan mesin pencari semacam Google. Mereka

mengaku banyak membaca sumber atau referensi dari internet. Padahal, selain

pengetahuan, ada banyak manfaat yang didapat dari adanya pelatihan kewirausahaan

semisal terbentuknya jaringan wirausaha yang kuat dan mudah dijangkau.

Atas dasar inilah, kesadaran tentang pentingnya pelatihan kewirausahaan bagi

masyarakat Kelurahan Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kota perlu dibangun.

Dalam rangka membangun ekonomi rakyat, terutama golongan menengah ke bawah,

diperlukan upaya mendorong mereka untuk menyukai dunia wirausaha. Melalui

pelatihan inilah, masyarakat setempat diharapkan mempunyai motivasi yang kuat

untuk mengembangkan diri melalui wirausaha. Bagaimanapun, pembangunan akan

lebih berhasil jika ditunjang oleh para wirausahawan yang sukses dalam menjalankan

berbagai macam usahanya.

Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam kuantitas maupun

kualitasnya. Dalam konteks inilah, wirausaha menemukan relevansinya. Dalam

rangka menghadapi era perdagangan bebas dan industri 4.0, rakyat Indonesia dituntut

bukan hanya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni,

melainkan juga mempersiapkan dan membuka lapangan kerja baru. Dalam era

modernisasi dan globalisasi, dua tuntutan ini merupakan kebutuhan vital dan sangat

mendesak.

Dalam upaya membuka lapangan kerja baru, maka diperlukan pelatihan

kewirausahaan bagi beberapa komponen masyarakat. Padahal suatu pelatihan

kewirausahaan tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya manajemen. Hal

ini dikarenakan, kekuatan, pengetahuan, serta kemampuan manusia pada dasarnya

sangat terbatas. Adapun kebutuhannya sehari-hari seolah tidak terbatas. Maka

dengan adanya pelatihan kewirausahaan, diharapkan mereka mampu mengatasi

problematika kehidupan, terutama ekonomi.

Realisasi Pemecahan Masalah

Pada dasarnya pelatihan kewirausahaan sablon yang diadakan oleh Tim Dosen

Page 67: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

63

Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro dengan

Riza Multazam Luthfy, S.H., M.H. selaku ketuanya bertujuan untuk memompa

segenap kalangan masyarakat untuk terjun dalam dunia wirausaha. Sehingga dengan

kegiatan ini, masyarakat dapat menerapkannya untuk merancang sumber konomi

baru. Dengan demikian, pelatihan bukan hanya dimaksudkan untuk membekali

masyarakat dengan ilmu baru. Bagi mereka yang sudah memiliki kesibukan atau

pekerjaan, membuka percetakan sablon merupakan usaha sampingan yang tentu

menjanjikan hasil finansial atau pemasukan tambahan.

Segenap masyarakat Kelurahan Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kota perlu

menyadari bahwa persaingan ekonomi yang begitu menggeliat hingga wilayah

pedalaman menuntut mereka untuk membekali diri dengan beraneka soft skill.

Mengingat, bekal inilah yang bakal membantunya dalam upaya memecahkan

masalah keuangan serta memenuhi ketubuhan hidup sehari-hari. Di samping agar

membuahkan hasil maksimal, pemilihan terhadap satu bidang juga berdasarkan

pertimbangan bahwa hari-hari ini kebutuhan jasa percetakan sablon cukup besar.

Komponen-komponen yang berhubungan dengan jagat politik, sosial, ekonomi,

budaya, dan lain sebagainya membutuhkan jasa percetakan sablon demi melancarkan

misinya. Melihat kondisi ini, Tim Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama

Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro menilai bahwa jasa percetakan sablon merupakan

pasar yang perlu digarap secara serius. Dalam lingkup Bojonegoro, percetakan

sablon merupakan usaha yang memberikan hasil materi yang memuaskan. Meski

terdapat banyak usaha percetakan sablon, akan tetapi usaha percetakan sablon yang

mempunyai karakter tersendiri belum banyak ditemukan.

Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah semua warga Kelurahan

Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kota yang berusia 17-30 tahun. Penetapan usia

ini berdasarkan pertimbangan bahwa manusia dengan umur 17-30 tahun merupakan

manusia produktif. Pada usia inilah, manusia menunjukkan kapabilitas dan

kredibilitas dalam dunia kerja. Bagi anak yang masih berada di bangku sekolah

maupun kuliah, pelatihan ini merupakan sarana menambah pengetahuan ekonomi

dan wirausaha yang barangkali tidak didapatkan melalui kurikulum pendidikan

Page 68: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

64

formal.

Pelatihan kewirausahaan memilih masyarakat Kelurahan Campurejo,

dikarenakan kelurahan tersebut berada di Bojonegoro bagian utara, dengan letak

yang membahayakan. Dalam tinjauan geografis, kelurahan ini berada di bantaran

Bengawan Solo, sehingga rawan diterjang bencana banjir. Musibah inilah yang kerap

menghantui masyarakat setempat lantaran banyak harta benda yang kerap hilang

setelah wilayah mereka dilanda banjir. Pembekalan melalui pelatihan merupakan

solusi vital dalam upaya membantu mereka menambah penghasilan melalui padat

karya.

Metode yang Digunakan

Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode partisipatif, yaitu

menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk pemberian pelatihan tentang bagaimana

berwirausaha melalui percetakan sablon dengan baik, efektif, serta menghasilkan

pundi-pundi kekayaan. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan metode ceramah

dan praktik, sehingga peserta dapat langsung mempraktikkan pengetahuan yang

diperoleh. Selain itu, mereka juga diberi materi tambahan tentang kiat jitu

mempromosikan jasa percetakan sablon kepada publik. Di sinilah urgensi promosi

dan marketing guna menggaet pelanggan dan omset yang besar.

Adapun rencana kegiatannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai

berikut, hingga akhirnya keseluruhan tahapan dapat terlaksana dengan maksimal.

10. Observasi dan wawancara penggalian data

11. Program edukasi kewirausahaan sablon

12. Demonstrasi usaha jasa percetakan

13. Evaluasi pendampingan

14. Pelaporan kegiatan

HASIL YANG DICAPAI

Pelatihan kewirausahaan sablon yang diselenggarakan oleh Tim Dosen

Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro di

Kelurahan Campurejo Kecamatan Bojonegoro Kota memberikan manfaat luar biasa

bagi masyarakat setempat. Manfaat sosial diadakannya pelatihan ini yaitu:

Page 69: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

65

a. Kenaikan produktivitas.

Kenaikan produktivitas ditunjukkan secara kualitas maupun kuantitas.

Peserta program latihan diharapkan akan mempunyai tingkah laku yang

baru, sedemikian rupa sehingga produktivitas baik dari segi jumlah maupun

mutu dapat ditingkatkan.

b. Kenaikan moral kerja.

Apabila penyelenggara latihan sesuai dengan tingkat kebutuhan yang ada

dalam organisasi perusahaan, maka akan tercipta suatu kerja yang harmonis

dan semangat kerja yang meningkat.

c. Menurunnya pengawasan.

Semakin percaya pada kemampuan dirinya, maka dengan disadarinya

kemauan dan kemampuan kerja tersebut, para pengawas tidak terlalu

dibebani untuk setiap harus mengadakan pengawasan.

d. Menurunnya angka kecelakaan.

Selain menurunnya angka pengawasan, kemauan dan kemampuan tersebut

lebih banyak menghindarkan para pekerja dari kesalahan dan kecelakaan.

e. Kenaikan stabilitas dan fleksibilitas tenaga kerja.

Stabilitas di sini diartikan dalam hubungan dengan pergantian sementara

karyawan yang tidak hadir atau keluar.

f. Berkembangnya pertumbuhan personal.

Pada dasarnya tujuan perusahaan mengadakan latihan adalah untuk

memenuhi kebutuhan organisasi perusahaan, sekaligus untuk

perkembangan atau pertumbuhan pribadi karyawan.

PENUTUP

Monitoring dan evaluasi program telah dilakukan oleh Tim Dosen Ekonomi

Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro dengan Riza

Multazam Luthfy, S.H., M.H. selaku ketuanya. Tim ini memantau panitia sebelum

dan setelah pelaksanaan pelatihan kewirausahaan sablon. Indikator keberhasilannya

adalah pendirian jasa percetakan sablon di Kelurahan Campurejo Kecamatan

Bojonegoro Kota.

Evaluasi program pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan

Page 70: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

66

penjajagan informasi untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam

menggunakan sumber-sumber latihan yang tersedia guna mencapai tujuan pelatihan

secara keseluruhan. Evaluasi pelatihan mencoba mendapatkan informasi-informasi

mengenai hasil-hasil program pelatihan, kemudian menggunakan informasi itu dalam

penilaian. Evaluasi pelatihan juga memasukkan umpan balik dari peserta yang sangat

membantu dalam memutuskan kebijakan mana yang akan diambil untuk

memperbaiki pelatihan tersebut. Dengan demikian maka evaluasi program pelatihan

harus dirancang bersamaan dengan “perancangan pelatihan” berdasarkan pada

perumusan tujuan.

Evaluasi pelatihan berupaya memberi kesempatan kepada segenap lapisan

masyarakat untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta penilaian

terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan. Selain itu, kegiatan ini

ditempuh demi mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang

berkaitan dengan terjadinya perilaku di kemudian hari. Sehingga, identifikasi

kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan

selanjutnya bisa dirancang.

Evaluasi pelatihan merupakan bagian dari setiap proses atau tahapan pelatihan

mulai dari perencanaan, pelakasanaan dan tindak lanjut dari suatu pelatihan. Evaluasi

pelatihan menghendaki adanya umpan balik secara terus menerus, sehingga kegiatan

evaluasi pelatihan tidak hanya dapat dilakukan sekali pada akhir program. Setiap

tahap pencapaian sasaran merupakan tindakan evaluasi terhadap program pelatihan.

Kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut, dan pada akhirnya dapat

megembangkan keterampilan masyarakat setempat. Dengan kata lain, kegiatan ini

dapat mengurangi angka pengangguran dan menekan tingkat kemiskinan, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kelurahan Campurejo Kecamatan

Bojonegoro Kota.

DAFTAR PUSTAKA

Namba, A, 2003, Pendekatan Ekosistem dalam Penanggulangan Kemiskinan:

Refleksi Penanggulangan Kemiskinan di Sulawesi Tengah, Jurnal Ekonomi

Rakyat Th. II No. 1 Maret 2003.

Sahdan, G, 2005, Menanggulangi Kemiskinan Desa, Jurnal Ekonomi Rakyat Th. II

No. 2 Maret 2005.

Page 71: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

67

Syahyuti, 2007, Konsep dan Strategi Pendekatan Kultural dalam Pembangunan

Pertanian: Studi Kasus Pembangunan Pertanian di Thailand, (paper tidak

diterbitkan).

Lestari, H.S, 2006, Kajian Model Unit Usaha Baru, Evaluasi dan Pelaporan Peneliti

pada Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMKM (paper tidak

diterbitkan).

Suryana, 2006, Kewirausahaan (Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses).

Jakarta: Salemba.

Page 72: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

68

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN ANEKA PENGOLAHAN SATE DI

KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO

Sugito

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam

hal: masakan sate Madura .Pengabdian ini ditujukan terutama untuk masyarakat

yang ingin berwirausaha khususnya para Ibu Rumah Tangga dan remaja putri di

Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Sehingga dari pengabdian ini akan

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat terutama kaum ibu dan

remaja putri dari rumah tangga tentang nilai ekonomi dari tata boga masakan sate

madura. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode ceramah dan

penyuluhan,diskusi,demonstrasi dan pelatihan.

Adapun hasil dari pengabdian ini adalah dapat memotivasi perempuan dari rumah

tangga dan remaja putri yang menganggur untuk meningkatkan kemampuannya dan

pengetahuan mereka dan dapat mengaplikasikan pada berbagai macam masakan sate

Madura lainnya yang bernilai jual dan pasarnya mempunyai prospek yang cerah.

Hasil pelaksanaan pelatihan adalah: Peserta pelatihan telah menguasai ketrampilan

membuat aneka produk olahan sate dan Peserta pelatihan telah menguasai

ketrampilan dalam menetapkan harga jual dan memasarkan produk aneka

olahan sate. Secara keseluruhan pelaksanaan pelatihan cukup berhasil

karena peserta pelatihan mampu menguasai materi pelatihan baik dari aspek

pengetahuan maupun ketrampilan lebih dari 80% sesuai yang ditargetkan.

Kata Kunci: Kewirausahaan,Aneka olahan sate

ABSTRACT

This service aims to increase knowledge and skills in terms of: Madura satay

cuisine. This service is intended primarily for people who want to be entrepreneurs,

especially housewives and young women in Kapas District, Bojonegoro Regency. So

that from this dedication will increase the knowledge and skills of the community,

especially the mothers and young women from the household about the economic

value of the cooking of Madura Satay cuisine. The method used in this service is the

method of lecture and counseling, discussion, demonstration and training.

As for the results of this service is to motivate women from households and young

women who are unemployed to improve their abilities and knowledge and can apply

to various kinds of Madura satay cuisine others that are worth selling and the

market has bright prospects.

The results of the implementation of the training are: Training participants have

mastered the skills to make various processed satay products and training

participants have mastered skills in setting selling prices and marketing various

processed satay products. Overall the implementation of the training was quite

Page 73: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

69

successful because the training participants were able to master the training

material both in terms of knowledge and skills more than 80% as targeted.

Keywords: Entrepreneurship, Various Processed Satay.

LATAR BELAKANG

Dahulu keterampilan memasak hanya dipandang dengan sebelah mata karena

dianggap tidak potensial, akan tetapi dengan kondisi perekonomian sekarang ini

peluang membuka usaha yang paling cepat untuk mendapatkan penghasilan adalah

dari usaha boga. Oleh karena itu banyak ditawarkan berbagai macam kursus mulai

dari masakan daerah, oriental, kontinental sampai patiseri dengan biaya kursus yang

sangat mahal terutama bagi masyarakat pedesaan. Guna memenuhi keinginan

masyarakat pedesaan tentang dunia boga maka diadakan program pengabdian pada

masyarakat. Pengabdian yang dilaksanakan di desa Bimomartani Ngemplak Sleman

dengan materi pelatihan pembuatan kue kering.

Pelatihan ini merupakan program kewirausahaan yang dilakukan oleh

Dosen STAI ATTANWIR dalam rangka pengabdian pada masyarakat. Pelatihan

ini ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha. Khususnya para

Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.

Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka dapatlah dirumuskan

sebagai berikut: Bagaimana cara memberikan pengetahuan dan ketrampilan tata

boga sate Madura kepada kelompok Ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri di

Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro,sehingga dapat meningkatkan

kemampuannya. Setelah selesai mengikuti pelatihan ini diharapkan memotivasi

perempuan dari rumah tangga dan remaja putri yang menganggur untuk

meningkatkan kemampuannya dan pengetahuan mereka dan dapat mengaplikasikan

pada berbagai macam jenis kue kering lainnya yang bernilai jual dan pasarnya

mempunyai prospek yang cerah.

METODE PELAKSANAAN

Metode Kegiatan

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu produk maka

metode yang digunakan adalah pertama, 30% teori berupa ceramah, disertai

Page 74: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

70

contoh-contoh dan diskusi kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek

langsung cara membuat sate Madura. Subyek Kegiatan Sasaran pelatihan adalah

para ibu -ibu rumah tangga dan remaja putri di kecamatan Kapas kabupaten

Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk dilatih membuat

aneka sate Madura.

RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan. Tempat

kegiatan dibalai Latihan kerja kabupaten Bojonegoro.Adapun Jadawal kegiatan

sebagai berikut :

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3

1. Pembuatan

proposal

x x

2. Pendataan peserta x x x

3. Persiapan x x x

4. Pelaksanaan x x

5. Pembuatan

Laporan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sate merupakan makanan tradisional Indonesia yang umumnya berbahan

dasar ayam atau daging yang disajikan dengan berbagai macam bumbu bergantung

pada variasi resep sate. Sate kemudian dibakar di atas bara api sampai matang sambil

dibolak – balik dan diolesi sedikit minyak goreng atau santan kental. Sate diketahui

berasal dari Jawa dan dapat ditemukan di daerah manapun di Indonesia dan telah

dianggap sebagai salah satu masakan nasional Indonesia. Indonesia adalah negeri

asal mula sate, dan hidangan ini dikenal luas di hampir seluruh wilayah di Indonesia

dan dianggap sebagai masakan nasional dan salah satu hidangan terbaik Indonesia.

Sate adalah hidangan yang sangat populer di Indonesia, dengan berbagai suku bangsa

dan tradisi seni memasak telah menghasilkan berbagai jenis sate. Resep dan cara

pembuatan sate beranekaragam bergantung variasi dan resep masing-masing daerah.

Page 75: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

71

Hampir segala jenis daging dapat dibuat sate.

Sebagai negara asal mula sate, Indonesia memiliki variasi resep sate yang

kaya. Biasanya sate diberisaus, saus ini bisa berupa bumbu kecap, bumbu kacang,

atau yang lainnya, biasanya disertai acar dariirisan bawang merah, mentimun, dan

cabai rawit. Sate dimakan dengan nasi hangat, lontong atau ketupat. Indonesia

memiliki koleksi jenis sate paling kaya di dunia. Variasi sate di Indonesia biasanya

dinamakan berdasarkan tempat asal resep sate tersebut, jenis dagingnya, bahannya,

atau proses pembuatannya. Beberapa jenis sate khas daerah di Indonesia yaitu sate

madura, sate padang, sate ponorogo, sate blora, sate banjar, sate makassar, sate

kambing, sate kelinci.Daging sate dipotong kecil-kecil dan ditusuki dengan tusukan

sate yang biasanya terbuat dari lidi tulang daun kelapa atau bambu, kemudian

dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate biasanya disajikan dengan berbagai

macam bumbu yang bergantung pada varian resep sate (Rochmawati 2013).

Sate diketahui berasal dari Jawa, Indonesia, tetapi sate juga populer di

negara- negara Asia Tenggara lainnyaseperti Malaysia, Singapura, Filipina dan

Thailand. Sate juga populer di Belanda yang dipengaruhi masakan Indonesia yang

dulu merupakan koloninya, versi Jepang disebut yakitori. Resep dan cara pembuatan

sate beranekaragam bergantung variasi dan resep masing-masing daerah. Hampir

segala jenis daging bias dibuat sate. Sebagai Negara asal mula sate, Indonesia

memiliki variasi resep sate yang kaya. Sate yang paling dikenal masyarakat

Indonesia adalah sate Madura. Sate Madura merupakan sate yang berasal dari daerah

Madura. Sate Madura biasa terbuat dari daging ayam. Madura selain terkenal sebagai

pulau garam, juga terkenal dengan satenya. Sate Madura, selain ayam sebagai bahan

utamanya juga ada yang menggunakan kambing yang ditandai dengan digantungnya

kaki belakang si kambing di rombong sang penjual sate. Bumbunya adalah campuran

kacang yang ditumbuk halus petis khas Madura dan sedikit bawangmerah.

Memanggangnya dengan api batok kelapa yang dihaluskan terlebih dahulu yang

disebut dengan arang batok kelapa (Handayani dan Marwanti 2011).

Masyarakat terbiasa membeli sate madura yang dijualo leh pedagang kaki

lima, warung, dan rumah makan. Masyarakat dengan kesibukan bekerja atau

berkegiatan yang dilakukan setiap hari menyebabkan mereka tidak memiliki banyak

waktu untuk membuat sate sendiri deng analasan kurang mengetahui komposisi

Page 76: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

72

bumbu sate Madura dan proses pembuatannya yang rumit. Sate madura biasa dijual

di daerah-daerah perkotaan karena pada umumnya masyarakat di daerah perkotaan

ini bersifat komsumtif. Resep bumbu sate Madura instan di dapat dari hasil

wawancara dari pedagang sate yang ada di daerah Madura dan masyarakat Madura.

Bumbu sate madurainstanantara lain kacangtanah sebagai bahan baku utama dan

bahan baku pendukung dalam pembuatan sate Madura instan yaitu bawang merah,

bawang putih, kecap, petis (khusus sate Madura),merica, jahe, cabe.

Perancangan dan pengembangan produk olahan bumbu sate Madura instan

dilakukan penentuan bentuk instan yang paling disukai oleh calon konsumen,

penentuan bentuk instan dari produk olahan bumbu sate Madura penting dilakukan

agar calon konsumen benar-benar terpuaskan dengan produk bumbu sate Madura

instan, karena tujuan dari perancangan dan pengembangan produk olahan sate

madura yang dikembangkan menjadi produk bumbu instan diharapkan konsumen

bisa lebih praktis dalam membuat sate Madura sendiri. Dari penelitian ini hendak

dicari tahu produk bumbu sate madura instan dalam bentuk apakah yang paling

disukai konsumen.

Pada tahap awal konsumen diperlihatkan contoh dari bentuk instan dari

olahan bumbu sate madura, yaitu produk bumbu sate madura instan dalam bentuk

padat, pasta (cair) dan bentuk serbuk. Konsumen kemudian disuruh memilih bentuk

instan yang benar-benar praktis dari dari ketiga bentuk produk bumbu sate madura

instan, sehingga pemilihan bentuk instan ini benar-benar berdasarkan keinginan

konsumen.

Data dari penentuan bentuk instan dari bumbu sate madura diberikan kepada

kepada empat puluh orang responden dengan metode kuesioner secara tertulis. Dari

tiga produk tersebut produk pengembangan sate madura yang diminati responden

adalah bumbu instan sate Madura bentuk pasta 62 %, bentuk serbuk 23 %, dan

bentuk padat 15 %. Berikut grafik penentuan produk bumbu sate Madura instan.

Dari hasil pemberian kuesioner penentuan bentuk instan bumbu sate madura

didapat bentuk instan dalam bentuk pasta salah satu alasan responden memilih

bentuk instan dalam bentuk pasta karena lansung dapat bisa digunakan tanpa adanya

penambahan air. Bumbu instan sate madura adalah produk pengembangan yang

dibuat untuk memudahkan masyarakat luas supaya bisa dengan mudah untuk

Page 77: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

73

menikmatinya dengan harga yang terjangkau dan tersedia di berbagai wilayah.

Bumbu sate Madura instan dibuat dari kacang tanah, bawang putih, bawang merah,

kemiri, garam dan kecap yang kemudian diproses menjadi pasta dan dikemas.Oleh

karena itu produk bumbu instan sate Madura bentuk pasta sangat potensial untuk

dikembangkan dan diharapkan mampu melestarikan makanan khas Madura.

PENUTUP

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga produk pengembangan

bumbu instan sate Madura yaitu; bentukpadat, bentuk, pasta, dan bentukserbuk. Dari

tiga produk tersebut produk pengembangan sate madura yang diminati responden

adalah bumbu instan sate Madura bentuk pasta 62 %, bentuk serbuk 23 %, dan

bentuk padat 15 %. Oleh karena itu, produk bumbu instan sate Madura bentuk pasta

sangat potensial untuk dikembangkan dan diharapkan mampu melestarikan makanan

khas Madura.

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, L., 2006, Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You,

Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts.

Costa, A.I.A., Dekker, M., dan Jongen, W.M.F. 2001. Quality Function Deployment

in the Food Industry: A Review. Trends in Food Science & Technology 11.

Handayani, T, H, W dan Marwanti. 2011. Pengolahan Makanan Indonesia.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Hidayat, K,. 2015. “Pengembangan Produk Keripik Moster Rambo Pada UMKM

Keripik Moster”. Prosiding Seminar Nasional Informatika Pertanian 2015.

Karina, Y, A,.Duto, H, D,. Sylvia, M,. 2014. Perancangan Kemasan Inovatif Sate

Ayam Lisidu Surabaya. Universitas Kristen Petra Surabaya.

Keinonen, Turka and Takala, 2006, "Product Concept Design: A Review of the

Conceptual Design of Products in Industry", Springer.

Linnemann, AR, van Boekel MAJS 2007, “Structured Food Product Development

on Quality Function Deployment”, Food Product Design an Integrated

Approach, pp.53-65, Wageningen Academic Publishers, Netherlands.

Page 78: Attanwirstaiattanwir.ac.id/download/file/Jurnal_Pengabdian_STAI_Attanwir... · menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di ... Sekolah Tinggi Ilmu Agama

Jurnal Attanwir Vol. 1 No. 1 April 2015

74

Rochmawati, O. 2013. Analisis Pengaruh Keunggulan Produk, Efek Komunitas,

Terhadap Sikap Merek Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas Pelanggan.

Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang

Ulrich, K. &Eppinger, D., 2012, "Product Design and Development", 5th Ed.

McGraw- Hill, New York.

Umar, H., 2005, "Marketing Research and Consumer Behavior", PT.

GramediaPustaka Utama, Jakarta.

Wijaya. D, Santoso. M, Hidayat. N, “Penentuan Karakteristik Produk Sebagai

Bahan Pertimbangan Dalam Perencanaan Pengembangan Produk

KeripikTempe (Studi Kasus Di Industri Keripik Tempe ”Abadi” Malang")”

Jurnal Industria Vol 1 No 3.