skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...kitab adabul salim wal...

151
HUBUNGAN GURU DAN MURID MENURUT K.H. HASYIM ASY’ARI DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK (Studi Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Iffatud Diyanah 1113011000103 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 19-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

HUBUNGAN GURU DAN MURID MENURUT K.H. HASYIM ASY’ARI

DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

(Studi Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Iffatud Diyanah

1113011000103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

LEM BAR PDNCIiSAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsibeildrl 'Hubung.n Guiu d.n Murid MerurutX.H. grsyim Asr'r.idro lnpbmentrsinyr dslam Penbchjsnn di Pondok Fcsroken sr'idvusurDcpok Grudi Kibb ,1,trl ',1tin wot Mtuahni f' dGBUn oleh lrarudDiyuah, NIM {11i0i1000101- diljukan k patu rd{ulr6 Ilmu Ttrblyah dan

Kegunan. Univeni6 hlam Nege sya f Hidayaiullih Jakad dan r.lahdinyarakm lulusdalam lljianMunaqrahprdah$nL l6Agu$us20l9di hadapan

'lcNa. pcnguji, karcna ito, penulis bcrhak mcmpcoleh gchr Sdjana Pmdldikan

(S.Pd)dalah bidansPEndidik.nAsad. klrm.

Jalada, I6 AsuiN 20 19

Panitia Uj jan Mrnrqlsrh

Ketm trniti. (kttrr Jtrru$n/Prodi)

Ds ,{bnul H.ris. M.Ar 2t/1)/8

,,

Nlf.l962r23l r9950r r 005

DL4!dUGl!.tuL]94cNIP. 1963t203 199701 1 001

D6. Rusdi Jahil. MA,/8e \"{

Mengerahui

Dek n rrkulls Ilnu Torbitah Drn Kquru,n

/s'

Page 3: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

LEMBAR PENGESAIIAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Ilubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy,ari dan

Implementasinya dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Sa'id Yusuf Depok (Studi

Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103,

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya

ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan

oleh Fakultas.

lakarta, 26 Juli 2019

Yang Mengesahkan,

Page 4: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Iff'atud Diyanah

1,113011000103

Pendidikan Agama Islam

Jl. Palka Km 25, Desa Cisaat, Kecamatan Padarincang,

Kabupaten Serang, Banten.

Nama

NIM

Jurusan

Alamat

Nama Pembimbing

NIP

: Drs. Abdul Haris, MA

: 196609011995031001

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim

Asy'ari dan Implementasinya dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Sa'id

Yusuf Depok (Studi Kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim) adalah benar hasil karya

sendiri dibawah bimbingan dosen:

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima

segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skipsi ini bukan hasil karya sendiri.

Yang Menyatakan

iffatud Divanah

Jakarta. 30 Juli 2019

Page 5: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

i

ABSTRAK

Iffatud Diyanah (NIM. 1113011000103): Hubungan Guru dan Murid

Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dan Implementasinya dalam Pembelajaran di

Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf Depok (Studi Kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’allim)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola hubungan guru dan

murid menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dalam kitabnya yang berjudul Adabul ‘Alim

wal Muta’allim serta implementasinya dalam pembelajaran di Pondok Pesantren

Sa‟id Yusuf Depok. Penelitian ini memberikan manfaat yaitu memperkaya

khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan, khususnya bagi peneliti, praktisi

pendidikan, dan menjadi sumber referensi bagi instansi pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

studi lapangan dengan metode pemaparan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan

melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan studi dokumen dengan instrumen

yang telah disusun sesuai data yang dibutuhkan, selanjutnya hasil penelitian

dipaparkan berupa data deskriptif berupa kata-kata dan tidak menggunakan

perhitungan angka (statistik)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konsep hubungan guru dan murid

menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dibangun atas dasar penghormatan dan kepatuhan

dari murid terhadap gurunya dan dasar kasih sayang yang tulus dari guru terhadap

muridnya. Kedua hal tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk etika murid

terhadap guru, etika guru terhadap murid, dan etika murid dan guru dalam

pembelajaran. Adapun mengenai implementasinya di Pondok Pesantren Sa‟id

Yusuf telah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari sisi murid yang selalu taat,

patuh dan hormat kepada murid, selain itu dalam pembelajaran murid selalu

semangat belajar, serta menunjukkan sikap duduk yang baik ketika belajar.

Sedangkan dari sisi pendidik, guru selalu bersikap kasih sayang, lembut, dan adil

terhadap murid, selalu menampakkan wajah yang berseri ketika mengajar serta

tidak lupa mengucap salam dan doa ketika mengawali dan mengakhiri kegiatan

pembelajaran.

Kata kunci: Hubungan Guru dan Murid, Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim,

Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf Depok.

Page 6: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

ii

ABSTRACT

Iffatud Diyanah (NIM. 1113011000103) The Relationship between Teachers

and Students According to K.H. Hasyim Ash'ari and Its Implementation in

Learning at Sa'id Yusuf Islamic Boarding School Depok (Study of the Book

of Adabul „Alim wal Muta‟allim)

This study aim to determine the relationship patterns of teachers and

students according to K.H. Hasyim Asy‟ari in his book entitled Adabul „Alim wal

Muta‟allim and its implementation in learning at Sa‟id Yusuf Islamic Boarding

School Depok. This research provides benefits that is enriching treasures of

science in the world of education, especially for researchers, practitioners

education, and become a reference source for educational institutions.

This research methode used in this study is a qualitative approach in terms

type of research field study to descriptive exposure method. The data collection is

done through observation, interviews, and document studies with instruments

which has been arranged according to the data needed, then the results of the

study presented descriptive data in the form of words and do not use number

calculation (statistics).

The results showed that the concept of teacher and student relations

according to K.H. Hasyim Ash'ari was built on the basis of respect and obedience

from the student towards his teacher and the basis of sincere affection from the

teacher towards his student. Both of these can be implemented in the form of

student ethics towards teachers, teacher ethics towards students, and student and

teacher ethics in learning. As for its implementation at Sa'id Yusuf Islamic

Boarding School has been going well. This can be seen from the side of students

who are always obedient, obedient and respectful to students, besides that in

student learning always enthusiasm for learning, and showing a good sitting

attitude while studying. While in terms of educators, teachers are always

affectionate, gentle, and fair towards students, always shows a radiant face when

teaching as well and then do not forget to say greetings and prayers when starting

and ending activities learning.

Keywords: Teacher and Student Relations, Book of Adabul „Alim wal

Muta‟allim, Sa'id Yusuf Islamic Boarding School Depok.

Page 7: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

alam yang telah memberikan petunjuk dan kekuatan serta nikmat dengan izin-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Guru

dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy‟ari dan Implementasinya dalam

Pembelajaran di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf Depok (Studi Kitab Adabul

‘Alim wal Muta’allim)”. Tak lupa shalawat dan salam penulis sampaikan kepada

Nabi besar Muhammad SAW sebagai pembawa risalah dan Revolusioner dunia

juga pada para sahabat dan pengikutnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini,

penulis memperoleh banyak dukungan dan saran dari berbagai pihak, sehingga

dengan segala kerendahan hati ucapan terima kasih penulis sampaikan dengan

tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang selalu memberikan

kemudahan dalam setiap kebijakan yang diberikan selama penulis menjadi

mahasiswa di jurusan PAI.

4. Drs. Abdul Haris, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen-dosen civitas academica Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal

Page 8: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

iv

masuk hingga bisa menyelesaikan skripsi ini dan Staf-staf/Karyawan yang

membantu proses administrasi penulis .

6. Keluarga besar penulis, Ayahanda tercinta Ahmad Dhofir dan Ibunda

tercinta Mauridah serta kedua kakak tersayang Nadzrotul Izzah dan

Ahmad Ainul Yaqin serta adik tersayang Abdul Wafi yang telah

mencurahkan cinta luar biasa, bantuan baik materil maupun moril, nasehat

dan doa tak pernah henti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Fathul Musthofa yang selalu mencintai, memotivasi dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman “Kost Sambalado” yang selalu menemani dalam perjuangan

penulis menempuh pendidikan di kampus tercinta.

9. Keluarga besar PAI 2013, terkhusus teman kelas PAI C yang selalu

mendukung semua kegiatan yang penulis lakukan dan telah bekerja sama

dengan baik dalam pembelajaran dan kegiatan lainnya.

10. Semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu terima kasih

atas bantuannya dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa

berdo‟a semoga bantuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh

Allah SWT sebagai amal ibadah yang bisa menolong di hari kiamat kelak.

Aamiin.

Akhir kata, Tak ada gading yang tak retak, dalam istilah peribahasa

Indonesia. No body is perfect because the man is not angel, dalam istilah

bahasa Inggris. Penulis pun menyadari skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutya. Penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan rujukan penyusunan skripsi

selanjutnya.

Jakarta, 26 Juli 2019

Penulis

Page 9: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

v

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................... 9

C. Pembatasan Masalah ....................................................... 10

D. Perumusan Masalah ....................................................... 10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian …………………....…...… 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hubungan Guru dan Murid dalam Pembelajaran

1. Pengertian Guru ........................................... 13

2. Sikap Guru terhadap Murid ........................................... 18

3. Pengertian Murid ........................................... 20

4. Sikap Murid terhadap Guru ........................................... 22

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren ........................................... 24

2. Sejarah Pondok Pesantren ........................................... 24

3. Tujuan Pondok Pesantren ........................................... 28

4. Kurikulum Pondok Pesantren ........................................... 29

Page 10: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

vi

5. Metode Pengajaran Pondok Pesantren ............................ 32

C. Implementasi Hubungan Guru dan Murid

di Pondok Pesantren .......................................... 34

D. Hasil Penelitian yang Relevan .......................................... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 40

B. Metode Penelitian .......................................... 40

1. Jenis Penelitian .......................................... 40

2. Sumber Data Penelitian .......................................... 41

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................. 42

1. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 42

2. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ……....... 49

D. Analisis Data .......................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi K.H. Hasyim Asy‟ari

1. Riwayat Hidup KH Hasyim Asy‟ari ............................. 52

2. Kiprah Sosial KH Hasyim Asy‟ari ............................. 55

B. Pemikiran K.H. Hasyim Asy‟ari tentang Hubungan

Guru dan Murid

1. Etika Murid terhadap Guru .............................60

2. Etika Guru terhadap Murid ............................. 62

3. Etika Murid dan Guru dalam Pembelajaran ................. 64

C. Gambaran Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ............. 67

2. Tujuan Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ................ 68

3. Kurikulum Pondok Pesantren Sa'id Yusuf ................ 69

D. Pembelajaran Kitab Adabul „Alim wal Muta‟allim di Pondok

Pesantren Sa‟id Yusuf ................................................... 72

Page 11: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

vii

E. Implementasi Hubungan Guru dan Murid dalam Pembelajaran

di Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf

1. Etika Murid terhadap Guru di P.P. Sa‟id Yusuf ............... 74

2. Etika Guru terhadap Murid di P.P. Sa‟id Yusuf ................. 77

3. Etika Guru dan Murid dalam Pembelajaran di

Pondok Pesantren Sa‟id Yusuf ................. 79

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................. 91

B. Saran ......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan memberi

latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.1 Artinya dalam pendidikan adanya

perpaduan antara ilmu pengetahuan dengan ilmu tentang hati dan perilaku.

Pendidikan juga sering diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai budaya di masyarakat.

Selain itu juga sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang atau kelompok

agar seseorang itu menjadi dewasa, sehingga seseorang itu mampu bertanggung

jawab terhadap diri sendiri secara biologis, psikologis, pedagogis dan sosiologis.2

Menurut Islam, pendidikan adalah pemberi corak hitam dan putihnya

perjalanan hidup seseorang. Sehingga ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan

merupakan salah satu kegiatan yang diwajibkan bagi seseorang yang berlangsung

seumur hidup. Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan

pendidikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan

umat manusia.3 Dengan demikian pendidikan mempunyai peranan yang sangat

penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa.

Selain itu pendidikan juga menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dan menjadi

cermin kepribadian masyarakatnya.4 Oleh karena itu stabilitas suatu bangsa

tergoncang dan kemajuannya terhambat, pastilah pendidikan menjadi hal yang

pertama kali ditinjau.

Dalam Alquran juga dijelaskan bahwa pendidikan memiliki kedudukan yang

sangat mulia. Terdapat ayat Alquran yang memiliki makna substansial tentang

1 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran, (Jakarta: Amzah, 2007), Cet. I, h.

21

2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 1.

3 Zuhairini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. V, h. 1

4 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h.

27

Page 13: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

2

pendidikan. Seperti pada Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan surah pertama

diturunkan dalam Alquran.5

س رأ با ي خلق )اق ن علق )١ما رباك الذا رأ ٢(خلق اإلنسان ما ي٣وربك األكرم )(اق لقلما ) (الذا (٤علم با

(٥علم اإلنسان ما ل ي علم )

''Baca lah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Baca lah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan

perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.'' (Q.S Al-Alaq : 1-5)

Dari uraian di atas, penulis memahami bahwa pendidikan mempunyai

kedudukan sebagai kegiatan wajib sekaligus sebagai kebutuhan pokok bagi setiap

manusia, hal ini dijelaskan pula dalam ayat Alquran di atas, dimana dalam ayat

tersebut Nabi Muhammad SAW. diperintahkan untuk membaca, yang mana

membaca adalah bagian dari proses pendidikan. Selain itu dapat pula dipahami

bahwa di dalam proses pendidikan itu bukan hanya mengenai transfer ilmu

pengetahuan saja, melainkan mencakup ilmu jasmani, emosi, serta yang terpenting

adalah ilmu rohani atau akhlak. Dimana ilmu rohani atau ilmu akhlak ini mengatur

tentang perilaku seseorang dengan harapan nantinya ilmu yang telah didapatkan

tersebut selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pendidikan ini terjadi suatu proses membimbing yang dilakukan oleh

seseorang yang dewasa terhadap seseorang yang belum dewasa yang bertujuan agar

ia menjadi dewasa, dimana orang yang dewasa disebut dengan pendidik (guru) dan

yang belum dewasa disebut peserta didik (murid).6

Pentingnya orang yang dewasa (guru) dan orang yang belum dewasa (murid)

dalam proses pendidikan dijelaskan oleh Prof. Dr. Nana Syaodih yang dikutip oleh

Prof. Dr. Abuddin Nata, dimana beliau mengatakan bahwa pendidikan pada

dasarnya adalah berintikan interaksi antara pendidik dan peserta didik. yang dalam

5 Ibid.,

6 Abduddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2001), h. 1

Page 14: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

3

interaksi tersebut seorang pendidik memegang peranan kunci bagi berlangsungnya

kegiatan pendidikan. Tanpa kelas, gedung, peralatan dan sebagainya proses

pendidikan masih dapat berjalan, tetapi tanpa guru proses pendidikan hampir tak

mungkin dapat berjalan. Hal ini mengisyaratkan bahwa menyiapkan seorang guru

merupakan langkah utama dan pertama yang harus dilakukan, karena tugas guru

tidak dapat diserahkan kepada sembarang orang.7 Artinya pendidik (guru) dan

peserta didik (murid) merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. dengan

kata lain tidak ada proses pendidikan jika tidak ada kedua unsur tersebut karena

keduanya memegang peranan yang penting. Sebagai contoh kasus gempa bumi

yang menimpa Lombok beberapa waktu lalu. Anak-anak di sana belajar dengan

seadanya asalkan masih ada orang (guru) yang merelakan dirinya untuk mengajari,

sebab tanpa guru proses belajar hampir tidak mungkin berjalan.

Adapun tujuan Pendidikan Nasional secara umum tertuang di dalam Undang-

Undang No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

yang mana disebutkan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap

kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.8

Selain itu di dalam Islam tujuan pendidikan yang dikembangkan adalah

mendidik budi pekerti. Oleh karena itu pendidikan budi pekerti atau akhlak

merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna

adalah tujuan sesungguhnya dari proses pendidikan.9

Namun tujuan pendidikan yang demikian itu dirasa belum terwujud

sepenuhnya, hal ini dapat dilihat dari perilaku seseorang di dalam lingkungan

7 Ibid., h. 1-2

8 Tim Penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003, h. 8

9 Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2004), h. 171

Page 15: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

4

masyarakat yang sudah sangat mengkhawatirkan. Dimana ia kerap kali melakukan

hal-hal yang buruk yang sangat merugikan dan menyakiti sesamanya. Bahkan di

dalam lingkungan sekolah pun dimana proses pendidikan itu berlangsung, sering

terjadi tindakan kriminal yang dilakukan oleh oknum guru maupun murid. Sudah

sering kita mendengar seorang guru yang menganiaya muridnya. Peristiwa ini

seperti yang terjadi di Purwokerto beberapa waktu lalu yaitu ada seorang siswa

yang ditempeleng oleh gurunya gara-gara telat masuk kelas, tindakan tersebut

menyebabkan siswa mengalami cedera dan trauma berat. Berita ini termuat dalam

(Liputan Merdeka Official Media tanggal 20 April 2018).10

Selain kasus yang dilakukan oleh guru terhadap muridnya di atas, ada juga

kasus yang dilakukan oleh seorang murid terhadap gurunya, dimana ada peserta

didik yang melawan dan bersikap arogan terhadap gurunya bahkan menganiaya

gurunya hingga meninggal dunia. Kasus ini seperti yang terjadi di Sampang yang

viral awal tahun lalu. ( Liputan Tribunnews, 2 Februari 2018).11

Dari kedua Kasus di atas, sangatlah disayangkan dan menjadi keprihatinan kita

bersama karena dikhawatirkan kejadian yang demikian itu terjadi lagi dikemudian

hari. Bahkan yang sangat ditakutkan adalah jika seorang pendidik maupun peserta

didik akan terbiasa untuk melakukan perbuatan yang tidak terpuji baik di dalam

lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.

Tindakan-tindakan yang demikian itu merupakan dampak dari akhlak yang

kurang tertanam dalam diri seorang pengajar maupun pelajar, serta interaksi atau

pola hubungan yang kurang baik antara keduanya, sehingga mengakibatkan hal-hal

yang berujung pada tindakan yang tidak terpuji. Selain itu mereka lupa bahwa

mencari ilmu adalah pekerjaan suci karena ilmu adalah cahaya Ilahi sehingga harus

ditempuh pula dengan jalan yang baik yaitu keluhuran akhlak dalam mencapainya,

atau karena mereka memang tidak mengerti akan hal ini.

10 Abdul Aziz, 3 Dari 9 Murid Ditampar Guru di Purwokerto Alami Cedera dan Trauma Berat,

2018, (https://m.merdeka.com)

11 Verlandy Donny Fermansah, Kronologi Siswa Aniaya Guru Sampai Tewas di Sampang,

Kelas Seni Lukis yang Berujung Tragis, 2018, (http://www.tribunnews.com/nasional/2018/02/02)

Page 16: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

5

Mengenai pentingnya akhlak ini, Nabi Muhammad SAW. pun mengatakan

bahwa orang yang paling sempurna keimanannya di antara umatnya adalah yang

paling baik akhlaknya. Dalam haditsnya beliau bersabda :

هري رة قال قال رسول هللاا ناي إايانا أحسن هم خ ملسو هيلع هللا ىلص عن أبا ياركم لقاا أكمل المؤما ياركم خا وخاا )رواه الرتمذي( م خلقا 12لاناسائاها

“Dari Abu Hurairah ia berkata bahwasanya Rasulullah bersabda: Mukmin

yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus

akhlaknya” (H.R Tirmidzi)

Dari hadits di atas, seharusnya sebagai umat Rasulullah kita semua harus sadar

dan berusaha dengan semangat dalam mencapai akhlak yang mulia, serta sadar

bahwa pentingnya pendidikan terletak pada perubahan tingkah laku ke arah yang

lebih baik.

Dari beberapa penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan

akhlak sangatlah dibutuhkan dan dinilai penting bagi kehidupan seseorang baik

yang bersifat individu maupun dalam bermasyarakat. Karena Pendidikan akhlak

diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya

tinggi melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku

hamba Allah. Pendidikan akhlak berarti juga menumbuhkan personalitas

(kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab. Hal ini tentu menjadi pengingat

bagi pendidik dan peserta didik untuk lebih mengedepankan pendidikan akhlak agar

tercipta hubungan antar keduanya yang harmonis. Maka tak salah jika pendidikan

akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Selain itu pendidikan akhlak

memang seharusnya lebih ditekankan lagi pada era modernisasi sekarang ini

dikarenakan dengan berkembang pesatnya teknologi dan semakin tingginya gaya

hidup seseorang akan banyak berdampak pada sikap dan perilaku yang kurang

terpuji.

12 Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Al-Jami’u Tirmidzi, (Riyadh:

International Ideas Home Inc, t.t.), h. 206.

Page 17: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

6

Berbicara pendidikan akhlak sebagai jiwa pendidikan Islam, tidak lepas dari

lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada. Lembaga pendidikan memegang

peranan penting dalam kegiatan pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan

Islam karena lembaga pendidikan Islam dianggap sebagai wadah atau tempat

berlangsungnya proses pendidikan Islam.

Di Indonesia terdapat banyak bentuk lembaga-lembaga pendidikan Islam,

diantaranya yaitu Pesantren, Madrasah, Majelis Taklim, dan Institut Agama Islam

baik Negeri maupun Swasta. Pondok Pesantren merupakan “Bapak” dari

pendidikan Islam di Indonesia karena diyakini sebagai lembaga pendidikan Islam

tertua di Indonesia, dimana pondok pesantren tersebut berperan dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral

agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. Pesantren sendiri

memiliki pengertian dasarnya yaitu tempat belajar para santri, sedangkan pondok

berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari bambu.

Di dalam pesantren, penanaman akhlak sangat dipentingkan, baik akhlak

terhadap sesama teman, akhlak terhadap buku atau kitab sebagai sumber ilmu,

akhlak kepada masyarakat sekitar, terlebih akhlak kepada kiai sebagai guru.

Terhadap sesama teman dijaga betul agar tidak timbul sengketa dan persaudaraan

tetap terjaga. Terhadap buku atau kitab dijaga agar dapat dengan mudah dalam

mempelajarinya. Terhadap masyarakat sekitar dijaga agar nama baik pesantren

tetap terjaga di mata masyarakat. Serta akhlak terhadap kiai sebagai gurunya sangat

diutamakan, sebab durhaka kepada kiai dapat mengakibatkan tidak berkahnya ilmu.

Jadi, dalam kehidupan pesantren, penghormatan kepada kiai menempati posisi

penting yaitu dengan selalu memperhatikan segala nasihat dan petuah yang

diberikan olehnya.13

Hubungan antara santri dan kiai tidak hanya berlaku selama santri berada

dalam lingkungan pesantren, melainkan hubungan tersebut tetap berlanjut

walaupun seorang santri berada di luar pesantren. Selain itu, hubungan santri

13 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2014), Cet. IV, h. 29

Page 18: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

7

dengan kiai tidak hanya menyangkut dalam hal yang berkenaan dengan proses

belajar mengajar, tetapi lebih dari pada itu.14

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pondok pesantren merupakan

lembaga pendidikan Islam yang sudah berdiri sejak lama. Di lembaga inilah

diajarkan dan dididik-kan ilmu dan nilai-nilai agama kepada santri melalui kitab-

kitab klasik atau kitab kuning. Walaupun pesantren dipandang sebagai lembaga

pendidikan agama, namun pada zaman sekarang pesantren sudah mulai

memasukkan ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Sehingga seorang santri

selain unggul dalam agamanya yang ditunjukkan dengan keluhuran akhlaknya, juga

tidak tertinggal kecerdasan ilmu pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini

mengisyaratkan bahwa pesantren berperan penting dan memiliki pengaruh yang

besar dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk manusia

seutuhnya, karena di pesantren inilah adanya upaya mengembangkan seluruh

potensi manusia baik intelektual, jasmani, maupun rohaninya.

Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan, setiap pesantren baik yang klasik

maupun modern tentunya mempunyai buku-buku dan kitab-kitab pokok yang

dijadikan sebagai panduan, referensi, serta rujukan dalam proses pembelajaran. Hal

ini bertujuan dalam mewujudkan santri atau murid yang berakhlak dan beretika

yang baik. Pengarangnya pun beragam, ada dari luar negeri ada juga dari dalam

negeri. Ada dari zaman klasik ada juga dari zaman modern. Dari luar negeri kita

mengetahui ada Imam Az-Zarnuji dengan kitab Ta’limul Muta’allim nya. Kitabnya

ini banyak dipakai di pondok pesantren di Indonesia. Dari dalam negeri, Indonesia

juga memiliki ulama yang sangat terkenal dan berkompeten yang memberikan

pemikirannya dalam pendidikan, yaitu K.H. Hasyim Asy’ari melalui karyanya yang

berjudul Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Beliau merumuskan etika yang harus

dimiliki seorang guru dan murid dalam proses pembelajaran agar tujuan

pembelajaran dapat terwujud dengan baik. Kitabnya banyak dipakai di berbagai

14 Ibid.,

Page 19: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

8

pesantren di Indonesia, bukan hanya di lingkungan pondok pesantren pedesaan,

bahkan juga pesantren di wilayah perkotaan.

Kedua kitab yang telah disebutkan di atas, secara umum memiliki isi, makna,

dan pembahasan yang sama, yaitu membahas tentang sikap, etika, akhlak, dan budi

pekerti yang harus dimiliki oleh guru sebagai pendidik dan murid sebagai peserta

didik. Namun tentunya ada sedikit perbedaan, hal ini karena keduanya berbeda dari

sisi latar belakang pengarang dan berbeda dari segi zaman. Kitab Ta’limul

Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji berasal dari luar negeri dan dari zaman klasik,

sedangkan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya K.H. Hasyim Asy’ari berasal

dari dalam negeri dan dari zaman yang lebih modern.

Salah satu pondok pesantren di Indonesia yang mengajarkan salah satu dari

kedua kitab di atas adalah Pondok Pesantren Sa’id Yusuf yang berada di Kota

Depok Jawa Barat yang berdiri pada tahun 2008 Masehi. Wilayah nya

berdampingan dengan Ibu Kota Jakarta dan Kota Tangerang Selatan. Hal ini

memberikan gambaran bahwa pondok pesantren ini mempunyai tantangan lebih

besar dalam membina santri nya untuk selalu mengedepankan akhlak dan etika.

Karena letak pondok pesantren yang berada wilayah perkotaan, yang kita semua

tahu bahwa di wilayah perkotaan identik dengan dunia hiburan, kawasan

perbisnisan dan juga lingkungan yang gemerlap. Selain itu juga usia pondok

pesantren yang terbilang masih muda.

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf ini merupakan sebuah pesantren yang

memadukan antara sistem pendidikan pesantren modern dengan salaf yang

implementasinya menyatu pada sistem pendidikan Nasional, yang bertujuan

mencetak anak didik berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Alquran dan Sunah

Rasulullah SAW.15

Berdasarkan wawancara dengan alumni pondok pesantren Sa’id Yusuf,

disebutkan bahwa dalam mewujudkan akhlak atau etika yang baik khususnya bagi

guru dan murid, di pondok pesantren ini menggunakan salah satu dari kitab yang

15 Saroni, Profil Pesantren Said Yusuf, 2018, (http://www.pesantren-saidyusuf.sch.id).

Page 20: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

9

telah disebutkan di atas. Pondok pesantren ini menjadikan Kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’allim karya K.H. Hasyim Asy’ari sebagai pedoman dalam pembelajaran

akhlak dengan harapan selalu terbentuk hubungan yang baik antara guru dengan

murid serta tujuan akhir membentuk santri yang memiliki budi pekerti yang luhur,

baik dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar dapat tercapai

dengan baik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, penulis menyimpulkan

bahwa K.H. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu tokoh pendidikan bangsa

Indonesia yang memiliki karya dalam pendidikan yang begitu fenomenal. Karyanya

banyak dipakai di berbagai pondok pesantren di Indonesia baik yang ada di

pedesaan maupun yang ada di perkotaan. contohnya seperti di Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf yang menggunakan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim sebagai

pedoman dalam memberikan pelajaran akhlak kepada santri-santriwatinya.

Berdasarkan hal tersebut, maka merupakan suatu alasan yang mendasar apabila

penulis membahas permasalahan tersebut dalam penelitian yang berjudul:

“Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan

Implementasinya dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

Depok (Studi Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim)” yaitu dengan mencoba

menganalisisnya dari kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Selain karena K.H.

Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama Indonesia terkemuka, beliau juga memiliki

karya yang fenomenal serta diperhitungkan keberadaannya. Alasan terakhir penulis

juga sebagai usaha agar kita tidak melupakan salah satu tokoh pendidikan Indonesia

yang sudah terbukti berpengaruh besar dalam dunia pendidikan bagi bangsa ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut :

1. Seringnya terjadi tindakan kriminal dalam dunia pendidikan oleh sebagian

oknum baik guru maupun murid seperti terjadinya penganiayaan,

kekerasan fisik bahkan pembunuhan.

Page 21: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

10

2. Perkembangan zaman serta pola hubungan antara guru dan murid yang

salah memiliki dampak negatif pada rendahnya akhlak seseorang.

3. Setiap gagasan pemikiran para tokoh pendidikan berbeda-beda tergantung

dari latar belakangnya.

4. Tiap tiap pesantren memiliki rujukan buku atau kitab yang berbeda dalam

pengajaran akhlak karena memang banyaknya buku atau kitab yang

dikarang oleh beberapa tokoh yang membahas tentang ilmu tersebut.

C. Pembatasan Masalah

Mengenai gagasan tentang etika guru dan murid telah banyak dikemukakan

oleh banyak tokoh, baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Namun tentunya

memiliki perbedaan baik secara tulisan, maupun sebagian isinya. Hal ini karena

perbedaan latar belakang setiap tokoh yang berbeda-beda. Selain itu karya-karya

dalam bidang etika tersebut hampir dipakai di semua pesantren baik di daerah

pedesaan maupun pesantren di daerah perkotaan, dimana kitab tersebut dijadikan

pedoman wajib dalam kegiatan belajar mengajar. Namun agar permasalahan tidak

melebar, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah hubungan guru dan

murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari serta implementasinya dalam pembelajaran di

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf Depok melalui studi kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’allim.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis

merumuskan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang hubungan guru dan

murid?

2. Bagaimana implementasi pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang

hubungan guru dan murid di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf?

Page 22: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka dirumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang hubungan

guru dan murid dalam pembelajaran.

b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pemikiran K.H. Hasyim

Asy’ari tentang hubungan guru dan murid dalam pembelajaran di

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf Depok

2. Kegunaan Penelitian

Dengan diselesaikannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

kegunaan atau manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

a. Secara Teoritis

Dari penelitian ini diharapkan mendapatkan data dan fakta yang

sesuai dengan pokok-pokok akhlak guru dan murid menurut K.H.

Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, sehingga

dapat menjawab permasalahan secara komprehensif terutama yang

terkait dengan hubungan guru dan murid.

b. Secara praktis

1) Bagi penulis, sebagai latihan dalam penulisan ilmiah sekaligus

memberikan tambahan khazanah atau wawasan keilmuan dari

K.H Hasyim Asy’ari mengenai etika guru dan murid.

2) Bagi civitas academica, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber

referensi perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga

hasil penelitian ini dapat menjadi pustaka bagi para peneliti

selanjutnya yang ingin mengkaji tentang salah satu pemikiran

tokoh pendidikan Indonesia.

3) Bagi masyarakat, untuk menambah wawasan literatur dan sumber

referensi mengenai pendidikan etika guru dan murid dari tokoh

pendidikan sekaligus ulama besar di Indonesia.

Page 23: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

12

4) Bagi pondok pesantren Sa’id Yusuf, sebagai gambaran dan kajian

evaluasi mengenai implementasi dari kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’allim yang telah diajarkan kepada santri di dalam kegiatan

belajar mengajar.

Page 24: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

13

BAB II

LANDASAN TEORI TENTANG HUBUNGAN GURU DAN

MURID DALAM PEMBELAJARAN

A. Hubungan Guru dan Murid dalam Pembelajaran

1. Pengertian Guru

Dalam Alquran ada empat yang menjadi pendidik, yaitu: Allah SWT,

Nabi Muhammad SAW, kedua orangtua, dan guru.1

a. Allah SWT

Di dalam Alquran, banyak terdapat ayat-ayat yang menjelaskan

tentang Allah SWT yang memiliki kedudukan sebagai pendidik,

diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Firman Allah dalam surah Al-Fatihah ayat 2, yaitu :

د لله رب الحعالمي مح الح“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-Fatihah:

2)

2) Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 31, yaitu :

اء كلهها سح مح دادني ثه عرضهمح على الحملئكة ف قال أنحبئون بسح وعلهم آدم الح ءء كح ك ح اء ؤل

“dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (berbeda-beda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat lalu

berfirman: “sebutkan lah kepada-Ku nama berbeda-beda itu jika

kamu memang orang-orang benar.” (Q.S. Al-Baqarah: 31)

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah SWT memiliki

kedudukan sebagai pendidik, namun kedudukan-Nya sebagai pendidik

berbeda dengan manusia sebagai pendidik. Al-Razi berpendapat bahwa

Allah SWT mengetahui segala kebutuhan manusia yang dididiknya selain

1 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2013), h.77

Page 25: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

14

itu perhatian Allah juga tidak terbatas hanya terhadap manusia saja, tetapi

memperhatikan dan mendidik seluruh alam semesta.2

Selain itu, dapat dilihat perbedaannya dari aspek proses pengajaran.

Allah SWT memberikan bimbingan kepada manusia secara tidak

langsung. Allah mendidik manusia melalui wahyu yang disampaikan

dengan perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dan

selanjutnya Nabi membimbing dengan perantara wahyu.

b. Rasulullah SAW

Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh

Allah SWT. Kedudukan Rasulullah sebagai pendidik yang ideal dapat

dilihat dalam dua hal, yaitu Rasulullah sebagai pendidik pertama dalam

pendidikan Islam, dan keberhasilan yang dicapai Rasulullah dalam

melaksanakan pendidikan. Rasulullah berhasil mendidik manusia

menjadi manusia yang berkualitas baik lahir maupun batin. Hal ini

terdapat dalam surah Al-Jumu’ah ayat 2, yaitu:

مة ههمح وي عل مهم الحكاب والح كح ك لو علهحهمح آيته و ي همح ي ح م ه ي رسوءا م ح ؤو الهذي ب عث ف الح وك كانوا من ن بحل لفي ضلل مبي

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan

Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya

benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Jumu’ah: 2)

Keberhasilan Rasulullah sebagai pendidik merupakan perpaduan

antara kemampuan kepribadian, wahyu dan aplikasi ilmu di lapangan.

Ilmu-ilmu yang dimilikinya diajarkan kepada para sahabat serta

menjadikan kepribadian luhurnya pantas dijadikan al-uswat al-hasanah

yaitu dapat dijadikan contoh oleh seluruh umat manusia.

2 Ibid.,

Page 26: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

15

c. Orangtua

Pendidik menurut Islam adalah setiap individu yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan peserta didik. Pendidikan pertama dan

utama adalah keluarga. Tugas mendidik sebenarnya berada di pundak

orangtua sebab dari mereka lah proses kelahiran anak terjadi, orangtua

adalah pihak yang paling dekat dengan anak, dan paling berkepentingan

terhadap anak-anaknya sehingga mereka diberi amanah dan tanggung

jawab untuk mengembangkan anak-anaknya.

Mengenai tanggung jawab orangtua sebagai pendidik, Alquran

menyebutkan dalam Q.S At-Tahrim ayat 6 yaitu:

ها ملئكة غلظ جارة عله ح لهكمح نراا ونودؤا الهاس و الح ي أي ها الهذين آموا نوا أن حفسكمح وأؤحمروك ح علوك ما ي شداد ء ي عحصوك الله ما أمرؤمح وي فح

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia

dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,

yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-

Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.

Hal ini juga dikuatkan dengan adanya hadits Nabi SAW yaitu:

لود يولد على عنح أب ؤري حرة رضي الله عحه نال نال الهب دلهى الله علهحه وسلهم كل موحسانه دانه أوح ي ص رانه أوح يج 3الحفطحرة فأب واه ي هو

“Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata: Nabi bersabda:

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua

orangtuanya lah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi,

Nashrani atau Majusi.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dari ayat Alquran dan Hadits di atas, dapat dipahami bahwa

keluarga dalam hal ini orangtua memiliki peran yang sangat penting

dalam pertumbuhan dan perkembangan anaknya, jika orangtua sebagai

pendidik memberikan pendidikan yang berkualitas terhadap anak, maka

akan diperoleh juga anak yang berkualitas, dan sebaliknya jika orangtua

3 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jami’u Shahih, (Kairo: Al-Matba’ah as-Salafiyyah,

1400 H), Juz I, h. 424.

Page 27: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

16

memberikan pendidikan yang kurang berkualitas maka kemungkinan

besar pula akan diperoleh anak yang kurang berkualitas.

Langgulung juga mengatakan bahwa keluarga merupakan institusi

pertama dan utama dalam perkembangan seseorang individu.

Menurutnya fungsi keluarga adalah menanamkan sifat kasih sayang,

menanamkan pengajaran kesehatan jasmani, kejiwaan, spiritual, agama,

intelektual, emosional, dan sosial terhadap seorang anak sebagai peserta

didiknya.

Namun dalam perjalanannya, kemudian orangtua karena kesibukan

dan aktivitas yang banyak menyebabkan melimpahkan pendidikan

anaknya kepada pihak ketiga yaitu guru (pendidik).

Berdasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa dalam

pendidikan, orangtua lah sosok yang pertama dan utama yang

bertanggung jawab dalam memberikan pengajaran dan pendidikan

terhadap anak dimana anak berkedudukan sebagai peserta didik dan

orangtua berkedudukan sebagai pendidik. Segala hal yang positif yang

menunjang perkembangan menuju kedewasaan anak merupakan tugas

orangtua, mulai dari pengajaran agama, intelektual, jasmani maupun

rohani. Namun karena keterbatasan kemampuan dalam segala aspek

keilmuan serta kesibukkan dalam segala aktivitas orangtua menjadikan

orangtua diperkenankan menyerahkan anaknya kepada orang lain untuk

dididik yakni kepada guru. Dengan catatan bagaimanapun orangtua

tetap mengajarkan dan mendidik anak tersebut terutama ketika berada

di lingkungan keluarga.

d. Guru/Pendidik

Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “Orang

yang kerjanya mengajar”. Sehingga orang-orang yang profesinya

mengajar disebut guru. Baik guru di sekolah maupun di tempat lain.4

Sebagai seorang pengajar dan juga pendidik guru berada di garis

4 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan Sukses dan Bermartabat, (Surabaya: Jaring

Pena, 2011), Cet I, h. 2.

Page 28: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

17

terdepan yang harus mampu memberikan nilai lebih karena profesi guru

berbeda dengan profesi-profesi lainnya.5 Dengan demikian guru

merupakan profesi yang memiliki tanggung jawab besar dalam

mengajar dan mendidik seseorang untuk menjadikannya lebih baik.

Dalam konteks pendidikan Islam pendidik atau guru sering disebut

dengan ustadz, murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid.

Menurut peristilahan mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai

tugas masing-masing

Ahmad Tafsir mengatakan, pendidik dalam Islam adalah orang-

orang yang bertanggung jawab dalam upaya mengembangkan seluruh

potensi peserta didiknya, baik dari segi kognitif (cipta), afektif (rasa),

maupun psikomotorik (karsa). Selain itu pendidik merupakan seseorang

yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya

dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat

kedewasaan. Dimana ia mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya

sebagai khalifah Allah SWT, mampu melaksanakan tugas sebagai

makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.6

Dalam hal ini, dijelaskan dalam Alquran surah An-Nahl ayat 43,

yaitu:

ر ك كمح ء ت عحلموك ل ٱلذ كح لوا أؤح فسح

Maka bertanya lah kepada orang yang mempunyai pengetahuan

jika kamu tidak mengetahui.

Dari ayat di atas, Prof. Salman Harun dalam bukunya yang

berjudul Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Alquran

menyebutkan bahwa diantara subyek pendidikan (guru) adalah orang

yang pandai (Ahl Zikr) yang pengetahuannya harus lebih baik dari

murid.7 Sehingga seseorang yang memiliki pengetahuan lebih dapat

5 Ibid.,

6 Sukring, op. cit., h.81.

7 Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Alquran, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2013), Cet. I, h. 64.

Page 29: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

18

dijadikan pendidik layaknya seorang guru yang memiliki pengetahuan

lebih dibanding muridnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pendidik

merupakan orang dewasa yang memiliki kapasitas ilmu, yang

memberikan bimbingan terhadap orang lain dalam upaya

mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri seseorang

tersebut baik intelektual, jasmani, dan rohaninya serta menjadikannya

sebagai orang yang mandiri dimana kesemuanya dilakukan dengan niat

semata-mata menjalankan perintah Allah demi mengabdi pada bangsa,

negara dan agama.

2. Sikap Guru Terhadap Murid

Prof. Dr. Abuddin Nata, MA dalam bukunya yang berjudul Perspektif

Islam tentang Pola Hubungan Guru dan Murid menyatakan bahwa

sebelum berbicara tentang sikap guru terhadap muridnya, terlebih dahulu

seorang guru harus mengetahui bagaimana sikapnya terhadap diri sendiri

sebagai manusia pendidik, yaitu dirinya harus sadar dan yakin serta merasa

bahwa seorang pendidik idealnya bukanlah merupakan suatu profesi atau

pekerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan dalam

kehidupan. Melainkan karena panggilan agama, serta suatu upaya

mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai usaha seseorang dalam

menghidupkan agama Tuhannya dan menggantikan peranan Rasul-Nya

dalam memperbaiki umat manusia.8

Selanjutnya dalam membahas tentang bagaimana sikap guru terhadap

murid, Abuddin Nata mengemukakan berdasarkan pendapat dari para

tokoh pendidikan Islam yang dinilai memiliki wawasan keilmuan yang

luas di bidang pendidikan seperti Ibn Jama’ah dan al-Ghazali.

Ibn Jama’ah menyebutkan bahwa seorang guru hendaklah memiliki

sikap yang baik terhadap muridnya, sikap baik tersebut meliputi:

8 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran

Tasawuf Al-Ghazali, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), Cet. I, h. 90.

Page 30: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

19

1. Menghormati kepribadian pelajar pada saat pelajar tersebut salah

atau lupa.

2. Memberikan peluang terhadap pelajar yang menunjukkan

kecerdasan dan keunggulan.

3. Memberikan pemahaman menurut kadar kesanggupan murid-

muridnya.

4. Mendahulukan pemberian pujian daripada hukuman.

5. Menghormati muridnya.

6. Memberikan motivasi kepada para siswa agar giat dalam belajar.

7. Tidak mengajarkan suatu mata pelajaran yang tidak diminati para

siswa.

8. Memperlakukan siswa secara adil dan tidak pilih kasih.

9. Memberikan bantuan kepada para pelajar sesuai dengan tingkat

kesanggupannya.

10. Bersikap tawadhu (rendah hati) kepada para pelajar seperti

menyebut namanya yang baik dan sesuatu yang menyenangkan

hatinya.

Sedangkan menurut al-Ghazali dalam kaitanya dengan etika yang

wajib dilakukan oleh seorang guru adalah sebagai berikut:

1. Bersikap lemah lembut dan kasih sayang kepada para pelajar dan

mendorongnya agar mempersiapkan diri untuk mempersiapkan

kehidupan di akhirat kelak.

2. Seorang guru tidak meminta imbalan atas tugas mengajarnya.

3. Tidak menyembunyikan ilmu yang dimiliki sedikitpun.

4. Menjauhi akhlak yang buruk dengan cara apapun.

5. Tidak mewajibkan kepada para pelajar agar mengikuti guru

tertentu

6. Memperlakukan murid dengan kesanggupanya.

7. Seorang guru senantiasa bekerjasama dengan para pelajar didalam

membahas dan menjelaskan pelajaran yang akan diajarkan.

8. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya.

Page 31: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

20

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa secara sederhana untuk

menjadi seorang guru yang ideal haruslah memiliki niat yang tulus dalam

mendidik, mampu memahami muridnya secara lahir dan batin dengan

sikap kasih sayangnya, serta memberikan contoh yang baik melalui

teladannya agar dapat ditiru oleh muridnya. Jika hal yang demikian dapat

dilakukan oleh seorang guru, maka akan menjadikan guru tersebut sebagai

seorang guru tipe ideal serta menjadi idola bagi muridnya, sehingga murid

itu mengikuti perbuatan baik yang dilakukan gurunya menuju jalan

keselamatan di dunia dan akhirat.

3. Pengertian Murid

Kata murid berasal dari bahasa Arab ‘arada, yuridu iradatan, muridan

yang berarti orang yang menginginkan, dan menjadi salah satu sifat Allah

SWT yang berarti maha menghendaki. Pengertian seperti ini dapat

dimengerti karena seorang murid adalah orang yang menghendaki agar

mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan

kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya bahagia dunia akhirat dengan

jalan belajar yang sungguh-sungguh.9

Dalam perspektif psikologi, peserta didik adalah individu yang sedang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun

psikis. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten

menuju ke arah titik optimal fitrahnya, atau disebut juga raw material

(bahan mentah). Pengertian ini mengisyaratkan bahwa peserta didik

senantiasa tumbuh dan berkembang kearah positif, serta alamiah, dan

memerlukan bantuan, serta bimbingan orang lain.

Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa peserta didik

adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya

9 Ibid., h. 49.

Page 32: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

21

melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan

tertentu.10

Dalam perspektif Islam, peserta didik adalah individu yang tumbuh

dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religius dalam

mengarungi kehidupan di dunia dan akhirat kelak.

Selain kata murid, dijumpai pula kata al-tilmidz, al-mudarris, al-

thalib, dan al-muta’allim yang kesemuanya berasal dari bahasa Arab. Kata

al-tilmidz biasanya digunakan untuk menunjukan kepada murid yang

belajar di madrasah. Kata al-mudarris memiliki arti orang yang

mempelajari sesuatu. Kata ini lebih dekat dengan kata madrasah, namun

dalam praktiknya tidak demikian. Selanjutnya kata al-thalib memiliki arti

orang yang mencari sesuatu yang selanjutnya digunakan untuk pelajar

perguruan tinggi yang biasa disebut mahasiswa.

Jika kata murid, al-tilmidz, dan al-mudarris dinilai lebih mengacu

pada orang yang belajar pada tingkat madrasah saja, serta kata at-thalib

lebih yang digunakan untuk pelajar perguruan tinggi saja. Berbeda dengan

kata al-muta’allim dinilai memiliki sifat universal. Yaitu mencakup semua

orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkatan

dasar sampai dengan perguruan tinggi. Dengan kata lain istilah al-

muta’allim mencakup pengertian istilah murid, tilmidz, mudarris, thalib,

dan sebagainya. Sehingga dalam hal ini para ulama pendidikan dinilai

lebih banyak menggunakan kata al-muta’allim dalam menjelaskan

pengertian murid itu sendiri.11

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa peserta didik

adalah manusia yang belum dewasa yang memerlukan bimbingan,

pembinaan, dan bantuan untuk mencari ilmu pengetahuan melalui proses

pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan potensi baik

jasmani maupun rohani yang dimilikinya menuju yang lebih sempurna.

10 Tim Penyusun, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Jakarta: Depdiknas, 2003), Cet. , h.

11 Nata, op. cit., h. 53.

Page 33: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

22

4. Sikap Murid Terhadap Guru

Mudah ataupun sulitnya suatu ilmu yang dicari, bermanfaat atau

tidaknya suatu ilmu yang didapat sangat bergantung pada bagaimana sikap

seorang murid kepada gurunya. Seorang murid tentulah wajib

menghormati dan bersikap baik terhadap gurunya dalam arti senantiasa

menghormati dan memuliakan gurunya melalui ucapan dan perbuatan

yang ia lakukan.

Dalam hal ini al-Ghazali berpendapat mengenai etika yang harus

pelajar lakukan terhadap gurunya, yaitu meliputi:

a. Seorang pelajar harus membersihkan jiwanya dari akhlak yang buruk

dan sifat-sifat tercela.

b. Hendaknya tidak melibatkan diri dalam urusan duniawi

c. Tidak menyombongkan diri dengan ilmu yang dimiliki dan jangan

pula banyak memerintah guru.

d. Bagi pelajar pemula janganlah melibatkan atau mendalami perbedaan

pendapat para ulama, karena yang demikian itu dapat menimbulkan

prasangka buruk, keragu-raguan dan kurang percaya pada kemampuan

guru.

e. Seorang pelajar jangan berpindah dari suatu ilmu yang terpuji kepada

cabang-cabangnya kecuali setelah ia memahami pelajaran sebelumnya,

karena berbagai ilmu saling berkaitan satu sama lain.

f. Seorang pelajar jangan memperdalami satu bidang ilmu saja,

melainkan harus menguasai ilmu lainya juga.

g. Tidak melibatkan diri terhadap pokok bahasan tertentu, sebelum

melengkapi pokok pembahasan lain yang menjadi pendukung.

h. Alangkah baiknya mengetahui sebab-sebab pentingnya dan betapa

mulianya ilmu tersebut.

i. Niat dalam mencari ilmu harus didasarkan untuk menghias dan

mempercantik batinnya.

Page 34: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

23

j. Seorang pelajar harus mengetahui hubungan macam-macam ilmu dan

tujuan ilmu tersebut.12

Sejalan dengan pendapat al-Ghazali di atas, Albar Adetary Hasibuan

dalam bukunya yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam: Tinjauan

Pemikiran Al-Attas dan Relevansinya dengan Pendidikan di Indonesia,

menjelaskan bahwa pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas pun

demikian mengenai bagaimana sikap murid terhadap gurunya. Menurutnya

hal yang utama dalam proses pendidikan adalah pengamalan adab terlebih

dahulu, sebab ilmu tidak akan sampai pada murid tersebut kecuali yang

memiliki adab atau akhlak yang baik. Disamping itu seorang murid

dihimbau tidak tergesa-gesa dalam mencari guru yang baik, artinya

terlebih dahulu seorang murid harus selektif dalam memilih guru karena

pentingnya mendapatkan guru yang memiliki reputasi tinggi merupakan

suatu tradisi.13

Selanjutnya, seorang murid juga diharapkan untuk tidak bersikap

sombong terhadap diri sendiri dan kepada gurunya. Peserta didik harus

menghormati dan percaya pada gurunya serta harus bersabar dengan

kekurangan gurunya dan menempatkannya dalam perspektif yang wajar.14

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa peserta didik dalam

pandangan al-Ghazali dan Al-Attas tidak hanya mementingkan

intelektualnya saja melainkan pada perkembangan spiritual peserta didik.

Kunci keberhasilan dan bermanfaatnya ilmu setiap peserta didik terletak

pada sikap murid sebagai pribadi dan sikap murid sebagai penuntut ilmu.

Sebagai pribadi seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa

agar dapat dengan mudah menerima ilmu dan mengamalkannya. Selain itu

seorang murid harus menunjukkan akhlakul karimah terutama terhadap

gurunya. Adab atau akhlak yang baik inilah hal utama yang mesti

12 Ibid., h. 106-108.

13Albar Adetary Hasibuan, Filsafat Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malik Press, 2015), h. 63-

64. 14 Ibid,.

Page 35: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

24

diperhatikan oleh setiap peserta didik agar dapat mendapatkan ilmu yang

bermanfaat di dunia dan akhirat.

B. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Istilah Pondok berasal dari bahasa Arab yaitu funduq yang berarti

ruang tidur, asrama, tempat bermalam, wisma, maupun hotel. Dengan kata

lain, pondok mengandung arti sebagai tempat tinggal.15

Sedangkan kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe

dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri. Soegarda Poerbakawatja

juga menjelaskan pesantren berasal dari kata santri, yaitu seseorang yang

belajar agama Islam, sehingga dengan demikian, pesantren memiliki arti

tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang

menyebutkan bahwa asal etimologi dari pesantren adalah “pesantrian”

yang berarti “tempat santri”.16

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

pondok pesantren merupakan tempat dimana santri tinggal sekaligus

tempat dimana santri menerima pengajaran dan pendidikan dari guru atau

kiai guna mendalami ilmu pengetahuan agama Islam yang nantinya dapat

mengamalkannya sebagai pedoman hidup sehari-hari.

2. Sejarah Pondok Pesantren

Tinjauan sejarah mengenai asal-usul pondok pesantren, tidak

memberikan jawaban yang pasti kapan dan dimana sebenarnya pondok

pesantren pertama kali berdiri. Dari penelitian sejarah yang dilakukan oleh

beberapa ahli sejarah ditemukan perbedaan pendapat mengenai keberadaan

pondok pesantren yang pertama kali di Indonesia. Meskipun semuanya

menganggap pesantren sebagai produk asli Indonesia, ada perbedaan

pendapat mengenai proses lahirnya pondok pesantren ini.

15 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Kencana, 2007), Cet. I, h. 62.

16 Ibid., h. 61.

Page 36: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

25

Adapun perbedaan pendapat mengenai proses lahirnya pondok

pesantren ini secara garis besar dibagi kedalam dua kelompok diantaranya:

Pertama, kelompok ini berpendapat bahwa pesantren merupakan hasil

kreasi anak bangsa setelah mengalami persentuhan budaya dengan budaya

pra-Islam yaitu Hindu-Budha. Pesantren disamakan dengan mandala dan

asrama dalam khazanah lembaga pendidikan Hindu-Budha tersebut.

Tokoh-tokoh dalam kelompok ini diantaranya adalah Th. G. Pigeaud,

Geerts, Denis Lombard, dan Nurcholis Madjid.17

Nurcholis Majid menegaskan bahwa pondok pesantren merupakan

artefak peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan

keagamaan bercorak tradisional, unik, dan asli pribumi.18 Sehingga

keberadaan pondok pesantren dipastikan memiliki keterkaitan yang kuat

dengan sejarah dan budaya yang berkembang pada awal berdirinya yaitu

Hindu-Budha. Kemudian hanya meneruskan saja melalui proses Islamisasi

dengan segala bentuk penyesuaian dan perubahannya.

Tokoh lain Denis Lombard menyatakan bahwa pesantren memiliki

kesinambungan dengan lembaga keagamaan Pra-Islam karena memiliki

sejumlah persamaan antara keduanya. Seperti, letak dan posisi keduanya

yang cenderung jauh dari keramaian, adanya kebiasaan ber-uzlah

(berkelana) guna melakukan pencarian ruhani dari satu tempat ke tempat

lainnya, serta adanya ikatan “kebapakan” antara guru dan murid

sebagaimana ditunjukkan kiai dan santri.19

Kedua, kelompok ini berpendapat bahwa pondok pesantren

merupakan hasil adopsi dari lembaga pendidikan Islam Timur Tengah.

Kelompok ini meragukan kebenaran pendapat yang menyatakan bahwa

lembaga mandala dan asrama yang sudah ada semenjak zaman Hindu-

Budha merupakan tempat berlangsungnya praktek pengajaran tekstual

17 Amin Haedari, dkk., Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan

kompleksitas Global, (Jakarta: IRD Press, 2004), Cet. I, h. 2.

18 Nurcholis Majid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina,

1997), h. 3.

19 Haedari, op. cit., h. 3.

Page 37: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

26

sebagaimana di pesantren. Salah satu tokoh dalam kelompok ini adalah

Martin Van Bruinessen, salah seorang sarjana Barat yang concern terhadap

sejarah perkembangan dan tradisi pesantren di Indonesia.20

Selanjutnya Martin Van Bruinessen dalam bukunya yang berjudul

Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia

menjelaskan bahwa pesantren cenderung lebih dekat dengan salah satu

model sistem pendidikan di Al-Azhar dengan sistem pendidikan riwaq

yang didirikan pada akhir abad ke- 18 Masehi.21 Senada dengan pendapat

Martin, Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya Tradisi Pesantren: Studi

tentang Pandangan Kiai, menjelaskan bahwa pesantren, khususnya di

Jawa merupakan perpaduan antara madrasah dan pusat kegiatan tarekat,

bukanlah perpaduan antara Islam dengan Hindu-Budha.22

Mengenai siapa orang yang pertama kali mendirikan pondok

pesantren, menurut S.M.N Al-Attas menyebutkan bahwa Maulana Malik

Ibrahim oleh kebanyakan ahli sejarah dikenal sebagai penyebar pertama

Islam di Jawa yang mengislamkan wilayah-wilayah pesisir utara Jawa.

Sementara itu diidentifikasi bahwa pesantren mulai eksis sejak munculnya

masyarakat Islam di Nusantara. Akan tetapi pesantren yang dirintis

Maulana Malik Ibrahim belum jelas sistemnya, maka keberadaan

pesantrennya masih dianggap spekulatif dan diragukan. Namun seiring

berjalannya waktu, Raden Rahmat (Sunan Ampel) yang merupakan putra

dari Maulana Malik Ibrahim dianggap sebagai penerus misi suci

perjuangan ayahnya sehingga ia kemudian mendirikan pusat pendidikan

dan pengajaran, yang kemudian dikenal dengan pesantren Kembang

Kuning Surabaya. Dimana bentuk pesantrennya lebih jelas dan lebih

konkret dibanding pesantren rintisan ayahnya.23

20 Ibid., h. 4.

21 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di

Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), h. 37.

22 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kiai, (Jakarta: LP3ES,

1982), h. 34.

23 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi Institusi,

(Jakarta: Erlangga, t.t.), h. 8-9.

Page 38: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

27

Berangkat dari teka-teki siapa pendiri pesantren pertama kali di Jawa

khususnya, sepertinya analisis Lembaga Research Islam (Pesantren Luhur)

cukup cermat dan dapat dijadikan sebagai pedoman. Dikatakan bahwa

Maulana Malik Ibrahim sebagai peletak dasar pertama sendi-sendi

berdirinya pesantren, sedangkan Raden Rahmat (Sunan Ampel) yang

merupakan putranya sebagai wali pembina pertama di Jawa.24

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita pahami bahwa minimnya

data tentang pesantren baik berupa manuskrip maupun peninggalan sejarah

lain menjadikan keterangan-keterangan tentang pondok pesantren bersifat

prasangka dan sangat beragam. Namun hal ini tentunya menjadi alasan

yang kuat untuk terus melakukan kajian oleh para peneliti sejarah, karena

alasan inilah kajian tentang pondok pesantren dinilai sebagai bahan kajian

yang tidak pernah bosan untuk diperbincangkan.

Walaupun pondok pesantren dinilai memiliki umur yang sangat tua,

namun eksistensinya hingga zaman sekarang tetap diakui. Keberadaannya

sebagai lembaga pendidikan dirasa memiliki rahasia tersendiri sehingga

mampu bertahan karena selalu menyesuaikan dengan kebutuhan

kehidupan yang terus modern. Berangkat dari pandangan mengenai

keterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, Zamakhsyari

Dhofier membagi pondok pesantren menjadi 2 kategori yaitu pesantren

salafi dan khalafi. Pesantren salafi secara umum dapat dipahami sebagai

pesantren yang tetap mengajarkan kitab-kitab Islam klasik sebagai inti

pendidikannya. Selain itu penerapan sistem madrasah yang dipakai dalam

lembaga-lembaga pengajian bentuk-bentuk lama tanpa mengenalkan

pengajaran umum. Sedangkan pesantren khalafi telah memasukkan

pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan

atau membuka tipe-tipe sekolah umum di dalam lingkungan pesantren.25

dengan demikian dapat dipahami bahwa hingga sekarang pondok

24 Ibid., h. 9.

25 Dhofier, op. cit., h. 41.

Page 39: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

28

pesantren secara umum dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu

pesantren salafi (tradisional) dan pesantren khalafi (modern).

3. Tujuan pondok pesantren

Adanya tujuan pendidikan merupakan salah satu kunci dari

keberhasilan pendidikan, disamping faktor-faktor lain seperti: pendidik,

peserta didik, alat pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Keberadaan

empat faktor ini tidak ada artinya bila tidak diarahkan oleh suatu tujuan.

Hal ini menempatkan tujuan sebagai faktor yang sangat penting dalam

suatu proses pendidikan, begitu juga di dalam pondok pesantren.

Sekalipun tujuan pendidikan di pesantren belum secara rinci

dijabarkan dalam suatu sistem pendidikan yang lengkap dan konsisten

tetapi secara sistematis tujuan pendidikan di pesantren jelas menghendaki

produk lulusan yang mandiri dan berakhlak mulia serta bertakwa.

Menurut Nurcholish Majid, tujuan pendidikan pondok pesantren

adalah: “Membentuk manusia yang memiliki kesadaran tinggi bahwa

ajaran Islam merupakan pandangan dunia yang bersifat menyeluruh selain

itu produk pesantren juga diharapkan memiliki kemampuan tinggi untuk

mengadakan respon terhadap tantangan dan tuntunan hidup dalam konteks

ruang dan waktu yang ada (Indonesia dan dunia abad sekarang).”26

Di dalam bukunya yang berjudul Pesantren: Dari Transformasi

Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Prof. Dr. Mujamil Qomar

mengutip beberapa pendapat tokoh pendidikan, kemudian merumuskan

mengenai tujuan pondok pesantren ke dalam 2 tujuan, yaitu tujuan umum

dan tujuan khusus.

Tujuan umum pesantren adalah: “membina warga negara agar

berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan

menanamkan rasa keagamaan tersebut pada segi kehidupannya serta

menjadikan sebagai orang berguna bagi agama, masyarakat, dan Negara.”

Adapun tujuan khusus pesantren adalah:

26 Majid, op. cit., h. 18.

Page 40: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

29

a. Mendidik santri untuk menjadi seorang muslim yang bertakwa kepada

Allah SWT, berakhlak mulia, cerdas, terampil dan sehat lahir batin

sebagai warga negara yang berpancasila.

b. Mendidik santri untuk menjadi kader-kader ulama dan mubaligh yang

berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, mengamalkan sejarah Islam secara utuh

dan dinamis

c. Mendidik santri agar memiliki kepribadian yang baik dan memiliki

semangat kebangsaan yang tinggi.

d. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai

sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual.

e. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat

bangsa.27

Dari beberapa tujuan yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa tujuan pondok pesantren pada dasarnya memiliki tujuan yang

sangat komprehensif yaitu membentuk santri yang cerdas intelektualnya,

sehat jasmani dan rohaninya serta memiliki berkepribadian atau akhlak

yang luhur, serta menguasai ajaran-ajaran agama Islam sehingga dapat

mengamalkannya dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara,

sehingga terwujud manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

4. Kurikulum Pondok Pesantren

Sudah merupakan konsensus bila kurikulum merupakan instrumen

penting dalam pendidikan. Ini sekaligus menegaskan betapa kurikulum

sangat menentukan bagi mulusnya proses belajar mengajar dalam sebuah

lembaga pendidikan. Menurut Crow and Crow, kurikulum meliputi

bagaimana cara mengembangkan siswa dari segi mental, fisik, emosional,

sosial, spiritual, dan moral dengan melihat pengalaman-pengalaman

sebelumnya yang diamati dari proses belajar mengajar baik di dalam kelas

maupun diluar kelas.

27 Qomar, op. cit., h. 6-7.

Page 41: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

30

Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Abdullah Syukri Zarkasyi di

dalam bukunya “Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren”, Istilah

kurikulum awal mulanya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman

yunani kuno. Istilah kurikulum ini berasal dari bahasa Perancis, yaitu

“courier” yang berarti berlari. Sedangkan dalam bahasa Yunani diartikan

sebagai “jarak” yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Dari pengertian

ini dalam pendidikan dapat dipahami sebagai sejumlah pelajaran yang

harus ditempuh atau diselesaikan oleh peserta didik agar mendapatkan

ijazah.28

Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai istilah dunia pendidikan

sejak sekitar tahun 1955 dengan arti sejumlah mata pelajaran pada suatu

lembaga pendidikan. Hal ini tertulis dalam kamus Webster yang diartikan

kedalam dua macam pengertian, yaitu:

1. Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik pada

lembaga pendidikan guna mendapatkan ijazah.

2. Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga

pendidikan atau jurusan.29

Sedangkan dalam sistem pendidikan Islam, kurikulum dikenal

dengan istilah manhaj yang berarti “jalan terang”. Makna tersirat dari

jalan terang tersebut menurut Al-Syaibany adalah jalan yang harus

dilalui oleh para pendidik dan peserta didik untuk mengembangkan

keterampilan, pengetahuan, dan sikap mereka.

Jadi kurikulum pondok pesantren adalah keseluruhan usaha

lembaga pendidikan pondok pesantren yang telah direncanakan dan

diorganisasikan untuk mempengaruhi kegiatan belajar mengajar para

santri dalam mencapai tujuan pendidikan pondok pesantren yang telah

ditetapkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk

28 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005), h. 77.

29 Ibid., h. 78.

Page 42: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

31

membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang

diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan

sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam bukanlah

suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, akan tetapi

hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna baik

sebagai khalifah maupun ‘abd melalui transformasi sejumlah

pengetahuan keterampilan dan sikap mental yang harus tersusun dalam

kurikulum pendidikan Islam. Disinilah filsafat pendidikan Islam dalam

memberikan pandangan filosofis tentang hakikat pengetahuan,

keterampilan dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam

pembentukan manusia paripurna (al-insan al-kamil).30

Pada lembaga pendidikan pesantren tradisional (salafi) kurikulum

(materi pengajaran) memiliki beragam variasi yang berbeda, hal ini

karena kurikulumnya ditentukan oleh kiai nya masing-masing. Namun

secara umum pengajaran pada pesantren-pesantren model salafi adalah

kitab-kitab klasik karangan para ulama yang menganut madzhab

Syafi’iyah. Namun seiring dengan perkembangan, banyak juga

pesantren-pesantren salafi yang memberikan pengajaran ilmu-ilmu

umum yang tidak menyimpang dari tujuan utamanya.

Di beberapa pesantren lainnya menerapkan kombinasi ilmu yang

berbeda-beda karena belum ada standarisasi kurikulum baik yang

berskala lokal, regional maupun nasional. Upaya standarisasi kurikulum

yaitu biasa disebut kurikulum pemerintah selalu berhadapan dengan

otonomi pesantren sebagai pantulan dari otoritas kiai dan spesialisasi

ilmu yang didalaminya sehingga upaya standarisasi kurikulum ini tidak

pernah berhasil sehingga masih terjadi variasi kurikulum antar

pesantren. namun hal ini dinilai lebih baik karena setiap pondok

pesantren akan menunjukkan ciri khas dan keunggulan masing-masing.

Sedangkan penyamaan kurikulum dinilai membelenggu kemampuan

30 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h.

153.

Page 43: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

32

santri seperti halnya pengalaman madrasah yang mengikuti kurikulum

pemerintah dimana lulusan madrasah ternyata hanya memiliki

kemampuan setengah-setengah.31

5. Metode pengajaran pondok pesantren

Pengkategorian pesantren tradisional dan modern ternyata

mengakibatkan perubahan metode yang digunakan. Jika kita teliti tentang

perubahan metode pengajaran di pesantren, kita akan menemukan metode

yang bersifat tradisional dan modern. Metode tradisional ini merupakan

metode penyajian atau penyampaian di pesantren yang mengikuti

kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan, sedangkan yang bersifat

non tradisional yaitu metode yang baru diintrodusir ke dalam institusi

tersebut berdasarkan pendekatan ilmiah.32 Metode-metode tradisional

maupun modern tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sorogan dan Bandongan

Metode sorogan merupakan suatu metode yang ditempuh dengan

cara guru menyampaikan kepada santri secara individu, dimana para

santri satu persatu menghadap kiai atau para pembantunya dengan

membawa kitab tertentu. Selanjutnya kiai atau para pembantunya

membacakan kitab beberapa baris dengan makna dan penjelasannya,

setelah selesai kemudian santri tersebut mengulanginya hingga selesai.

Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran oleh semua santri.33

Sedangkan metode bandongan adalah dimana sekelompok santri

terdiri dari 5 sampai 500 orang mendengarkan seorang guru membaca,

menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku

Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri

dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-

kata atau buah pikiran yang sulit untuk dipahami.34

31 Qomar, op. cit., h. 112.

32 Ibid., h. 142.

33 Dhofier, op. cit., h. 28.

34 Ibid.

Page 44: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

33

b. Hafalan (Tahfizh)

Metode hafalan adalah cara mempelajari isi kitab yang telah

dipelajari dari kiai ataupun para pembantunya dengan cara menghafal,

dimana santri menghafal beberapa bait kalimat dari kitab-kitab tertentu

untuk kemudian diperdengarkan kepada kiai atau para pembantunya itu.

Metode hafalan ini pada umumnya diterapkan pada mata pelajaran yang

bersifat nadham (syair), bukan natsar (prosa); dan itupun pada

umumnya terbatas pada ilmu kaidah bahasa Arab, seperti Nadham Al-

Imrithi, Alfiyyah Ibn Malik, Nadham Al-Maqsud, Nadham Jawahir Al-

Maknun, dan lain sebagainya.35

c. Mudzakarah (Bahtsul Masa’il)

Metode ini sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan metode

musyawarah, yaitu sama-sama berdiskusi untuk membahas

permasalahan-permasalahan tentang keagamaan, masalah ibadah,

masalah aqidah dan lain sebagainya. Perbedaannya dengan metode

musyawarah adalah metode ini umumnya hanya dihadiri oleh para

santri tingkat tinggi, ustadz dan kiai.

d. Muqoronah

Muqoronah adalah suatu metode yang memfokuskan kegiatan

dalam hal perbandingan, baik perbandingan mengenai madzhab, materi,

metode dan kitab. Muqoronah ini biasanya hanya dilakukan oleh santri-

santri senior saja karena kegiatan membandingkan bukanlah hal yang

mudah. Seiring dengan berkembangnya zaman kegiatan Muqoronah

kini dibagi kedalam dua bagian, yaitu perbandingan antar ajaran agama

dan perbandingan antar madzhab.

e. Ceramah

Metode ceramah merupakan metode pengajaran dimana seorang

guru memberikan penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan

tempat tertentu yang dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk

memberikan pengertian terhadap suatu masalah dimana seorang murid

35 Haedari, op. cit., h. 17.

Page 45: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

34

duduk, melihat dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh seorang

guru.36

f. Muhadatsah atau muhawarah

Muhadatsah merupakan suatu kegiatan yang melatih bercakap-

cakap (melakukan komunikasi) dengan menggunakan bahasa Arab

yang diwajibkan oleh Kiai kepada para santrinya selama mereka berada

di lingkungan pesantren. Di beberapa pesantren biasanya metode ini

tidak diwajibkan setiap hari akan tetapi hanya pada waktu satu minggu

sekali atau dua minggu sekali.

Selain beberapa metode yang disebutkan di atas, tentunya masih

banyak metode yang digunakan di dalam pesantren. Bahkan di

pesantren saat ini sudah ditemukan beberapa metode yang dinilai cukup

modern, diantaranya adalah metode diskusi, seminar, karyawisata, dan

lain sebagainya. 37

C. Implementasi Hubungan Guru dan Murid di Pondok Pesantren

Tujuan pendidikan secara sederhana yaitu seorang murid mendapatkan

ilmu dan seorang guru mengamalkan ilmu akan tercapai dengan adanya

kerjasama atau hubungan yang baik antar keduanya. Pada diri seorang pendidik

harus sadar bagaimana ia bersikap terhadap diri sendiri dan peserta didiknya,

selain itu pada diri peserta didik juga harus tahu bagaimana dia bersikap

terhadap diri sendiri dan terhadap gurunya yang ia jadikan sebagai sumber

ilmu.

Namun kesadaran pun dirasa belum cukup tanpa adanya implementasi atau

penerapan yang nyata. Hal ini harus dilakukan setiap hari oleh pendidik dan

peserta didik di dalam lingkungan pendidikan dalam segala aspek hubungan

keduanya, terlebih dalam proses belajar mengajar di kelas.

Hubungan guru dan murid di pesantren dilakukan melalui dua poin utama

yaitu pemahaman dan pembiasaan. Pemahaman yang dimaksud disini adalah

proses belajar mengajar terhadap murid yang dilakukan melalui pembelajaran

36 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), Cet. IV, h. 289.

37 Qomar, op. cit., h.152.

Page 46: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

35

kitab akhlak yang banyak macam nya yang wajib diajarkan di setiap pondok

pesantren, sedangkan pembiasaan disini adalah pengaplikasian nilai-nilai

akhlak yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pondok

pesantren.

Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam

mengatakan bahwa murid adalah makhluk yang sedang berada dalam proses

perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka

memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsentrasi menuju ke arah titik

optimal kemampuan fitrahnya.38 Dari sini terlihat bahwa peran pendidik

sangatlah diperlukan dalam pembentukan kepribadiannya, sikap pendidik

memberikan sentuhan yang tepat dalam memperlakukan peserta didiknya maka

ia akan menghasilkan peserta didik yang baik, yaitu baik dari sisi

intelektualnya dan terlebih dari sisi moralitasnya.

Adapun sikap seorang pendidik yang baik adalah meliputi sikapnya

terhadap diri sendiri dan terhadap peserta didiknya. Dalam kaitannya dengan

sikap untuk meningkatkan kebaikan pada dirinya seperti yang dijelaskan Nik

Haryanti yaitu meliputi meningkatkan sikap mendekatkan diri dengan Allah

(taqarrub ila Allah), bersikap tenang, tidak menggunakan ilmunya untuk

meraih duniawi semata, meng-istiqomah-kan membaca Alquran dan tidak

menyalahgunakan ilmunya untuk kepentingan-kepentingan yang buruk.39

Selain itu, sisi profesionalitas pendidik sudah sepatutnya selalu

dikedepankan seperti sikap pendidik yang harus senantiasa membina siswa

dengan memberikan latihan-latihan yang bersifat membantu, selalu

memperhatikan kemampuannya, tidak memperlakukannya secara pilih kasih,

bersikap terbuka dan lapang dada, dan bersedia membantu memecahkan

masalah dan kesulitan yang dialami peserta didiknya.40

38 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam: bagian 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),

Cet., 1, h. 79

39 Nik Haryanti, “Implementasi pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Etika Pendidik”, Jurnal

Pendidikan, Vol. 8, No. 2, (Desember 2013), h. 449.

40 Ibid.,

Page 47: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

36

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tugas seorang pendidik

ternyata begitu banyak dan sangat penting serta terperinci sama halnya dengan

mengajak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian jika

pendidik sudah mampu menanamkan dan mengaplikasikan itu semua dengan

baik maka tugas dan tanggung jawab pendidik dalam hal pola hubungan guru

dan murid dirasa sudah cukup baik.

Selain dari sisi pendidik, adab atau etika murid terhadap gurunya juga

merupakan salahsatu faktor dari keberhasilan pendidikan, disamping nantinya

masih ada faktor lain yang mendukung keberhasilan pendidikan tersebut.

Karena menuntut ilmu adalah ibadah, maka murid hendaknya dapat

mendekatkan diri kepada Allah dengan membersihkan jiwa dan dihiasi dengan

akhlak terpuji, lebih utama murid itu dalam menuntut ilmu dengan syekh, dan

syekh tersebut hendaknya dihormati dan ditaati segala perintah dan nasehatnya

sebagaimana seorang yang sedang sakit mentaati perintah dan nasehat dokter.

Sikap peserta didik agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dimulai dari

penyucian jiwa, karena dengan jiwa yang bersih, seorang peserta didik akan

dapat fokus dan bersungguh-sungguh dalam belajarnya, yang selanjutnya

memperkuat motivasi mereka dalam belajar.41 Sementara itu berkaitan dengan

etika seorang peserta didik terhadap pendidiknya, peserta didik harus

menekankan penghormatan yang tinggi terhadap pendidiknya yaitu dengan

selalu memandang gurunya sebagai seorang yang terhormat dan mulia di setiap

kegiatan belajar mengajar sehari-hari baik di dalam kelas maupun di luar

kelas.42

Semua perbuatan murid tersebut akan diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari murid. Dimana dalam jiwa murid tersebut akan tumbuh sikap

memuliakan dan menegakkan wibawa serta menjaga nama baik gurunya, serta

selalu sopan dalam berbicara dan bersikap.

41 Sulhan dan Mohammad Muchlis Solichin, Etika Peserta Didik dalam Pembelajaran

Perspektif KH. Hasyim Asy’ari (Telaah Kitab Adabul ‘Alim wa al Muta’alim)” Jurnal Pendidikan

Akhlak, Vol. 8. No. 2 (Desember 2013), h. 197.

42 Ibid., 198

Page 48: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

37

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika antara

pendidik dan peserta didik terjalin hubungan yang baik, yaitu yang didasari

karena Allah SWT, serta sadar akan tugas dan tanggung jawab nya masing-

masing, dengan mengimplementasikan kesadarannya itu di dalam kegiatan

belajar mengajar setiap hari, maka tujuan pendidikan dalam membentuk

seseorang yang berkepribadian luhur bukanlah hal yang mustahil diwujudkan.

D. Penelitian Relevan

Skripsi Rini Yuliyanti (UIN Raden Intan Lampung, 2017) yaitu: Hubungan

Guru Dan Murid Menurut KH. Hasyim Asy’ari dan Implementasinya dalam

Tradisi Pembelajaran di Pondok Pesantren Nurul Hikmah. Menyimpulkan

bahwa: Konsep hubungan ustadz dan santri dalam pembelajaran menurut KH.

Hasyim Asy’ari meliputi etika santri terhadap ustadz, etika ustadz terhadap santri,

dan etika keduanya dalam pembelajaran. Adapun implementasi pemikiran KH

Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adabul Alim wa al Muta’alim dalam

pembelajaran di pondok pesantren Nurul Hikmah Lampung Timur telah

dilaksanakan dengan baik sehingga ustadz dan santri di pondok tersebut memiliki

hubungan yang baik dan erat.

Skripsi Iib Rohmatul Bahiyah (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006) yaitu:

“Implementasi Konsep Ta’dzim dalam Kitab Ta’lim Al-Muta’alim (Studi

Perbandingan di Pondok Pesantren Al-Sulaiman dan Pondok Pesantren Tarbiyah

Al-Falah Nur Al-Huda)” Menyimpulkan bahwa : pada dasarnya kepatuhan santri

pada kiai tidak ditujukan pada orangnya, kedudukan atau gelar yang

disandangnya, melainkan pada karamah (kemuliaan) yang diberikan Allah SWT

kepada kiai, yakni dalam wujud keilmuannya, maupun keluhuran akhlaknya.

Kedua pesantren memiliki konsep yang sama mengenai konsep ta’dzim walaupun

kedua kiai pesantren tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda,

namun pada kondisi santrinya kedua pondok memiliki kondisi yang berbeda.

Pondok pesantren Al-Sulaiman yang seluruh santrinya merupakan mahasiswa

UIN Jakarta unggul dalam hal teori namun dalam praktek dan implementasinya

kurang, sedangkan santri Al-Tarbiyah AL-Falah Nur Al-Huda yang variatif mulai

Page 49: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

38

dari tidak mengenyam pendidikan sekolah hingga hanya lulusan Sekolah

Menengah Atas (SMA) saja memiliki keunggulan dalam hal praktek dan

implementasi namun dalam pemahaman teori dirasa kurang, hal ini karena

perbedaan latar belakang santri yang berbeda, sehingga mengakibatkan

penguasaan dalam konsep ta’dzim juga berbeda.

Skripsi Maryati (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) yaitu: Konsep

Pemikiran Burhanuddin Al-Zarnuji tentang Pendidikan Islam (Telaah dalam

Perspektif Pola Hubungan Guru dan Murid). Menyimpulkan bahwa: dalam

proses belajar mengajar Burhanuddin al-Zarnuji menjelaskan bahwa hubungan

seorang guru dengan muridnya, guru harus memiliki kepribadian yang baik, sikap

lemah lembut, kasih sayang dan mendidik. Seorang guru juga harus memiliki

strategi yang tepat dalam mengajar. Secara garis besar Burhanuddin al-Zarnuji

menggarisbawahi bahwa dalam meningkatkan mutu pendidikan aspek moralitas

harus diperhatikan tanpa harus mengesampingkan aspek intelektualitasnya.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian relevan di atas

adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan dengan penelitian relevan ke-1 memiliki beberapa poin, yaitu.

Pertama, dalam teknik pengumpulan data tidak dibuat kisi-kisi/instrumen

terlebih dahulu baik wawancara maupun observasinya, sehingga hasil

wawancara dan observasi tidak sebutkan secara rinci dalam bentuk tabel.

Sedangkan pada penelitian ini dibuat kisi-kisi/instrumen dari tiap teknik

pengumpulan data dan dibuat tabel hasil penelitian sehingga dapat

dipahami dengan mudah. Kedua, pada penelitian relevan ke-1, hasil

dokumentasi tidak mendukung teknik pengumpulan data yang lain

(observasi dan wawancara) karena hanya sebatas foto peneliti dengan

pengajar dan santri. Sedangkan penelitian ini dokumen yang didapat

berupa daftar nama santri, daftar hukuman yang diberikan pihak pondok,

dan daftar pelanggaran santri yang telah terjadi, dimana data-data tersebut

dapat menjadi penguat dari hasil observasi dan wawancara dalam

penelitian ini. Ketiga, pada penelitian relevan ke-1, pada poin etika guru

dan murid dalam pembelajaran tidak disebutkan secara lengkap, melainkan

Page 50: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

39

hanya beberapa poin besar saja. Sedangkan pada penelitian ini disebutkan

secara lengkap dan dianalisis dengan implementasi yang terjadi di Pondok

Pesantren secara lengkap pula.

2. Perbedaan dengan penelitian relevan ke-2 yaitu, pada penelitian relevan

ke-2 hanya membahas tentang konsep etika murid terhadap guru namun

dalam studi perbandingan 2 pondok pesantren. Sedangkan penelitian ini

membahas 3 pola hubungan guru dan murid secara lengkap yang terdiri

dari etika murid terhadap guru, etika guru terhadap murid, serta etika

murid dan guru dalam pembelajaran yang di implementasikan di 1 pondok

pesantren.

3. Perbedaan dengan penelitian relevan ke-3 yaitu, pada penelitian relevan

ke-3 membahas pola hubungan guru dan murid secara lengkap dalam

perspektif Burhanuddin Al-Zarnuji. Sedangkan penelitian ini dalam

perspektif K.H. Hasyim Asy’ari.

Page 51: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian yang berjudul Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H.

Hasyim Asy’ari dan Implementasinya dalam Pembelajaran di Pondok

Pesantren Sa’id Yusuf Depok (Studi Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim)

dilakukan di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf Depok, Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

03 Agustus 2018 sampai dengan 26 Juli 2019

2. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan

mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.1 Dengan metode ini

suatu masalah nantinya dapat dijelaskan dengan gamblang dan mudah

dipahami.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, artinya penelitian

ini tidak menggunakan prosedur analisis perhitungan angka (statistik)

dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.2

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), cet.

I., h.2.

2 Rexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), cet.

XXXV, h. 6.

Page 52: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

41

Penelitian ini merupakan kegiatan studi lapangan, mengumpulkan data

melalui kegiatan wawancara, studi dokumen, dan pengamatan atau

observasi dengan instrumen yang telah disusun sesuai data yang dibutuhkan

sebagai alat bantu peneliti dalam mengumpulkan informasi. Maka dari itu

penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu metode

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek

sesuai apa adanya, dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan analisa

kualitatif.3

2. Sumber Data Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid, maka diperlukan sumber data

penelitian yang valid pula. Dilihat dari jenis penelitiannya, maka penelitian

ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber

data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti,

sedangkan data sekunder merupakan data-data yang mendukung data

primer, yaitu buku-buku dan literatur yang relevan dengan tema penelitian

ini.

a. Sumber primer yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah kitab

Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya K.H. Hasyim Asy’ari dan hasil

observasi terhadap peristiwa yang terjadi di lapangan. Dimana pada

penelitian ini pola hubungan guru dan murid dalam aktivitas

pembelajaran yang menjadi objek observasi penulis.

b. Sumber sekunder yang dipakai penulis dalam penelitian ini diantaranya:

1) Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-

Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2001)

2) Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju

Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, t.t.)

3) Suwendi, Konsep Kependidikan K.H. M. Hasyim Asy’ari, (Ciputat:

LekDiS, 2005)

3 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 157.

Page 53: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

42

4) Data yang bersumber dari wawancara dan dokumentasi sebagai data

pendukung, berupa foto-foto kegiatan pondok pesantren serta

wawancara yang dilakukan dengan pengasuh, guru, maupun siswa

di pondok pesantren tersebut.

5) Dan sumber yang ditulis oleh penulis lain yang berkaitan dengan

pembahasan.

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan, dalam hal ini akan selalu ada hubungan

antara teknik pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin

dipecahkan. Pengumpulan data tidak lain adalah suatu proses penyediaan

data untuk keperluan penelitian.

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang

mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan teknik atau cara dalam

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan

cara dan sikap guru mengajar, sikap siswa dalam proses belajar, dan juga

kepala sekolah atau pengasuh yang memberikan pengarahan kepada

pengajar maupun siswanya.4

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi non

partisipatif, yaitu penulis tidak ikut secara langsung dalam kegiatan,

melainkan hanya berperan mengamati kegiatan saja. Hal ini

dimaksudkan agar penulis lebih terfokus dan seksama melakukan

4 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2006), Cet II, h. 220.

Page 54: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

43

pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran terutama terhadap pola

hubungan sikap guru dan murid di dalam kelas maupun di lingkungan

pondok pesantren.

Tabel 3.1

Kisi-kisi observasi aktivitas belajar murid / santri

NO ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR

I Pra Pembelajaran

1. Tempat duduk masing-

masing murid

1.1 Murid duduk dengan rapih

sesuai dengan apa yang

telah diajarkan

2. Kesiapan menerima

pembelajaran

2.1 Murid menyiapkan tempat

duduk untuk guru

2.2 Murid menyiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan

oleh guru

2.3 Murid memfokuskan

pandangan kepada guru

2.4 Murid berdoa sebelum

belajar

II Kegiatan Inti Pembelajaran

3. Memperhatikan penjelasan

materi pelajaran

3.1 Murid tidak mengobrol

ketika pembelajaran

3.2 Murid hanya membuka

buku pelajaran yang sedang

diajarkan

4. Bertanya saat proses

penjelasan materi

4.1 Murid bertanya tentang

materi yang belum diahami

dengan cara yang baik

5. Ketepatan penggunaan

bahasa yang baik dan

benar

5.1 Murid menggunakan bahasa

yang santun ketika

berbicara

5.2 Murid menggunakan nada

yang lembut ketika

berbicara

III Kegiatan Penutup

6. Membaca doa penutup 6.1 Murid membaca doa setelah

kegiatan belajar selesai

7. Ketertiban meninggalkan

kelas

7.1 Murid tidak mendahului

guru ketika keluar kelas

Page 55: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

44

Tabel 3.2

Kisi-kisi observasi aktivitas mengajar guru

7.2 Murid tertib dan tidak gaduh

ketika meninggalkan kelas

IV Sikap dalam pembelajaran

di lingkungan pesantren

8. Sikap berjalan di hadapan

guru

8.1 Murid menundukkan badan

ketika berjalan di hadapan

guru

8.2 Murid memperlambat

langkah ketika berjalan di

hadapan guru

9. Kepatuhan terhadap

perintah guru

9.1 Murid selalu mengerjakan

apa yang diperintahkan guru

10. Takzim kepada guru 10.1 Murid selalu mengucapkan

salam ketika bertemu guru

10.2 Murid mengistimewakan

guru

NO ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR

I Pra Pembelajaran

1. Tempat duduk guru dan

murid

1.1 Guru menempatkan diri

pada posisi duduk yang baik

dan strategis

1.2 Guru mengatur posisi

duduk murid putra dan

santri putri

2. Kesiapan memberikan

pengajaran

2.1 Guru mengucapkan salam

sebelum memulai

pengajaran

2.2 Guru membaca doa ketika

hendak memulai pengajaran

II Kegiatan Inti Pembelajaran

3. Memberikan penjelasan

materi pelajaran

3.1 Guru menggunakan bahasa

yang sederhana dan mudah

dipahami

3.2 Guru selalu semangat dalam

menjelaskan materi kepada

murid

Page 56: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

45

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu yang bertujuan untuk mengetahui hal-

hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan

situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan

melalui observasi.5

5 Sugiyono, op. cit., h. 261.

4. Memfasilitasi adanya

interaksi dengan murid

4.1 Guru memberi kesempatan

murid untuk bertanya

5. Menjaga kenyamanan

dalam belajar

5.1 Guru tidak membuat murid

merasa bosan dalam belajar

5.2 Guru menampakkan wajah

yang berseri

6. Sikap kasih sayang dalam

mengajar

6.1 Guru memberi motivasi

kepada murid agar tetap

semangat belajar

7. Tutur kata yang baik 7.1 Guru menggunakan tutur

kata yang lembut

III Kegiatan Penutup

8. Pemberian kesimpulan

dari materi yang telah

diajarkan

8.1 Guru menyimpulkan materi

yang telah diajarkan

9. Membaca doa penutup 9.1 Guru membaca doa setelah

pengajaran selesai

9.2 Guru mengucapkan salam

ketika hendak pergi

meninggalkan kelas

IV Sikap dalam pembelajaran

di lingkungan pesantren

10. Sikap adil 10.1 Guru tidak membeda-

bedakan perlakuan

terhadap masing-masing

murid

11. Sikap tawaduk 11.1 Guru tidak malu ikut

kegiatan murid

Page 57: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

46

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai pengasuh pondok

pesantren / guru pengajar kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dan

beberapa siswa. Dimana wawancara yang dilakukan peneliti merupakan

wawancara terstruktur karena dalam pedoman wawancara, pewawancara

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang telah

disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.6

Tabel 3.3

Kisi-kisi wawancara murid dan guru

6 Ibid., h. 140

Fokus Dimensi Indikator Sumber

data

Implementasi

hubungan

guru dan

murid

menurut K.H

Hasyim

Asy’ari di

Pondok

Pesantren

Sa’id Yusuf

1. Hal-hal yang

dilakukan

sebelum

belajar

1.1 Murid meminta

petunjuk Allah

mengenai pemilihan

seorang guru

setelah belajar kitab

‘Adabul ‘Alim wal

Muta’allim

1.2 Murid mencari

informasi mengenai

seseorang yang akan

dijadikan guru

setelah belajar kitab

‘Adabul ‘Alim wal

Muta’allim

1.3 Murid mempelajari

ilmu yang

mempelajari hal-hal

pokok terlebih

dahulu

1.4 Murid terlebih

dahulu mempelajari

Alquran secara

mendalam

Santri /

murid

pondok

pesantren

Sa’id

Yusuf

2. Sikap ketika

pembelajaran

berlangsung

2.1 Murid menunjukkan

sikap yang baik di

awal pembelajaran

Page 58: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

47

2.2 Murid menunjukkan

sikap yang baik di

tengah proses

pembelajaran

2.3 Menunjukkan sikap

yang baik ketika

menjumpai

permasalahan dalam

belajar

2.4 Murid menunjukkan

sikap yang baik di

akhir pembelajaran

3. Sikap ketika

di luar kelas /

di

lingkungan

pondok

pesantren

3.1 Murid selalu

mematuhi perintah

guru

3.2 Murid menunjukkan

sikap yang baik

ketika guru

memarahi

3.3 Murid menunjukkan

sopan santun ketika

bertemu dengan

guru di luar kelas

3.4 Murid menunjukkan

sikap yang baik

walaupun ketika

tidak terlihat oleh

guru

4. Sikap yang

ditunjukkan

guru

terhadap

murid

4.1 Murid mampu

menjelaskan sikap

guru terhadap

dirinya

5. Hal-hal yang

dilakukan

sebelum

mengajar

5.1 Guru memiliki niat

yang tulus dalam

mengajar

5.2 Guru berdoa dan

berzikir sebelum

mengajar

Guru

pengajar

kitab

Adabul

‘Alim

wal

Muta’alli

m

Page 59: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

48

5.3 Guru menunjukkan

kesiapan di awal

mengajar

5.4 Guru mengecek

kehadiran murid

sebagai wujud

kepedulian terhadap

murid

6. Sikap yang

ditunjukkan

ketika

sedang

mengajar

6.1 Guru menggunakan

bahasa yang baik

dan benar

6.2 Guru menunjukkan

kebijaksanaan

terhadap murid baru

6.3 Guru menunjukkan

kebijaksanaan ketika

menghadapi

pertanyaan dari

santri

6.4 Guru menunjukkan

kebijaksanaan ketika

menghadapi murid

yang malas di kelas

6.5 Guru memberikan

motivasi ataupun

pujian terhadap

murid yang

berprestasi

7. Sikap kasih

sayang yang

ditunjukkan

di luar kelas /

lingkungan

pondok

7.1 Guru mengenal

nama dan

kepribadian masing-

masing murid

7.2 Guru perhatian

terhadap aktivitas

murid setiap hari

7.3 Guru memanggil

murid dengan nama

yang baik

7.4 Guru mendoakan

kebaikan murid

7.5 Guru menunjukkan

kebijaksanaan ketika

Page 60: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

49

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

tertulis, gambar, foto, maupun elektronik. Dimana dokumen-dokumen

yang dihimpun dan dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah yang

akan diteliti.7

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen berupa peraturan pondok

pesantren, sanksi-sanksi pelanggaran, data pelanggaran dan foto/gambar

yang berkenaan dengan kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren,

dimana foto-foto tersebut berhubungan dengan bentuk implementasi

ajaran yang ada dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim karya K.H.

Hasyim Asy’ari.

2. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode

Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, menyatakan bahwa: Dalam

teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan

data yang bersifat gabungan, yaitu menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, dan bila seorang peneliti

melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data yang sekaligus mengurusi kredibilitas atau keabsahan

suatu data.8

7 Sukmadinata, op. cit., h. 221.

8 Sugiyono, op. cit., h. 270.

menjumpai murid

yang berbuat salah

8. Sikap yang

ditunjukkan

murid

terhadap

guru

8.1 Guru mampu

menjelaskan sikap

murid terhadap

dirinya

Page 61: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

50

Selanjutnya, ia menyebutkan bahwa triangulasi terbagi menjadi 2 yaitu

triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Dimana triangulasi teknik berarti

seorang peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda

untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, sedangkan triangulasi

sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama.9

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, dimana

peneliti berusaha mewawancarai lebih dari satu orang di pondok pesantren

tersebut yakni pengasuh pondok pesantren yang juga sebagai pengajar kitab

Adabul ‘Alim wal Muta’allim, dan beberapa murid / santri yang belajar kitab

tersebut, serta mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari operator

pondok pesantren seperti profil pondok pesantren, data pondok pesantren,

dan data murid yang ada di pondok pesantren tersebut. Hal ini peneliti

lakukan guna memperoleh data yang lebih luas, tuntas, dan pasti.

Disamping itu, dengan triangulasi diyakini akan lebih meningkatkan

kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah

dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.10

Analisis yang akan digunakan adalah analisis deskriptif dengan

menjabarkan hasil temuan di lapangan mengenai bagaimana hubungan guru

dan murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan implementasinya dalam

pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf Depok. Pemilihan objek

penelitian ini berdasarkan pada temuan peneliti bahwa pondok pesantren

tersebut telah mengajarkan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dimana kitab

9 Ibid., h. 271

10 Ibid., h. 275

Page 62: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

51

tersebut mengajarkan sikap antara guru dan murid atau lebih khusus

mengajarkan bagaimana keduanya dalam berakhlak yang baik.

Analisis data di lapangan mulai dilakukan pada saat observasi, yaitu

dilanjutkan dengan wawancara dan dokumentasi. Adapun aktivitas yang

dilakukan pada saat analisis ini adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya

terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Hal ini dilakukan mengingat

data yang diperoleh di lapangan cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara

teliti dan rinci sehingga nantinya data yang telah direduksi ini akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.11

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan

teks yang bersifat naratif.12 Hal ini peneliti lakukan dengan cara

menjabarkan data hasil wawancara dan observasi dengan teks naratif,

harapannya akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

c. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan penyajian data, langkah terakhir adalah penarikan

kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum

yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif juga merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada.

11 Ibid., h. 277-278

12 Ibid., h. 280.

Page 63: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi K.H. Hasyim Asy’ari

1. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’ari

K.H. Hasyim Asy’ari memiliki nama asli yaitu Muhammad Hasyim Asy’ari

yang lahir pada hari Selasa Kliwon 24 Dzulqaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengan

tanggal 14 Februari 1871 Masehi di Jombang Jawa Timur, tepatnya di sebuah desa

kecil bernama Desa Gedang. Beliau merupakan anak ketiga dari sepuluh bersaudara

dari pasangan K.H. Asy’ari dan Nyai Halimah yang mana ayahnya tersebut

merupakan pendiri Pesantren Keras. Kakeknya yaitu K.H. Usman pendiri Pesantren

Gedang, serta Kakek Buyutnya yaitu K.H. Sihah merupakan pendiri Pesantren

Tambak Beras yang berada di wilayah barat kota Jombang.1

K.H. Hasyim Asy’ari hidup di dalam keluarga yang sangat kuat akan

pendidikan agama Islam, karena ia merupakan keluarga kiai serta berada di

lingkungan yang sangat religius yaitu di lingkungan pesantren sejak kecil. Hal ini

tentunya memberikan sentuhan tersendiri bagi K.H. Hasyim Asy’ari. Sebagaimana

keluarga pesantren pada umumnya, K.H. Hasyim Asy’ari dididik oleh ayahnya

K.H. Asy’ari terutama pendidikan di bidang ilmu-ilmu Alquran dan beberapa

literatur keagamaan. Sejak kecil, K.H. Hasyim Asy’ari sudah memperlihatkan

kecerdasannya, terbukti saat beliau berumur 13 tahun, beliau sudah dipercaya untuk

mengajar orang-orang yang jauh lebih tua dari usianya.2

Dari latar belakang keluarga yang telah diuraikan di atas, dapat dipahami

bahwa K.H. Hasyim Asy’ari merupakan seorang anak kiai yang memiliki

kecerdasan di atas rata-rata kebanyakan anak seusianya. Kelebihannya tersebut

terbentuk dari sosok ayahnya yang merupakan seorang kiai yang sangat religius

1 Herry Mohammad, dkk.Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema

Insani, 2006), h. 21.

2 Ibid., h. 22.

Page 64: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

53

serta lingkungan yang mendukung dalam pembentukan pribadi dan kecerdasannya

dalam memperdalam ilmu agama Islam.

Setelah dirasa cukup bekal dasar-dasar ilmu agama dari ayahnya tersebut, K.H.

Hasyim Asy’ari pergi untuk menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren, terutama

di Jawa yang meliputi Shona, Siwalan Buduran, Langitan Tuban, Demangan

Bangkalan, dan Sidoarjo. Setelah lama menimba ilmu di Pondok Pesantren

Sidoarjo, K.H. Hasyim Asy’ari terkesan untuk melanjutkan belajarnya hingga ia

terus berguru kepada K.H. Ya’kub yang merupakan Kiai di Pondok Pesantren

tersebut. Hingga lambat laun Kiai Ya’kub merasakan kesungguhan dan keluhuran

budi pekerti K.H. Hasyim Asy’ari dalam perilaku kesehariannya. Sehingga K.H.

Ya’kub berkeinginan untuk menjodohkan K.H. Hasyim Asy’ari dengan putrinya

yang bernama Khadijah. Tepatnya pada tahun 1892, ketika K.H. Hasyim Asy’ari

berumur 21 tahun, dirinya melangsungkan pernikahan dengan putri K.H. Ya’kub

tersebut.3

Setelah melangsungkan pernikahannya itu, K.H. Hasyim Asy’ari bersama

istrinya, Khadijah segera melakukan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.

Sekembalinya dari ibadah haji, K.H. Ya’kub selaku mertuanya menganjurkan K.H.

Hasyim Asy’ari untuk kembali ke Makkah dengan tujuan menuntut ilmu agama

Islam. Hal ini karena adanya tradisi pada masa itu bahwa seorang ulama belumlah

dianggap cukup ilmunya jika belum menuntut ilmu di Makkah bertahun-tahun.4

Setelah merasa cukup persiapan mental dan lainnya, K.H. Hasyim Asy’ari

bersama istri dan mertuanya berangkat ke Makkah untuk mukim dalam rangka

menuntut ilmu agama Islam disana. Ketika telah menetap di Makkah kurang lebih

tujuh bulan, istri K.H. Hasyim Asy’ari melahirkan seorang putra yang kemudian

diberi nama Abdullah. Akan tetapi, beberapa hari setelah melahirkan, istrinya

meninggal dunia. Bahkan, selang kurang dari empat puluh hari dari wafatnya

istrinya itu, putra tercintanya juga meninggal dunia. Akhirnya pada tahun

3 Suwendi, Konsep Kependidikan K.H.M. Hasyim Asy’ari, (Ciputat: LeKDiS, 2005), h. 15-16.

4 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005), h.114.

Page 65: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

54

berikutnya K.H. Hasyim Asy’ari kembali bersama mertuanya. Tidak lama

kemudian K.H. Hasyim Asy’ari pergi lagi ke Makkah bersama adik kandungnya

yang bernama Anis pada tahun 1390 H / 1893 M.5

Dari hal tersebut, dapat dilihat bahwa sosok K.H. Hasyim Asy’ari merupakan

sosok santri yang sangat haus akan ilmu agama Islam, beliau menimba ilmu bukan

hanya di berbagai pondok pesantren Tanah Air saja, akan tetapi juga menimba ilmu

sampai ke Makkah. Hal ini bukan hanya karena nasihat dari mertuanya untuk

menuntut ilmu disana, akan tetapi juga karena memperdalam ilmu agama di kota

Makkah merupakan dambaan yang diidam-idamkan oleh kalangan santri pada saat

itu, termasuk sosok K.H. Hasyim Asy’ari itu sendiri.

Dalam perjalanannya menuntut ilmu di Makkah, K.H. Hasyim Asy’ari bertemu

dengan beberapa tokoh yang berasal dari Indonesia maupun tokoh ulama Makkah

langsung, semuanya kemudian ia jadikan sebagai gurunya dalam berbagai disiplin

ilmu agama Islam. Diantara guru-gurunya di Makkah yang berasal dari Indonesia

adalah Syaikh Mahfudz al-Tirmasi yang merupakan putra Kiai Abdullah yang

memimpin pesantren Tremas dan Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau dari

Minangkabau. Selain itu, guru dari Makkah diantaranya adalah Syaikh. al-‘allamah

Abdul Hamid al-Darustani, Syaikh Muhammad Syuaib al-Maghribi, Syaikh Ahmad

Amin al-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid Ahmad ibn Hasan al-Athar,

Syaikh Sayyid Yamay, Sayyid Alawi ibn Ahmad al-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki,

Sayyid Abdullah al-Zawawy, Syaikh Shaleh Bafadhal, dan Syaikh Sultan Hasyim

Dagastani.6

Dari ulama-ulama inilah K.H. Hasyim Asy’ari belajar berbagai disiplin ilmu

meliputi Fiqih, ulum al-hadits, tauhid, tafsir, tasawuf, nahwu, sharaf, mantiq,

balaghah, dan disiplin ilmu agama Islam lainnya. Dari berbagai disiplin ilmu

tersebut, K.H. Hasyim Asy’ari lebih banyak memusatkan perhatian dan

keahliannya pada ilmu hadits.

5 Ibid.

6 Suwendi, op.cit., h. 21-22.

Page 66: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

55

Setelah kurang lebih tujuh tahun bermukim di Makkah dan memiliki banyak

ilmu tentang agama Islam, K.H. Hasyim Asy’ari memutuskan untuk kembali

pulang ke kampung halamannya. Hal ini diawali dari Kiai Romli beserta

keluarganya yang datang untuk menunaikan ibadah haji. Kiai Romli merupakan

seorang ulama sekaligus pedagang yang berasal dari Kediri, Jawa Timur. Kiai

Romli datang ke Makkah bersama anaknya bernama Nafisah. Kehadiran Kiai

Romli beserta keluarganya inilah yang ternyata mengubah hidup K.H. Hasyim

Asy’ari. Hal ini terlihat tak lama setelah keluarga tersebut datang dan menunaikan

ibadah haji, Kiai Romli menikahkan putrinya tersebut dengan K.H. Hasyim

Asy’ari.7

Ketika rombongan Kiai Romli pulang ke tanah air inilah, K.H. Hasyim Asy’ari

ikut serta pulang ke Indonesia. Sudah tujuh tahun K.H. Hasyim Asy’ari berada di

Makkah dan telah mengantongi berbagai disiplin ilmu-ilmu keIslaman. Karena

keluasan ilmunya di bidang keIslaman, mulai dari teologi, fikih, tasawuf dan

lainnya itulah, akhirnya ia diberi gelar Hadrah asy-Syaikh. 8

2. Kiprah Sosial K.H. Hasyim Asy’ari

Setelah melakukan perjalanan intelektual di Makkah dengan waktu yang cukup

lama, tampaknya telah membuat K.H. Hasyim Asy’ari memiliki kecakapan-

kecakapan tersendiri, terutama dalam pengetahuan keagamaan. Oleh karena itu

K.H. Hasyim Asy’ari berani untuk terjun dalam masyarakat luas dibanyak bidang

keagamaan. Diantara aktivitas yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari sepulang

dari menuntut ilmu di Makkah diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Menjadi sosok pengajar

Mengajar memang merupakan profesi yang ditekuni K.H. Hasyim

Asy’ari sejak kecil. Sejak masih belajar di pondok pesantren di Tanah Air,

ia sering dipercaya oleh gurunya untuk mengajar santri-santri yang baru

masuk. Bahkan, ketika di Makkah ia pun juga mengajar. Sehingga sepulang

7 Mohammad, op. cit., h. 23.

8 Ibid.

Page 67: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

56

dari aktivitasnya belajar di Makkah, ia membuka pengajian keagamaan

secara terbuka untuk umum. Dalam waktu yang relatif singkat, pengajian

yang ia pimpin menjadi terkenal, terutama di tanah Jawa. Hal ini disebabkan

oleh beberapa faktor, seperti kepribadiannya yang luhur, sikap pantang

menyerah, serta kekuatan spiritual yang ia miliki, yang dikenal oleh

masyarakat luas sebagai karamah. Dari keberhasilannya inilah, selanjutnya

ia diminta membantu mengajar di pondok pesantren Nggedang milik

ayahnya yang awalnya didirikan oleh kakeknya yaitu K.H. Usman.9

b. Mendirikan Pondok Pesantren

Setelah sukses mengajar di pondok pesantren milik ayahnya, K.H.

Hasyim Asy’ari meminta izin untuk mendirikan pondok pesantren di tempat

lain. Permintaan tersebut langsung direspon baik oleh Kiai nya, hal ini

terlihat dari diizinkannya K.H. Hasyim Asy’ari membawa 28 orang santri

untuk mengisi dan membantu dalam kegiatan di pondok pesantren yang

baru nanti. Akhirnya tepat pada tanggal 26 Rabi’ al-Awwal 1320 H.

bertepatan dengan 6 Februari 1906 M., K.H. Hasyim Asy’ari mendirikan

pondok pesantren yang dikelolanya sendiri di desa Tebuireng, Jombang

Jawa Timur. Pesantren tersebut diberi nama Pondok Pesantren Tebuireng.

K.H. Hasyim Asy’ari sengaja memilih lokasi ini karena penduduknya yang

pada masa itu dikenal banyak yang menjadi penjudi, perampok, dan

pemabuk.10

Dikisahkan bahwa kehidupan K.H. Hasyim Asy’ari banyak tersita

untuk membina santri-santrinya itu. Bertahun-tahun lamanya K.H. Hasyim

Asy’ari membina pesantrennya menghadapi berbagai rintangan dan

hambatan, terutama dari masyarakat sekelilingnya. Namun pesantren

tersebut terus berkembang dengan pesat. Santri yang awalnya hanya 28

orang kemudian bertambah dari tahun ke tahun hingga ribuan orang.

9 Nata, op.cit., h. 117-121.

10 Suwendi, op.cit., h.28.

Page 68: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

57

Santrinya pun bukan hanya berasal dari daerah sekitar, melainkan juga dari

berbagai pelosok Tanah Air.11

Upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan mulai dilakukan. Hal

yang pertama dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari bagi pondok pesantren

Tebuireng adalah mendirikan Madrasah Salafiah pada tahun 1919. Hal ini

merupakan tangga untuk memasuki tingkat menengah pesantren Tebuireng.

Pembaharuan ini merupakan ide dari K.H. Hasyim Asy’ari yang meminta

untuk memasukan kurikulum pendidikan umum disamping pendidikan

keagamaan. Pendidikan umum yang dimaksud adalah seperti belajar

membaca dan menulis huruf latin, mempelajari Bahasa Indonesia, ilmu

bumi, sejarah Indonesia, serta ilmu berhitung. Cita-cita ini terus diwujudkan

hingga tahun-tahun berikutnya, hingga pada akhirnya tepat pada tahun

1929, K.H. Hasyim Asy’ari menunjuk K.H. Ilyas untuk menjadi pimpinan

atau Kepala Madrasah Salafiah untuk melanjutkan cita-citanya bagi Pondok

Pesantren Tebuireng yang ia dirikan.12

c. Mendirikan Organisasi Nahdlatul Ulama

Dalam rangka mewujudkan cita-citanya dalam bidang pendidikan, K.H.

Hasyim Asy’ari melihat bahwa diperlukannya sebuah wadah yaitu berupa

organisasi. Demi mewujudkan tujuan tersebut, maka pada tanggal 31

Januari tahun 1926, ia bersama dengan K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan

sejumlah ulama lainnya di Jawa Timur mendirikan Jamiah Nahdlatul Ulama

(NU).13 Sejak awal didirikannya NU, K.H. Hasyim Asy’ari dipercaya

memimpin organisasi tersebut sebagai Rais Akbar. Jabatan ini ia pegang

dalam beberapa periode kepengurusan.

Tujuan didirikannya NU dalam bidang pendidikan yang dimaksud

adalah untuk memperkokoh pengetahuan keagamaan di kalangan

masyarakat.

11 Nata, op.cit., h. 122.

12 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h.

123

13 Nata, loc.cit.

Page 69: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

58

Hal ini sebagaimana termaktub dalam Statuten perkoempoelan

Nahdlatul-‘Oelama, yaitu: Fatsal 2. Adapoen maksoed

perkoempoelan ini jaitoe: Memegang dengan tegoeh pada salah

satoe dari mazhabnja Imam empat, jaitoe Imam Moehammad bin

Idris Asj-Sjafi’I, Imam Malik bin Anas, Imam Aboe Hanifah An-

Noe’man, atau Imam Ahmad bin Hambal, dan mengerdjakan apa

sadja jang mendjadikan kemaslahatan Agama Islam.14

Selain latar belakang di atas, disebutkan secara lengkap bahwa faktor

utama berdirinya Nahdlatul Ulama adalah mempertahankan ajaran Islam

Ahlussunnah wal Jama’ah dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia

dari kekuasaan penjajah. Hal ini karena NU merupakan salah satu upaya

dalam melembagakan wawasan tradisi keagamaan yang dianut jauh

sebelumnya yaitu paham Ahlussunnah wal Jama’ah. Selain itu juga NU

sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain, baik yang bersifat sosial,

budaya, atau keagamaan yang lahir di masa penjajahan, pada dasarnya

merupakan perlawanan terhadap penjajah.15

d. Berjuang Melawan Penjajah

Hidup di zaman penjajahan, menjadikan K.H. Hasyim Asyari juga turut

andil dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsanya. Pada masa revolusi

fisik inilah, K.H. Hasyim Asy’ari terkenal tegas terhadap para penjajah. Hal

ini terlihat dari seruan jihadnya yang menggelorakan para santri dan

masyarakat Islam untuk melawan penjajah dan menolak bekerja sama

dengan para penjajah.16 Seruan ini dikenal dengan nama “Resolusi Jihad”.

Resolusi Jihad merupakan bentuk seruan para ulama yang dipimpin

oleh K.H. Hasyim Asy’ari untuk melawan penjajah. Hal ini dilatarbelakangi

karena para ulama merasa prihatin dengan terancamnya Republik Indonesia.

Sehingga para ulama yang dipimpin K.H. Hasyim Asy’ari tersebut

menyerukan jihad dengan menyebutkan “Naskah Resolusi Jihad” yang

berisi 2 seruan. Pertama, berisi tentang permohonan kepada Pemerintah

14 Suwendi, op. cit., h. 30.

15 Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja: Memahami, Mengamalkan

dan Mendakwahkan Ahlussunnah wal Jama’ah, (Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa

Timur, 2016), h. 407.

16 Nata, op. cit., h. 123.

Page 70: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

59

Republik Indonesia agar menentukan sikap dan tindakan nyata terhadap

usaha-usaha yang membahayakan kemerdekaan, agama dan Negara

Indonesia serta melanjutkan perjuangan “sabilillah” untuk tegaknya NKRI

dan agama Islam. Kedua, berisi tentang hukum fardlu ‘ain menolak dan

melawan penjajah.17

e. Penulis Kitab

Sebagai seorang intelektual, K.H. Hasyim Asy’ari telah

menyumbangkan banyak hal yang berharga bagi pengembangan peradaban,

di antaranya adalah sejumlah literatur keagamaan dan sosial. Karya-karya

K.H. Hasyim Asy’ari yang terkenal diantaranya adalah sebagai berikut.18

1) Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim tentang pendidikan akhlak bagi

pengajar dan pelajar

2) Ziyadat Ta’liqot, bantahan dan kritik atas pendapat Syaikh Abdullah bin

Yasin

3) At-Tanbihat al-Wajibat Liman Yasna’u al-Maulid bi al-Munkarat, berisi

tentang kritikan kegiatan maulid yang dilakukan dengan cara munkar

4) Ar-Risalah al-Jami’ah, berisi tentang penjelasan mengenai keadaan

orang mati, tanda-tanda kiamat serta seputar sunnah dan bid’ah.

5) Annur al-Mubin fi Mahabbati Sayyid al-Mursalin, berisi tentang

kecintaan kepada Rasulullah SAW

6) Hasyiyat ‘ala Fathi ar-Rahman bi Syahri Risalat al-Wali Risalani li

SyaiK.H.i al-Islam Zakariya al-Anshori

7) Ad-Duror al-Muntasiroh fi al-Masail al-Tis’a Asyarata, berisi tentang

tarekat dan tasawuf

8) At-Tibyan fi Nahyi ‘an Muqotho’at al-Arham wa al-Aqrab wa al-

Akhwan, berisi tentang pentingnya silaturahmi

9) Ar-Risalah at-Tauhid

10) Al-Qowa’id fi Bayani ma Yasibu min al-Aqaid

17 Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, op. cit., h. 423.

18 Ryan Putra Langgeng Asmoro, Etika dalam Pendidikan: Studi Kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’alim Karya K.H. Hasyim Asy’ari, 2018, h. 3, (www.academia.edu).

Page 71: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

60

11) Dhanul Misbah, berisi tentang bab nikah

12) Miftahul Falah, kitab hadits bab nikah

13) Audhohul Bayan, berisi tentang amalan di bulan Ramadhan.

14) Irsyadul Mukminin, berisi tentang sirah nabawi

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa sosok K.H. Hasyim Asy’ari

adalah seseorang yang aktif di segala bidang, selain sebagai aktivis

keagamaan dan kemasyarakatan serta pejuang kemerdekaan, dirinya juga

seseorang yang sangat produktif dalam berkarya ilmiah. Hal ini dibuktikan

dari hasil karya tulisnya yang jumlahnya cukup banyak.

Selain beberapa karya di atas, pidato-pidato K.H. Hasyim Asy’ari juga

diterbitkan dalam beberapa surat kabar, seperti Soeara Nahdlatul Oelama,

Soeara MIAI, dan Soeara Moeslimin Indonesia. Namun cukup disayangkan

bahwa sejumlah karya K.H. Hasyim Asy’ari di atas tidak seluruhnya dapat

diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum. Beberapa karyanya ada

yang belum dipublikasikan yang dinilai disebabkan oleh sistem

dokumentasi yang kurang maksimal.19

Setelah banyak menyumbangkan pemikirannya dalam sebuah karya

tulis, serta membantu memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia

hingga merdeka, tepat pada tanggal 25 Juli 1947 K.H. Hasyim Asy’ari

pulang ke Rahmatullah. Selain meninggalkan jasa tersebut, beliau

meninggalkan suatu peninggalan yang monumental yaitu Pondok Pesantren

Tebuireng, yang merupakan pondok pesantren tertua dan terbesar di Jawa

Timur. Selain pondok pesantren tersebut, ada juga organisasi Nahdlatul

Ulama yang perkembangannya sangat besar hingga memiliki sekolah dari

tingkatan Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi.20

19 Suwendi, op. cit., h. 40.

20 Hasbullah, op.cit., h. 127.

Page 72: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

61

B. Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari Terkait Hubungan Guru dan Murid

Dari sekian banyaknya kitab yang ditulis oleh K.H. Hasyim Asy’ari, ada salah

satu karyanya yang berisi mengenai hubungan antara guru dengan murid, yaitu

kitab yang berjudul Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Kitab ini menjelaskan tentang

pentingnya etika dalam menuntut ilmu, karena menuntut ilmu merupakan pekerjaan

agama yang mulia. Sehingga diperlukan etika-etika yang mulia yang harus dimiliki

oleh murid sebagai pencari ilmu dan guru sebagai pengamal ilmu. Etika-etika yang

khusus membahas mengenai hubungan guru dan murid tersebut terdiri dari etika

murid terhadap guru, etika guru terhadap murid, dan etika guru dan murid dalam

pembelajaran.

1. Etika murid terhadap guru

Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari mengenai etika murid terhadap gurunya

mencakup dua belas ketentuan, yaitu:

a. Seorang murid hendaknya terlebih dahulu mempertimbangkan dan

meminta petunjuk kepada Allah agar dipilihkan guru yang nantinya akan

diambil ilmu dan diteladani budi pekertinya.

b. Seorang murid hendaknya bersungguh-sungguh dalam mencari seorang

guru yang benar-benar memiliki keahlian di bidang syariat dan dapat

dipercaya serta guru yang memiliki segudang pengalaman karena sering

berkumpul dan berdiskusi dengan orang-orang berilmu.

c. Selalu patuh dalam berbagai hal dan tidak menentangnya. Hal ini

dilakukan sebagaimana seorang murid memposisikan dirinya sebagai

pasien yang memposisikan gurunya sebagai dokter.

d. Memandang guru dengan rasa hormat dan memuliakannya. Serta

meyakini akan keagungan gurunya.

e. Mengetahui akan hak-hak gurunya dengan cara terus mendoakan

kebaikan untuk gurunya baik ketika masih hidup ataupun ketika telah

meninggal, serta menghormati sanak keluarga dan kerabatnya.

Page 73: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

62

f. Bersikap sabar ketika seorang guru marah dan bersikap kasar. Kesabaran

ini dalam rangka menerima pengajaran dari guru ketika seorang pelajar

telah berbuat salah.

g. Menemui guru pada tempat yang semestinya, tidak menemui guru selain

di majelis, kecuali dengan meminta izin terlebih dahulu.

h. Duduk dihadapan guru dengan etika yang baik sebagaimana yang telah

diajarkan, seperti duduk bersimpuh di atas kedua lututnya, duduk

tasyahud seperti dalam sholat tanpa meletakkan tangan di atas paha, atau

duduk bersila dengan rasa tawadhu.

i. Berbicara dengan kata-kata yang baik dan santun.

j. Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama, walaupun dirinya telah

mengetahui ilmu tersebut. Hal ini dilakukan seolah-olah ia belum

mengetahui ilmu tersebut dan sedang haus akan ilmu yang diberikan

gurunya.

k. Ketika gurunya sedang berbicara, hendaknya seorang murid tidak

memotong pembicaraannya, mendahului ataupun membarenginya.

l. Ketika menerima atau menyerahkan sesuatu kepada guru hendaknya

menggunakan tangan kanan.21

2. Etika Guru terhadap Muridnya

Terdapat empat belas etika seorang guru terhadap muridnya, yaitu:

a. Dalam memberikan pengajaran dan pendidikan kepada murid, seorang

guru hendaknya memiliki niat dan tujuannya semata-mata mendapatkan

ridlo Allah SWT. Hal ini karena mengajarkan ilmu merupakan salah satu

urusan terpenting dalam agama dan merupakan kedudukan tertinggi bagi

orang mukmin.

b. Tidak diperkenankan untuk menghentikan pengajaran terhadap murid

ketika tidak mempunyai ketulusan hati.

21 Hadratussyaikh K.H.M. Hasyim Asy’ari, Pendidikan Akhlak untuk Pelajar dan Pengajar,

Terj. dari Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, (Jombang:

Pustaka Tebuireng, 2016), h. 24-34.

Page 74: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

63

c. Mendekatkan murid pada suatu yang benar dan menjauhkan murid dari

sesuatu yang tercela, serta memperlakukan anak didiknya dengan penuh

kasih sayang dan kelembutan.

d. Menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti dalam

menyampaikan ilmu kepada muridnya.

e. Bersemangat dan sungguh-sungguh dalam memberi pemahaman kepada

muridnya, dengan tidak memperbanyak keterangan yang dikhawatirkan

akan membuat bingung ataupun merusak memori otak muridnya.

f. Meminta murid untuk menghafal dan selalu mengulang-ulangi

hafalanya, serta memberikan pujian kepada murid yang mampu

menjawab dengan benar dengan maksud memotivasinya.

g. Bilamana ada murid yang belajar sangat keras melebihi batas

kemampuannya, atau masih dalam batas kemampuannya akan tetapi guru

takut hal itu akan membuat murid bosan, maka guru menasihati murid

tersebut agar mengasihi dirinya sendiri.

h. Berlaku adil pada murid dengan tidak mengistimewakan murid tertentu.

Hal ini agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial.

i. Dekat dengan murid, artinya guru hendaknya mengetahui nama, latar

belakang serta kepribadian murid-muridnya, serta mendoakan kebaikan

kepada mereka.

j. Memperhatikan segala aktivitas yang dilakukan diantara muridnya mulai

dari segi tutur katanya, yaitu dengan mengajarkan pada setiap murid agar

senantiasa memberi salam dan berbicara dengan perkataan yang baik.

k. Berusaha memotivasi dan membantu memperbaiki keadaan murid untuk

mewujudkan kebaikan seperti menjaga konsentrasi pikiran mereka.

l. Menanyakan keadaan muridnya yang tidak masuk kepada murid yang

lainnya mengenai keadaannya itu. Apabila murid tersebut tidak hadir

pada saat pembelajaran dalam waktu yang cukup lama, hendaknya guru

mengirim surat ke keluarganya atau lebih baik mendatangi rumahnya

langsung sebagai wujud kepedulian dan kasih sayang terhadap murid.

Page 75: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

64

m. Hendaknya seorang guru bersikap tawaduk atau rendah hati kepada

semua muridnya.

n. Memberi perlakuan yang baik dengan cara berbicara dengan lemah

lembut pada setiap muridnya, serta memanggilnya dengan panggilan

yang disukai muridnya.22

3. Etika Murid dan Guru dalam Pembelajaran

Terdapat tiga belas macam etika yang harus diimplementasikan oleh

seorang murid dalam pembelajaran. Tiga belas etika ini merupakan hal yang

penting yang harus dijadikan pegangan seorang murid ketika dalam

pembelajaran. Etika-etika tersebut antara lain:

a. Seorang murid hendaknya mempelajari hal-hal yang pokok yang terdiri

dari empat macam cabang ilmu terlebih dahulu. Empat cabang ilmu

tersebut yaitu, pengetahuan tentang zat Allah SWT, pengetahuan tentang

sifat-sifat Allah SWT, mempelajari hukum Islam (fikih), dan mengetahui

ilmu tasawuf.

b. Mempelajari Alquran serta memahami tafsirnya dengan sungguh-

sungguh, serta giat dalam memahami segala macam ilmu yang

berhubungan dengan Alquran. Hal ini dikarenakan Alquran merupakan

induk dari segala ilmu.

c. Tidak diperkenankan bagi setiap murid untuk terlalu sibuk mempelajari

perbedaan dikalangan ulama.

d. Meminta guru atau orang lain yang mumpuni untuk memeriksa materi

pelajaran yang telah ditulis sebelum menghafalnya, agar yang dia hafal

sudah teruji kebenarannya, kemudian setelah selesai menghafal, ia

mengulanginya secara berulang-ulang.

e. Bersegera menghadiri majelis ilmu untuk mendengarkan dan

mempelajari suatu ilmu, terutama ilmu hadits.

f. Seorang murid apabila dianggap sudah memahami penjelasan dari satu

kitab, maka hendaknya ia beralih pada kitab-kitab yang lebih luas lagi

22 Ibid, h. 84-100.

Page 76: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

65

pembahasannya. Selain itu motivasi belajar murid dalam belajar harus

tinggi, serta tidak cepat puas menerima ilmu yg sedikit.

g. Selalu menyediakan waktu apabila gurunya mengadakan pengajian.

h. Ketika menghadiri majelis ilmu, hendaknya memberi salam dengan suara

yang jelas. Kemudian memberi salam hormat kepada guru dan ketika

akan keluar dari majelis, hendaknya mengucapkan salam kembali.

i. Tidak sungkan untuk bertanya dan meminta penjelasan kepada gurunya

terkait hal yang dianggapnya sulit. Karena jika murid malu bertanya

dikhawatirkan akan tampak kekurangannya saat berkumpul dengan para

tokoh.

j. Setiap murid harus tertib dan menunggu gilirannya ketika belajar.

k. Hendaknya murid duduk dengan baik di hadapan guru sesuai yang telah

diajarkan. Serta tidak meletakkan kitab yang sedang dibaca di atas lantai

dalam keadaan terbuka, melainkan memegangnya dengan baik.

l. Hendaknya seorang murid fokus pada satu kitab terlebih dahulu, apabila

sudah dianggap menguasai kitab tersebut maka ia boleh mempelajari

kitab lainnya.

m. Bersama-sama saling memberikan motivasi antar sesama murid agar

kegiatan belajar mengajar menyenangkan.23

Bukan hanya seorang murid saja yang diwajibkan memiliki adab, hal ini

pun berlaku untuk seorang guru., karena guru merupakan contoh bagi setiap

muridnya. Adapun adab yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam

pembelajaran adalah:

a. Seorang guru hendaknya membersihkan diri dari hadas dan najis sebelum

mengajar.

b. Memantapkan hati bahwa yang ia lakukan semata-mata karena Allah

SWT dalam menyiarkan agama Islam.

23 Ibid, h. 39-50.

Page 77: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

66

c. Saat hendak meninggalkan rumah, terlebih dahulu membaca do’a yang

telah diajarkan oleh Rasulullah SAW. serta membaca dzikir sepanjang

perjalanan menuju tempat mengajar.

d. Mengucapkan salam ketika sampai di majelis, dilanjutkan dengan duduk

yang khusyuk dan tenang dengan penuh karisma dan wibawa, serta

diusahakan menghadap kiblat dan tidak banyak bergurau dan tertawa.

e. Tidak mengajar dalam keadaan sangat lapar, haus, marah, ngantuk, serta

keadaan lainnya yang dapat mengganggu aktivitas mengajar.

f. Mencari posisi yang strategis dalam mengajar serta duduk dengan baik

sesuai yang diajarkan, dan tetap menghormati orang yang lebih alim.

g. Memuliakan orang-orang yang berada di majelis tersebut dengan

menunjukan tutur kata yang baik dan wajah yang berseri.

h. Sebelum memulai pelajaran hendaknya membaca ayat Alquran dan

berdoa untuk para hadirin yang telah menghadiri majlis tersebut,

membaca taawuz, basmalah dan selawat kepada Nabi Muhammad SAW.

i. Seorang guru hendaknya menjelaskan pelajaran dengan baik dengan

tutur kata dan gaya berbicara yang tepat, sehingga orang yang

mendengarkan dapat memahami penjelasan dengan baik.

j. Seorang guru harus membuat suasana kelas tetap kondusif dan

menghindari keramaian.

k. Jika ada yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahui maka

katakanlah “tidak tahu” karena ungkapan tersebut tidak menurunkan

derajat keilmuannya.

l. Memberikan kesempatan bertanya kepada murid yang belum paham.

m. Hendaknya guru bersikap ramah tamah pada orang yang baru ikut serta

dalam pengajiannya, agar orang tersebut merasa nyaman selama

pembelajaran berlangsung

n. Hendaknya seorang guru membaca doa ketika kegiatan pembelajaran

selesai.24

24 Ibid, h. 72-81.

Page 78: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

67

C. Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf didirikan oleh Kiai Sa’roni dan beberapa

saudaranya pada bulan Agustus tahun 2007. Kiai Sa’roni bukanlah

merupakan keturunan para pendiri pesantren, namun beliau menganggap

bahwa orangtua nya hanyalah “orang baik” yang setiap hari mengajarkan

ilmu agama kepada masyarakat dengan berkeliling ke mushola-mushola

sekitar, sehingga orangtua nya berkeinginan agar anak-anaknya menjadi

pengajar dan pendidik agar dapat bermanfaat bagi banyak orang. Maka dari

itu muncullah ide dari Kiai Sa’roni dan beberapa saudaranya untuk

mendirikan lembaga pendidikan yang berpayung hukum yaitu dengan

mendirikan Pondok Pesantren.

Selain alasan tersebut, Kiai Sa’roni juga melihat bahwa kondisi

masyarakat masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan yang pada

akhirnya mereka tidak dapat mengenyam pendidikan, yang pada akhirnya

akan membawa pada keterbelakangan dan kebodohan. Kekhawatiran inilah

menjadi alasan Kiai Sa’roni mendirikan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf.

Nama Sa’id Yusuf diambil dari salahsatu anggota keluarga pewakaf dan

donatur tetap. Salah satu anggota keluarga pewakaf memiliki kakek bernama

Haji Sa’id dan Haji Yusuf, maka untuk mengenang keluarga dari pewakaf

inilah nama Pondok Pesantren ini diberi nama Pondok Pesantren Sa’id

Yusuf.25

Berdasarkan dokumentasi yang penulis temukan, proses belajar

mengajar di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf ditunjang oleh beberapa unit

pendidikan formal, antara lain:

a. Raudhatul Athfal (RA)

b. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)

c. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

d. Madrasah Aliyah (MA)

25 Hasil wawancara pribadi dengan K.H. Sa’roni selaku pengasuh P.P. Sa’id Yusuf, pada

tanggal 2 Februari 2019.

Page 79: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

68

2. Tujuan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

Kiai Sa’roni mendirikan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf mempunyai visi

dan misi yang jelas. Visi dari didirikannya Pondok Pesantren Sa’id Yusuf ini

adalah lembaga yang berwibawa, terkemuka, berdedikasi, berdasarkan

Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Adapun misi dari Pondok Pesantren

ini yaitu menjadikan generasi yang cerdas spiritual, emosional, dan

intelektual.

Selain itu, Kiai Sa’roni mendirikan Ponpes Pesantren Sa’id Yusuf

memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan secara

umum didirikannya Pondok Pesantren Sa’id Yusuf adalah “menegakkan

kalimat Allah” (Li I’lai Kalimatillah). Sedangkan tujuan khususnya adalah

mengangkat kembali nilai-nilai agama Islam yang nyaris hilang di

masyarakat sekarang ini.

Untuk mencapai harapan-harapan di atas, Pondok Pesantren menerapkan

beberapa program unggulan, diantaranya:

a. Tata Bahasa Arab (Nahwu-Shorof)

b. Shalat Dhuha dan Tahajud

c. Baca tulis Alquran dan Tahsin

d. Bahasa Inggris dengan menggunakan sistem pesantren

e. Muhadhoroh (Latihan Ceramah)

f. Pendidikan Agama yang meliputi Ilmu Tauhid (Akidah), Ilmu Fikih, dan

Ilmu Tasauf (Akhlak)

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf terletak di Kampung Parung Bingung,

Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok

Jawa Barat. Pondok pesantren ini memiliki luas tanah sekitar 7000 meter

persegi, dan luas bangunan sekitar 1500 meter persegi yang terdiri dari ruang

kelas untuk belajar, asrama sebagai tempat tinggal santri, lapangan sebagai

sarana olahraga, masjid sebagai tempat beribadah sekaligus tempat belajar

santri, serta tempat tinggal guru untuk guru yang mukim di pesantren. Semua

kondisi gedung tersebut adalah bangunan permanen.

Page 80: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

69

3. Kurikulum Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf adalah pondok pesantren yang

memadukan antara pondok pesantren tradisional dan pondok pesantren

modern. Tradisional yang dimaksud adalah kekuatan pada pembelajaran kitab

kuning dan ilmu alat, sedangkan modern yang dimaksud adalah kemampuan

berbahasa baik Arab maupun Inggris sebagai pendukung. Namun Kiai

Sa’roni menganggap Pesantren ini lebih cenderung kepada jenis pondok

pesantren tradisional (Salaf) karena beliau menganggap pondok pesantren ini

lebih memfokuskan pada penguasaan kitab kuning dan ilmu alat dari pada

kemampuan berbahasa.

Adapun karakteristik atau ciri-ciri umum Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

adalah adanya Kiai, Santri, Masjid, Pondok atau Asrama, dan Kitab Kuning.

Sedangkan ciri-ciri khususnya adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada

kitab-kitab kuning seperti Kitab Al-Jurumiyah, Amtsilla At-Tashrifiyah,

Imrithi, Alfiyyah, Safinatunnajah, Fathul Qorib, ‘Aqoid Diniyyah, Tafsir

Jalalain, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, dan lain sebagainya yang diajarkan

dengan berbagai macam metode yaitu, sorogan, bandongan, dan ceramah.

Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren dan juga

pendidikan yang ada didalamnya yaitu:

a. Adanya hubungan akrab antara Kiai dan Santri

b. Adanya kepatuhan santri kepada kiai

c. Tidak adanya hukuman dalam proses pembelajaran

d. Pengutamaan akhlak dan etika santri daripada kecerdasan intelektual

e. Akses keluar masuk santri tidak dibatasi secara ketat agar santri dapat

berbaur dengan masyarakat

f. Jiwa tolong menolong dan persaudaraan sangat menonjol di pergaulan

masyarakat pesantren.

Selain ciri-ciri di atas, penulis menemukan bahwa di Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf dimuat aturan-aturan yang sangat ketat dimana terdapat sanksi

yang beragam mulai dari pelanggaran ringan, sedang, hingga pelanggaran

Page 81: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

70

yang berat. Peraturan yang dimuat terdiri dari beberapa kewajiban yang harus

dilakukan oleh santri, dan beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan

santri. Aturan-aturan tersebut diantaranya seperti

a. Wajib menaati dan mematuhi segala perintah guru

b. Wajib menghormati seluruh dewan guru dan pengasuh

c. Menunjukkan perilaku yang baik kepada sesama santri, guru, dan

pengasuh

d. Wajib menggunakan tutur kata yang sopan kepada sesama santri,

guru, dan pengasuh

e. Dilarang keluar pondok tanpa izin

f. Dilarang masuk ke kamar dan ruangan lain tanpa mengucapkan

salam

g. Dan lain sebagainya.26

Adapun mengenai sanksi atau hukuman yang diberlakukan di Pondok

Pesantren Sa’id Yusuf, tidak terdapat adanya hukuman yang bernuansa

kekerasan fisik, melainkan hukuman yang diberikan bersifat mendidik.

Hukuman-hukuman yang diberikan diantaranya yaitu:

a. Menulis atau menghafal mufrodat

b. Menulis kalimat istighfar dalam jumlah tertentu

c. Menulis atau menghafal ayat Alquran

d. Membersihkan sampah

e. Mencari sampah plastik kemudian menjualnya

f. Dan lain sebagainya.27

Peraturan dan sanksi yang telah dituliskan oleh pihak pondok pesantren

di atas, berlaku bagi seluruh santriwan dan santriwati dalam kegiatan belajar

baik ketika belajar di dalam kelas, maupun di lingkungan pondok pesantren

dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali.

26 Daftar Peraturan dan Sanksi Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

27 Ibid.,

Page 82: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

71

Berdasarkan hasil studi dokumen, kegiatan belajar di Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf dimulai dari jam 04 pagi yaitu pembiasaan sholat malam dan

sholat subuh berjamaah. Selanjutnya di pagi hari hingga siang hari setiap

santri menempuh pendidikan formal di tiap jenjang masing-masing, hingga

akhirnya pada sore sampai malam, santri kembali ke pondok pesantren untuk

belajar pelajaran kepesantrenan.

Adapun secara rinci dapat digambarkan kegiatan santri sebagai berikut:

WAKTU KEGIATAN

04.00-05.00 Bangun Tidur, shalat Tahajud dan shalat

shubuh berjamaah di masjid

05.00-06.00 Belajar materi keislaman sesuai kelas masing-

masing

06.00-07.00 Sarapan pagi dan persiapan berangkat

sekolah formal

07.00-12.50 Belajar di sekolah formal

12.50-13.30 Shalat zuhur dan makan siang

13.30-15.00 Istirahat ( tidur siang )

15.00-17.00 Shalat Ashar, belajar pelajaran pondok

17.00-18.00 Mandi dan shalat Magrib berjamaah di masjid

18.00-20.00 Belajar pondok dilanjutkan dengan Shalat Isya

berjamaah dan makan malam

20.00-22.00 Mengulang pelajaran

22.00-04.00 Istirahat ( Tidur malam )

Page 83: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

72

D. Pembelajaran Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim di Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf

Berdasarkan hasil observasi penulis terkait pembelajaran kitab Adabul ‘Alim

wal Muta’allim, di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf diajarkan satu kali dalam

seminggu, tepatnya pada minggu malam dan dilaksanakan setelah sholat maghrib

hingga waktu isya yang bertempat di masjid pondok. Kitab ini diajarkan langsung

oleh Kiai Sa’roni yang juga sebagai pengasuh pondok pesantren Sa’id Yusuf yang

disampaikan dengan metode ceramah, dimana pada pembelajaran ini semua murid

hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa memegang kitab masing-masing.

Pada awal pembelajaran, seluruh santri menempati posisi duduk yaitu santri

laki-laki duduk di depan berjajar rapih dan santri putri duduk di belakang secara

rapih pula. Diantara seluruh santri, ada beberapa santri yang menyiapkan tempat

duduk dan mikrofon untuk K.H. Sa’roni sebagai pengajar serta menyiapkan air

minum di dalam gelas agar ketika proses pembelajaran berlangsung, sang Kiai tidak

merasa kehausan.

Setelah guru dan murid siap, K.H. Sa’roni memulai pembelajaran dengan

mengucap salam dan mengajak seluruh santri berdoa bersama. Dalam kegiatan

pembelajaran, K.H. Sa’roni tidak melakukan pengecekan kehadiran santri-

santrinya melainkan langsung menjelaskan isi pelajaran dengan metode ceramah

yang sangat menarik yaitu dengan ceramah dibumbui dengan humor, hal ini

berhasil membuat semua santri fokus memperhatikan dan tidak merasa bosan.

Di akhir pembelajaran tidak ada evaluasi mengenai pembelajaran yang telah

berlangsung, melainkan K.H Sa’roni memberikan pertanyaan kepada santri serta

tidak lupa memberikan kesempatan kepada seluruh santrinya untuk bertanya jika

ada hal yang belum difahami, hal ini membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih

aktif berkat adanya proses tanya jawab antara kiai dengan santri.

Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim tidak masuk dalam penilaian di rapor,

melainkan diajarkan saja sebagai pembelajaran rutin. Dalam pengajaran kitab ini,

Sang Kiai memiliki tujuan untuk membekali santrinya mengenai pentingnya

Page 84: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

73

memiliki akhlak dan etika yang baik yang mencakup akhlak kepada diri sendiri

maupun kepada orang lain dengan harapan seluruh santri menjadi pribadi yang ber-

akhlakul karimah.

E. Implementasi Hubungan Guru dan Murid dalam Pembelajaran di Pondok

Pesantren Sa’id Yusuf

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap berbagai sumber seperti

pengasuh pondok sekaligus pengajar, maupun santri, Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

merupakan salah satu pondok pesantren yang memang mengimplementasikan nilai-

nilai yang diajarkan dalam Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, yang berkaitan

dengan hubungan murid dengan guru dalam pembelajaran di setiap harinya. Hal ini

dilihat dengan adanya etika yang guru dan murid lakukan. Etika tersebut mencakup

etika murid kepada guru, etika guru kepada murid, dan etika keduanya dalam

pembelajaran. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan pengasuh Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf sekaligus pengajar yaitu K.H. Sa’roni. Beliau mengatakan bahwa:

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf ini memang salah satu pondok pesantren di

Kota Depok yang mengajarkan kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim selain

juga Pondok Pesantren At-Tibyan yang diasuh oleh K.H. Yusuf Hidayat

yang letaknya juga tidak jauh dari sini. Belajar kitab ini kan belajar adab,

atau istilah lainnya adalah akhlak, yang memang pembelajaran ini harus

banyak praktiknya. Jadi pastilah di sini menekankan pada praktik dalam

kegiatan sehari-hari baik dengan guru maupun dengan sesama santri.

Alhamdulillah segala bentuk pengamalannya saya pantau sendiri selama 24

jam.28

Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

sangat memperhatikan aspek praktik dari hasil belajar kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’allim, hal ini sangat diperhatikan oleh pengasuhnya sekaligus pengajar kitab

tersebut yang selalu mengawasi dan memperhatikan aktivitas murid-muridnya

setiap waktu.

Belajar kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim sangatlah penting apabila

dihadapkan dengan banyaknya permasalahan yang muncul di masyarakat zaman

28 Hasil wawancara pribadi dengan K.H. Sa’roni, Pengasuh P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 9

April 2019.

Page 85: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

74

sekarang ini, baik di lingkungan masyarakat umum maupun di lingkungan

pendidikan itu sendiri. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh K.H. Sa’roni:

Pentingnya belajar kitab ini karena saya meyakini bahwa orang yang

beradab lebih mulia dan lebih utama dibandingkan dengan orang yang

berilmu. Maka dari itu saya menekankan kepada anak-anak santri saya

untuk mementingkan adab. Biarkan mereka tidak terlalu pintar asalkan

akhlaknya mulia, dari pada mereka sangat pintar ilmu segalanya tapi tidak

punya akhlak.

Untuk lebih jelas mengenai implementasinya, berikut ini akan dijelaskan

implementasi hubungan guru dan murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam

pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf yang meliputi:

1. Etika Murid Terhadap Guru

Berdasarkan data yang didapatkan penulis melalui wawancara bersama

salah satu santri bernama Amar, ia mengatakan bahwa walaupun baru

menempuh 3 tahun belajar di Pondok Sa’id Yusuf, dirinya mengaku banyak

ilmu yang bisa di dapat terutama ilmu akhlak yang ia dapat dari Kiai pondok

lewat pembelajaran kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Selain itu, ada hal

yang sebelumnya tidak ia ketahui yaitu mengenai etika murid kepada guru,

dimana sebelum belajar, sebagai murid hendaknya meminta petunjuk kepada

Allah terlebih dahulu serta mencari informasi dengan sungguh-sungguh

mengenai sosok orang yang akan dijadikan guru, hal ini tidak ia lakukan

karena ketidaktahuannya. Namun setelah mengetahui pentingnya hal

semacam ini, dirinya mengaku akan meminta petunjuk Allah terlebih dahulu

mengenai tempat pendidikan selanjutnya setelah lulus dari pondok Sa’id

Yusuf.29

Selain amar, santri putra bernama Fahri juga menuturkan demikian,

namun Fahri sudah mengamalkan apa yang dianjurkan dalam kita Adabul

‘Alim wal Muta’allim tersebut, dimana ia meminta petunjuk kepada Allah

lewat sholat istikharah dan mencari informasi mengenai beberapa pondok

29 Hasil wawancara pribadi dengan Amar, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 20 Juli

2019.

Page 86: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

75

pesantren karena dirinya sebentar lagi akan lulus dari pondok Sa’id Yusuf dan

berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren lain.30

Dalam kegiatan sehari-hari Amar dan santri lain selalu berusaha

menunjukkan etika yang baik terhadap gurunya, seperti selalu mematuhi

segala perintah guru, menundukkan kepada serta membungkukkan badan

ketika berjalan di depan guru, diam ketika dimarahi guru, dan selalu

mendoakan kebaikan untuk gurunya.31 Hal ini juga diakui oleh santri putra

yang lain bernama Fahri, dirinya berkata:

Saya serta santri yang lain selalu menjunjung tinggi akhlak terhadap

guru, baik ketika di depan guru (terlihat guru) maupun ketika di

belakang guru (tidak terlihat guru). Contohnya seperti ketika di

hadapan guru posisi duduk layaknya posisi tasyahud akhir tanpa

meletakkan tangan di atas paha, dan ketika di belakang guru pun kita

tetap menjalankan perintahnya seperti tidak merokok walaupun guru

tidak melihat, serta di setiap selesai sholat kita tidak lupa mendoakan

guru-guru kita. Saya rasa itu bagian dari akhlak murid terhadap

seorang guru.32

Selain dua santri di atas, penulis juga mewawancarai santriwati bernama

Sulam, dirinya menjelaskan bahwa secara umum etika yang santri tunjukkan

kepada seorang guru di luar pembelajaran di kelas rata-rata sama yaitu

mematuhi segala perintah guru dan mendoakan kebaikan guru, namun Sulam

menuturkan bahwa selain memilih diam ketika dimarahi guru, ia juga

terkadang menangis karena menyesali kesalahan yang telah diperbuat, serta

lebih memilih selalu berjalan di belakang guru artinya tidak mendahului guru

ketika berjalan.33

Selain itu, Sulam yang merupakan salah satu santriwati di pondok

pesantren ini menuturkan adanya perbedaan etika yang ditunjukkan antara

30 Hasil wawancara pribadi dengan Fahri, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 20 Juli

2019. 31 Hasil wawancara pribadi dengan Amar, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

32 Hasil wawancara pribadi dengan Fahri, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

33 Hasil wawancara pribadi dengan Sulam, Santri putri P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

Page 87: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

76

santri putra dengan santri putri kepada gurunya. Dirinya menjelaskan dengan

menyatakan bahwa:

Santri putra memiliki etika duduk ketika berhadapan dengan guru

harus dalam posisi bersila, namun bagi santri putri hal ini tidak

diperbolehkan. Santri putri duduk dalam posisi tasyahud akhir

layaknya seperti ketika sholat, namun tanpa meletakkan tangan di atas

paha. Hal ini dinilai lebih sopan dibanding bersila bagi sebagian santri

putri itu sendiri.34

Selain hasil wawancara dengan santriwati bernama Sulam, penulis juga

mendapat hasil wawancara dari santriwati bernama Putri, ia mengatakan:

Saya sebagai santriwati yang belajar kitab ini selalu berusaha

mengamalkannya. Dalam hal mematuhi perintah guru saya selalu

berusaha mematuhi meskipun terkadang ada saja yang dilanggar,

akibatnya saya dimarahi dan saya memilih diam saja karena merasa

sedih dan malu. Setelah itu saya berusaha lebih menghormati dan

memuliakannya seperti memperhatikan makan dan minum guru serta

sukarela mencucikan pakaian guru yang sudah kotor. Saya rasa itu

etika yang saya tunjukkan kepada guru.35

Berdasarkan pengakuan santri di atas, K.H Sa’roni selaku pengasuh dan

pengajar kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim juga membenarkan sekaligus

menguatkan hal yang demikian itu.

Beliau menegaskan dengan mengatakan bahwa: “Etika santri kepada

gurunya memang merupakan hal yang utama disini, tata cara bicaranya selalu

diperhatikan. Bahkan dengan siapapun santri di sini dilarang menggunakan

bahasa panggilan “elu”, “gue” setiap harinya. Hal ini karena ada bahasa yang

lebih baik daripada itu. Inilah salah satu keunggulan santri di sini.”36

Hal yang diungkapkan oleh K.H. Sa’roni di atas sesuai dengan temuan

penulis dalam daftar pelanggaran santri yang terjadi, dimana dalam kegiatan

studi dokumentasi penulis menemukan tidak adanya jenis pelanggaran yang

34 Hasil wawancara pribadi dengan Sulam, Santri putri P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

35 Hasil wawancara pribadi dengan Putri, Santri putri P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 9 Juli

2019.

36 Hasil wawancara pribadi dengan K.H. Sa’roni, Pengasuh P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 9

April 2019.

Page 88: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

77

dilakukan oleh santriwan dan santriwati yang berhubungan dengan

pelanggaran berupa perkataan yang buruk. Hal ini diperkuat dengan adanya

peraturan tertulis yang sesuai dengan ajaran K.H. Hasyim Asy’ari yaitu

mengharuskan santri hormat dan patuh kepada guru, harus selalu menjaga

sikap dan perkataan yang baik kepada sesama santri dan guru, dan selalu

meminta izin ketika akan keluar pondok ataupun pulang ke rumah.

Selain itu, penulis juga mendapat data dari hasil observasi, dimana

penulis menjumpai etika santri yang baik yaitu setiap santri yang berjalan di

depan gurunya, mereka selalu menundukkan kepala dan membungkukkan

badan, dalam kondisi lain jika santri tersebut memakai kendaraan bermotor,

santri langsung turun lalu mematikan mesin dan mendorong motornya. Selain

itu penulis melihat bahwa selalu ada santri yang menyiapkan sandal milik

gurunya ketika gurunya hendak keluar dari rumah ataupun masjid. Hal ini

merupakan wujud penghormatan yang dilakukan oleh murid terhadap

gurunya di luar kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Etika Guru Terhadap Muridnya

Di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf, etika tidak hanya ditunjukkan oleh

murid terhadap gurunya, melainkan juga adanya etika yang dilakukan guru

terhadap muridnya. Hal ini dikatakan oleh salah satu santri bernama Fahri

yang mengatakan bahwa:

Ustaz yang ada disini yang saya rasakan adalah selalu menggunakan

kata-kata yang sopan dengan santrinya, sehingga mengajarkan kita

sebagai santri untuk berkata sopan juga. Selain itu Abi Sa’roni sebagai

pengasuh selalu terlihat wibawa dan karisma nya lewat tindakannya

setiap hari. Sehingga kita semua ikut terdorong untuk selalu

berperilaku sopan santun setiap harinya.37

Selain pengakuan dari santri di atas, K.H. Sa’roni selaku pengasuh dan

pengajar juga menuturkan bahwa memang sebagai seorang guru harus

37Hasil wawancara pribadi dengan Fahri, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

Page 89: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

78

memberikan perlakuan yang baik terhadap santrinya. Lewat etika yang baik

kepada santri inilah nantinya santri akan ikut beretika baik dengan siapapun.

Hasil wawancara dengan K.H. Sa’roni selaku guru pengajar kitab Adabul

‘Alim wal Muta’allim menuturkan bahwa etika yang ia tunjukkan kepada

santri di luar pembelajaran di kelas diantaranya adalah pertama, mengetahui

nama masing-masing santri, latar belakang, dan kepribadiannya, meskipun

dalam hal mengenal nama santri K.H Sa’roni mengaku tidak mengenal

seluruhnya. Kedua, selalu memanggil nama santri dengan nama maupun

panggilan yang baik. Ketiga selalu mendoakan kebaikan santri setelah selesai

sholat fardu maupun sunah. Keempat mengetahui seluruh aktivitas santri

dimana ia tidur akhiran dan bangun awalan. Kelima tetap menggunakan

bahasa yang lembut meskipun disaat menegur santri yang berbuat salah.38

Selain poin-poin di atas, K.H. Sa’roni juga menambahkan bahwa di

Pondok Pesantren Sa’id Yusuf setiap guru tidak diperkenankan untuk

memberikan hukuman kepada santri tanpa persetujuan dirinya. Beliau

menganggap bahwa pemberian hukuman merupakan jalan terakhir dari

sekian banyak jalan yang dilakukan kepada santri jika memang santri berbuat

salah. Selain itu hukuman yang diberikan juga harus bersifat mendidik

layaknya seperti hukuman menghafal ayat-ayat Alquran dan bersih-bersih

pondok.

Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh penulis dari kegiatan

observasi mengenai etika guru terhadap murid dijumpai adanya sikap adil

oleh guru terhadap santri, yaitu guru tidak membeda-bedakan perlakuan

kepada semua santri termasuk terhadap anaknya sendiri yang menjadi santri

di pondok tersebut. Contohnya meminta santri dan juga anaknya untuk

bersama-sama membersihkan sampah yang ada di sekitar pondok. Selain itu

adanya sikap tawaduk yang ditunjukkan oleh guru terhadap murid, dimana

38 Hasil wawancara pribadi dengan K.H. Sa’roni, Pengasuh P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7

Juli 2019.

Page 90: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

79

guru tidak berlebihan ketika berpakaian agar terlihat sederhana di depan

santri.

Jika diamati, nampaknya terlihat seorang guru dalam hal ini K.H. Sa’roni

selalu berupaya mengajarkan etika yang baik kepada muridnya melalui

tingkah laku nya sendiri. Beliau selalu berperilaku lemah lembut, adil, rendah

hati, dan mengedepankan keluhuran budi pekertinya dengan harapan

perilakunya tersebut dapat menjadi contoh sehingga diikuti oleh semua

muridnya.

3. Etika Murid dan Guru dalam Pembelajaran

Menurut pengakuan dari salah satu santri bernama Fahri, etika dia

sebagai murid atau santri dalam pembelajaran meliputi:

a. Mempelajari hal-hal yang bersifat pokok terlebih dahulu seperti belajar

aqidah dalam kitab ‘Aqoid Diniyyah dan belajar fikih dalam kitab Safinah

al-Najah.

b. Mempelajari Alquran beserta tafsirnya dalam kitab Tafsir Jalalain

c. Tidak terlalu mendalami perihal perbedaan pendapat ulama di awal-awal

belajar

d. Meminta bantuan kepada salah satu guru untuk mengoreksi buku

catatannya, karena dikhawatirkan ada tulisan yang keliru.

e. Menyegerakan diri ke tempat belajar baik masjid maupun kelas ketika

waktu belajar telah tiba.

f. Berusaha selalu semangat mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas

g. Selalu hadir dalam setiap kegiatan pengajaran dan pengajian

h. Mengucapkan salam ketika hendak masuk kelas atau izin ketika keluar

kelas, dengan catatan posisi guru sedang tidak berbicara.

i. Menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru, khususnya perihal

ilmu Fikih.

j. Tertib ketika antre setoran hafalan

k. Ketika belajar di masjid, posisi duduk bersila. Sedangkan ketika belajar di

kelas, santri duduk dengan rapih dan tenang di kursinya masing-masing.

Page 91: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

80

l. Tetap antusias setia mendengarkan penjelasan guru meskipun sudah

berulang kali mendengarkan penjelasan yang sama.

m. Hampir tidak pernah membuka pelajaran lain ketika sedang belajar.

n. Saling memotivasi sesama teman, semisal ketika dalam pembelajaran ada

yang terlihat kurang semangat.39

Hal-hal yang telah disebutkan di atas, menurut santriwati bernama Sulam

memang dilakukan oleh semua santri baik santri putra maupun santri putri.

Semuanya sama-sama menunjukkan etika yang demikian kepada gurunya

saat pembelajaran. Namun Sulam mengatakan bahwa ada sedikit perbedaan

dengan yang disebutkan oleh Fahri, yaitu jika Fahri dan teman-teman lain

tidak pernah membuka pelajaran lain ketika pelajaran tertentu sedang

berjalan, lain dengan Sulam yang terkadang membuka pelajaran lain ketika

sedang belajar. Contohnya seperti mengerjakan pelajaran Alquran pada saat

jam pelajaran Fikih. Hal ini dilakukan jika ada tugas yang belum dikerjakan

karena lupa. Namun hal itu tidak sering dilakukan serta dengan catatan ketika

ditanya tentang pelajaran yang sedang berlangsung, dirinya harus paham dan

bisa menjawab dengan benar.40

Dalam kegiatan studi dokumentasi, penulis menemukan adanya

kewajiban santri untuk selalu beretika yang baik seperti selalu mengucapkan

salam ketika masuk ke dalam kelas, larangan membuat gaduh dalam kelas

serta berkewajiban patuh terhadap segala perintah guru.

Sedangkan menurut K.H. Sa’roni, etika yang paling terlihat yang

ditunjukkan muridnya dalam pembelajaran adalah perilaku tertibnya. Beliau

mengatakan bahwa:

Santriwan dan santriwati disini semuanya selalu datang ke masjid atau

kelas lebih dulu sebelum guru itu datang. Selain itu ketika kegiatan

belajar mengajar sudah dimulai, hampir tidak ada yang izin keluar ke

toilet karena sebelum belajar semua santriwan dan santriwati buru- 39 Hasil wawancara pribadi dengan Fahri, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019

40 Hasil wawancara pribadi dengan Sulam, Santri putri P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

Page 92: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

81

buru ke toilet terlebih dahulu. Hal ini saya rasakan dan memang saya

terapkan agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu.41

Selain dari pengakuan santri dan K.H Sa’roni di atas, penulis juga

menjumpai etika murid terhadap gurunya dalam pembelajaran yaitu adanya

perhatian dan kepedulian yang cukup besar oleh murid terhadap gurunya.

Seorang murid secara spontan menyiapkan kursi untuk tempat duduk

gurunya, selain itu ada salah seorang murid yang mengambil air minum dan

memberikan kepada guru, agar gurunya tidak kehausan ketika menjelaskan

pelajaran yang sedang diajarkan.

Selain adanya etika murid dalam pembelajaran, ada juga etika yang

ditunjukkan oleh guru dalam pembelajaran. Menurut K.H. Sa’roni, ada

beberapa hal penting yang ia tunjukkan ketika dirinya mengajar. Hal-hal

tersebut meliputi:

a. Selalu dalam keadaan suci di setiap waktu, termasuk ketika dalam

mengajar.

b. Memantapkan hati bahwa tugas mengajar murni Lillahi Ta’ala.

c. Selalu berdoa dan berzikir ketika berangkat menuju tempat mengajar.

d. Mengucapkan salam ketika sampai di kelas maupun masjid.

e. Tidak pernah mengajar dalam keadaan sangat lapar, sangat ngantuk

maupun hal-hal lainnya yang dapat mengganggu konsentrasi dalam

mengajar.

f. Memposisikan diri di tempat yang strategis ketika mengajar agar apa yang

disampaikan dapat diterima oleh semua santri dengan baik.

g. Menampakkan wajah yang santai dan penuh senyum.

h. Berdoa terlebih dahulu sebelum belajar dimulai.

i. Selalu menggunakan bahasa yang sederhana dengan gaya mengajar yang

lucu agar anak paham dan tidak bosan.

41 Hasil wawancara pribadi dengan K.H. Sa’roni, Pengasuh P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 9

April 2019.

Page 93: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

82

j. Memberikan beberapa aturan agar suasana di kelas tetap tenang dan murid

dapat belajar dengan fokus.

k. Berusaha menjawab pertanyaan santri dengan jawaban yang sederhana

dan mudah dipahami serta menunda dan mengulas kembali jawaban dari

pertanyaan santri di pertemuan yang akan datang agar santri puas

l. Bersikap santun dan ramah kepada semua santri dalam mengajar, terlebih

kepada santri yang baru agar santri tersebut merasa nyaman.

m. Selalu memberikan motivasi berupa pujian bahkan hadiah terhadap santri

yang berprestasi sebagai wujud apresiasi dan bentuk motivasi terhadap

seluruh santri agar terus meningkatkan prestasinya42

Sedangkan menurut pengakuan salah satu santri bernama Amar, etika

guru dalam pembelajaran yang paling dia ingat adalah dari segi perkataan dan

sikap kerendahan hatinya.

Amar mengatakan bahwa: “Setiap akan memulai ngaji, Abi selalu

mengajak seluruh santri mengucapkan basmalah, dan mengakhiri kegiatan

belajar dengan mengucapkan hamdalah. Selain itu sikap kerendahan hati dan

tidak galaknya beliau membuat kita semua sebagai murid merasa hormat

sekaligus nyaman ketika belajar.”43

Selain Amar, sosok santriwati bernama Putri mengatakan bahwa etika

guru dalam pembelajaran yang sering ditunjukkan gurunya adalah sebagian

guru ada yang perhatian dengan mengecek tulisan yang ditulis muridnya,

apakah sudah benar atau ada yang salah. Namun jika tidak dicek maka ia dan

teman temannya tidak sungkan untuk menanyakan langsung kepada guru

perihal tulisannya tersebut.44

Selain berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis juga mendapatkan

data mengenai etika yang ditunjukkan guru dalam pembelajaran melalui hasil

42 Ibid.,

43 Hasil wawancara pribadi dengan Amar, Santri putra P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

44 Hasil wawancara pribadi dengan Putri, Santri putri P.P. Sa’id Yusuf, pada tanggal 7 Juli

2019.

Page 94: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

83

observasi, dimana seorang guru selalu memberikan kesempatan bertanya

kepada santri agar santri menanyakan tentang materi yang belum dipahami,

serta selalu menutup pengajar dengan salam dan doa dengan diakhiri

perkataan “Wallahu ‘alam bishowab”.

F. Analisis Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan

Implementasinya dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

Setelah memaparkan hasil temuan dalam penelitian, maka penulis akan

menjelaskan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari mengenai hubungan guru dengan

murid dengan temuan-temuan data mengenai implementasinya dalam

pembelajaran yang diperoleh di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf, yaitu:

Pertama, Etika murid terhadap guru. Menurut K.H. Hasyim Asy’ari ada 12

poin yaitu:

1. Hendaknya meminta petunjuk kepada Allah mengenai sosok guru.

2. Hendaknya bersungguh-sungguh mencari guru yang tepat.

3. Selalu taat dan patuh terhadap perintah guru.

4. Selalu ta’dzim kepada guru.

5. Mengetahui hak-hak seorang guru dengan cara berdoa untuk kebaikan

gurunya

6. Bersikap sabar menghadapi sifat kasar guru.

7. Selalu meminta izin ketika menemui guru di luar kepentingan belajar.

8. Selalu menunjukkan sikap duduk yang baik di hadapan guru.

9. Selalu menunjukkan etika berbicara yang baik dengan guru.

10. Menunjukkan sikap antusias terhadap isi penyampaian guru.

11. Tidak memotong pembicaraan guru.

12. Menunjukkan sikap dan cara yang baik ketika memberi maupun menerima

sesuatu dari guru.45

45 Hadratussyaikh K.H.M. Hasyim Asy’ari, Pendidikan Akhlak untuk Pelajar dan Pengajar,

Terj. dari Adabul ‘Alim wal Muta’allim oleh Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, (Jombang:

Pustaka Tebuireng, 2016), h. 24-34.

Page 95: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

84

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan hal-hal yang

berkenaan dengan sikap murid kepada guru di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

yang sesuai dengan pendapat K.H. Hasyim Asy’ari di atas, yaitu:

1. Setelah belajar kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, santriwan dan santriwati

mengatakan akan meminta petunjuk kepada Allah terlebih dahulu mengenai

sosok guru dan lembaga pendidikan yang akan ia tempuh. Hal ini juga sudah

dilakukan oleh salah satu santri yang akan melanjutkan pendidikan di

jenjang selanjutnya.

2. Setelah belajar kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, santriwan dan santriwati

mengatakan akan terlebih dahulu mencari informasi mengenai sosok guru

akan dijadikan panutannya.

3. Murid selalu mematuhi segala perintah guru baik di kelas maupun di luar

kelas.

4. Murid berjalan menunduk ketika di depan guru sebagai tanda hormat dan

sikap memuliakan.

5. Murid selalu mendoakan kebaikan untuk guru sebagai wujud memenuhi

hak-hak guru.

6. Murid diam dan intropeksi diri ketika guru memarahi.

7. Murid menemui guru di luar pondok ketika sudah diizinkan.

8. Murid duduk bersila dan menunduk ketika duduk bersama guru.

9. Murid menggunakan nada lembut ketika berbicara dengan guru.

10. Murid mendengarkan apapun yang dijelaskan guru.

11. Murid tidak memotong ketika guru berbicara.

12. Murid menundukan badan serta menggunakan tangan kanan ketika

memberi dan menerima sesuatu dari guru.

Kedua, etika guru kepada murid. Menurut K.H. Hasyim Asy’ari ada 14 poin

yaitu:

1. Senantiasa niat mengajar semata-mata karena Allah.

2. Selalu profesional ketika mengajar walaupun ada yang tidak tulus belajar.

3. Senantiasa bersikap menyayangi murid dan berperilaku lembut.

Page 96: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

85

4. Senantiasa menggunakan bahasa yang tepat.

5. Selalu semangat dalam mengajar.

6. Hendaknya memberikan pujian sebagai motivasi.

7. Selalu memberikan teguran dengan cara yang baik ketika murid keliru.

8. Senantiasa berlaku adil pada semua murid.

9. Senantiasa dekat dan memahami murid seutuhnya.

10. Hendaknya memahami semua aktivitas murid.

11. Selalu memotivasi murid.

12. Senantiasa perhatian terhadap murid yang berhalangan hadir.

13. Selalu bersikap tawadhu kepada murid.

14. Senantiasa memanggil murid dengan sebutan yang baik.46

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan hal-hal yang

berkenaan dengan sikap guru kepada murid di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

yang sesuai dengan pendapat K.H. Hasyim Asy’ari antara lain:

1. K.H. Sa’roni memiliki niat mengajar Lillahi Ta’ala.

2. K.H. Sa’roni bersikap tegas terhadap murid yang terlihat setengah hati

ketika belajar. Hal ini sebagai sikap profesionalnya dalam mengajar.

3. K.H. Sa’roni berperilaku lemah lembut karena selalu menganggap murid

sebagai anaknya.

4. K.H. Sa’roni selalu menggunakan bahasa yang sesuai dengan santri yang

dihadapi.

5. K.H. Sa’roni tidak pernah merasakan malas untuk mengajar.

6. K.H. Sa’roni kerap memberikan hadiah kepada muridnya yang berprestasi.

7. K.H. Sa’roni selalu bersikap tegas namun tetap sopan kepada setiap santri

yang salah.

8. K.H. Sa’roni tidak pernah mengistimewakan salah satu santri meskipun

salahsatu santrinya merupakan anak kandungnya.

9. K.H. Sa’roni paham dengan sifat dan perangai semua santrinya namun tidak

dengan nama-nama santrinya

46 Ibid., h. 84-100.

Page 97: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

86

10. K.H. Sa’roni selalu mengawasi aktivitas santrinya setiap waktu.

11. K.H. Sa’roni selalu memberikan motivasi baik lewat perkataan maupun

perbuatan agar santri terus berkembang menjadi lebih baik

12. K.H. Sa’roni selalu menanyakan apabila ada salah satu santri yang ketahuan

berhalangan hadir namun dirinya tidak pernah mengecek kehadiran di awal

pembelajaran

13. K.H. Sa’roni selalu bersikap rendah hati dengan tidak malu ikut kegiatan

santri serta berpakaian secara tidak berlebihan.

14. K.H. Sa’roni selalu memanggil santrinya sesuai nama atau panggilan yang

baik

Namun dari temuan penelitian tersebut, penulis menemukan dua poin dari

sikap guru yang tidak sesuai dengan isi kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, yaitu

guru tidak mengenal seluruh nama santrinya serta tidak mengabsen / mengecek

kehadiran santrinya sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Hal ini memang

terjadi karena keterbatasan guru untuk menghafal nama-nama santrinya namun

beliau hafal dengan latar belakang dan kepribadian tiap-tiap santri. Selain itu

guru tidak mengabsen / mengecek kehadiran santri karena memang sudah

diberlakukan aturan bahwa bagaimanapun keadaan santri tetap harus mengikuti

pembelajaran, namun jika di tengah-tengah pembelajaran guru sadar ada salah

satu santri yang tidak hadir, maka ia meminta kepada santri untuk memanggil

santri yang tidak hadir tersebut.

Ketiga, etika murid dan guru dalam pembelajaran. Menurut K.H. Hasyim

Asy’ari ada 13 poin etika yang harus dimiliki khusus oleh murid dalam

pembelajaran, yaitu:

1. Hendaknya belajar ilmu yang berisi hal-hal yang pokok terlebih dahulu

seperti fikih

2. Hendaknya mempelajari Alquran secara mendalam karena merupakan

induk segala ilmu

3. Hendaknya pada awal pembelajaran tidak terlalu sibuk mempelajari hal-hal

mengenai perbedaan dikalangan ulama.

Page 98: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

87

4. Hendaknya murid selalu meminta guru atau orang lain yang mumpuni untuk

mengecek keabsahan tulisan sebelum dipelajari.

5. Senantiasa menyegerakan diri ke kelas ketika sudah masuk waktu belajar.

6. Selalu semangat dan adanya motivasi belajar yang tinggi dalam mengikuti

pembelajaran di kelas.

7. Selalu menyediakan waktu apabila seorang guru mengadakan pembelajaran

8. Senantiasa mengucapkan salam ketika masuk dan keluar kelas.

9. Hendaknya tidak takut dan tidak malu bertanya terkait pelajaran.

10. Senantiasa tertib ketika belajar.

11. Hendaknya menunjukkan sikap duduk yang baik ketika belajar.

12. Senantiasa fokus pada satu kitab yang sedang dipelajari.

13. Hendaknya setiap murid saling memotivasi saat belajar.47

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan hal-hal yang

berkenaan dengan sikap murid dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id

Yusuf yang sesuai dengan pendapat K.H. Hasyim Asy’ari antara lain:

1. Murid membekali diri dengan belajar hal-hal yang bersifat pokok seperti

kitab Bidayah al-Hidayah dan Safinah al-Najah sesuai apa yang ditentukan

oleh pondok.

2. Murid belajar Alquran mulai dari bacaan dan menghafalnya serta

mempelajari tafsirnya

3. Murid tidak mempermasalahkan dan tidak terlalu memfokuskan ketika

adanya perbedaan pendapat ulama karena menilai hal tersebut adalah wajar.

4. Murid tidak sungkan untuk meminta tolong orang lain untuk memeriksa

hasil tulisannya.

5. Murid selalu menyegerakan diri ke kelas untuk belajar agar tidak terlambat.

6. Murid berusaha selalu semangat di setiap pembelajaran meskipun terkadang

rasa malas menghantui.

7. Murid berusaha selalu hadir disetiap ada kegiatan belajar dan pengajian

karena memang sudah sesuai jadwal.

47 Ibid., h. 39-50.

Page 99: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

88

8. Murid selalu mengucap salam ketika masuk ke dalam kelas.

9. Murid tidak sungkan untuk bertanya perihal materi yang belum dipahami.

10. Murid selalu tertib ketika menunggu antrian belajar.

11. Murid selalu duduk dengan sopan sesuai dengan apa yang diajarkan.

12. Murid selalu fokus pada pelajaran yang sedang berlangsung.

13. Setiap murid tidak lupa saling memotivasi ketika sedang belajar

Selain etika murid dalam pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas,

menurut K.H. Hasyim Asy’ari ada beberapa etika yang perlu juga dimiliki oleh

seorang guru dalam pembelajaran, yaitu:

1. Hendaknya membersihkan diri dari hadas dan najis terlebih dahulu sebelum

mengajar.

2. Hendaknya tujuan mengajar semata-mata karena Allah.

3. Senantiasa berdoa dan berzikir ketika hendak pergi mengajar.

4. Selalu mengucap salam ketika hendak masuk ke dalam majelis ilmu.

5. Hendaknya tidak mengajar dalam keadaan sangat lapar dan sangat haus.

6. Selalu mencari posisi yang strategis ketika mengajar.

7. Hendaknya menampakkan wajah yang berseri dan tutur kata yang sopan

ketika mengajar.

8. Senantiasa membaca doa dan ayat Alquran sebelum memulai pelajaran.

9. Senantiasa menggunakan tutur kata dan gaya mengajar yang baik.

10. Hendaknya mampu menciptakan suasana belajar tenang dan menyenangkan

11. Bersikap rendah hati ketika menjawab pertanyaan yang sulit.

12. Senantiasa memberikan kesempatan murid untuk bertanya.

13. Senantiasa bersikap ramah kepada murid yang baru ikut belajar.

14. Senantiasa berdoa dan mengucap salam ketika ketika pembelajaran

selesai.48

48 Ibid., h. 72-81.

Page 100: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

89

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan hal-hal yang

berkenaan dengan sikap guru dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id

Yusuf yang sesuai dengan pendapat K.H. Hasyim Asy’ari antara lain:

1. K.H. Sa’roni selalu dalam keadaan suci disetiap waktu.

2. K.H. Sa’roni selalu meyakinkan diri bahwa tujuan mengajarkan adalah

Lillahi Ta’ala.

3. K.H. Sa’roni selalu berdoa dan berzikir di dalam perjalanan menuju tempat

mengajar.

4. K.H. Sa’roni tidak pernah lupa mengucap salam ketika sampai di tempat

mengajar.

5. K.H. Sa’roni tidak pernah mengajar dalam keadaan lapar maupun ngantuk.

6. K.H. Sa’roni selalu memposisikan diri di depan murid serta lebih tinggi dari

tempat duduk murid ketika mengajar agar dapat terlihat oleh semua murid.

7. K.H. Sa’roni selalu menampakkan wajah yang berseri dan penuh senyum

karena pembawaannya yang suka bercanda dalam mengajar

8. K.H. Sa’roni selalu mengawali pembelajaran dengan berdoa terlebih dahulu

9. K.H. Sa’roni selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti ketika

mengajar.

10. K.H. Sa’roni selalu dapat mengkondisikan suasana belajar agar tetap

kondusif dan menyenangkan dengan cara sesekali bercanda.

11. K.H. Sa’roni tidak sungkan menunda jawaban terhadap pertanyaan murid

apabila dirasa kurang yakin.

12. K.H. Sa’roni selalu memberikan kesempatan kepada murid untuk bertanya

perihal pelajaran.

13. K.H. Sa’roni selalu bersikap santun terhadap semua murid terlebih terhadap

murid baru.

14. K.H. Sa’roni selalu mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.

Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan di atas, hubungan antara guru dan

murid yang berupa etika murid terhadap guru, etika guru terhadap murid,

maupun etika murid dan guru dalam pembelajaran, telah sesuai dengan perihal

Page 101: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

90

hubungan guru dan murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adabul

‘Alim wal Muta’allim nya. Meskipun pada beberapa poin dari etika guru kepada

murid sedikit ada keidaksesuaian dengan yang ada pada kitab, namun hal itu

dikuatkan dengan alasan-alasan yang menguatkan.

Dari penjabaran di atas juga penulis menilai secara umum etika guru kepada

muridnya ditunjukkan dengan sikap kerendahan hati dan kasih sayangnya,

sedangkan etika murid terhadap gurunya ditunjukkan dengan sikap hormat dan

patuh terhadap segala perintahnya. Hal ini tentu layaknya hubungan antara

seorang anak dengan orangtuanya

Selain berdasarkan etika dari murid maupun guru, terdapat kesesuaian

antara isi peraturan yang dimuat oleh pondok pesantren dengan ajaran K.H.

Hasyim Asy’ari yaitu dalam peraturan tertulis pondok di wajibkan menjaga

perilaku dan tutur kata terhadap sesama santri, guru maupun pengasuh,

kewajiban menghormati, kewajiban bersikap sopan santun, dan lain sebagainya.

Hal ini dinilai sejalan dengan ajaran dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim

yang berisi tentang ajaran menunjukkan perkataan dan perbuatan yang baik

kepada orang lain.

Page 102: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai

hubungan guru dan murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan

implementasinya dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf,

maka penulis menyimpulkan poin-poin utama di antaranya sebagai berikut:

1. Konsep hubungan guru dan murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari

dibangun atas dasar penghormatan dan kepatuhan dari murid terhadap

gurunya dan dasar kasih sayang yang tulus dari guru terhadap muridnya.

Kedua hal tersebut dapat diimplementasikan dalam bentuk etika murid

terhadap guru, etika guru terhadap murid, dan etika murid dan guru

dalam pembelajaran.

2. Mengenai etika murid terhadap guru contohnya seperti murid selalu

patuh dan taat terhadap perintah guru, selalu menunjukkan cara berbicara

yang baik, menunjukkan sikap berjalan atau duduk yang baik serta selalu

engromati dan memuliakan sosok guru. Mengenai etika guru terhadap

murid contohnya seperti bersikap lembut dan kasih sayang kepada murid,

berlaku adil, perhatian, serta bersikap tawaduk kepada murid. Mengenai

etika murid dan guru dalam pembelajaran contohnya seperti murid selalu

semangat dalam belajar, tidak memotong penjelasan guru, menunjukkan

sikap duduk yang baik ketika belajar dan meminta izin terlebih dahulu

ketika izin keluar kelas. Selain itu guru harus dalam keadaan siap dalam

mengajar, selalu menampakkan wajah yang berseri, mampu menciptakan

suasana belajar yang tenang dan siswa menjadi aktif, serta mengawali

dan mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.

3. Implementasi hubungan guru dan murid menurut K.H. Hasyim Asy’ari

dalam pembelajaran di Pondok Pesantren Sa’id Yusuf secara umum telah

dilaksanakan dengan baik di lingkungan pondok pesantren Sa’id Yusuf,

baik dari sisi etika guru maupun dari sisi etika murid yang telah sesuai

Page 103: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

92

dengan isi yang ada di dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim.

Meskipun dalam hasil penelitian penulis, ada beberapa poin yang kurang

sesuai dengan ajaran dalam kitab tersebut, yaitu seorang guru dalam hal

ini K.H. Sa’roni tidak mengenal nama seluruh santri dan tidak

melaksanakan kegiatan absensi sebelum memulai pengajaran. Walaupun

demikian, K.H Sa’roni mengakui bahwa sebagai guru, dirinya mengenal

seluruh profil dan latar belakang tia-tiap santri, serta memastikan bahwa

seluruh santri hadir pada saat pengajarannya walaupun dirinya tidak

mengecek daftar kehadiran santri. Selain itu adanya kesesuaian antara

daftar peraturan yang dibuat Pondok Pesantren dengan isi kitab Adabul

‘Alim wal Muta’allim dimana keduanya sama-sama memberikan ajaran

untuk selalu menunjukkan perkataan dan perilaku yang baik antara guru

dengan murid.

B. Saran

Dari kajian-kajian yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi lembaga pendidikan, hendaknya terus menjadikan kitab Adabul

‘Alim wa al-Muta’allim sebagai salah satu rujukan dalam kegiatan belajar

mengajar, serta sebagai dasar pendidikan untuk mengembangkan

akhlakul karimah pada guru dan murid di zaman sekarang ini.

2. Bagi para pendidik, kiranya dapat mengambil hikmah dari ajaran yang

diberikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari serta mengaplikasikannya dalam

kehidupan sehari-hari khususnya dalam kegiatan belajar mengajar

sehingga aktivitas pendidikan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan

sukses dalam rangka mengantarkan peserta didik untuk menjadi orang

yang berakhlak mulia.

3. Bagi para pelajar, hendaknya bersungguh-sungguh dalam mempelajari

dan menerapkan aspek-aspek pendidikan akhlak sesuai dengan yang ada

dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Agar nantinya dapat

memperoleh kesuksesan belajar sesuai dengan yang dikehendaki oleh

setiap pelajar, guru, dan orangtua.

Page 104: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Jakarta: Amzah, 2007.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. al-Jami’u Shahih. Kairo: Al-Matba’ah as

Salafiyyah, 1400 H.

Asmoro, Ryan Putra Langgeng. Etika dalam Pendidikan: Studi Kitab Adabul ‘Alim

wa al-Muta’allim Karya K.H. Hasyim Asy’ari, (www.academia.edu), 2018.

At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah Al-Jami’u Tirmidzi. Riyadh:

International Ideas Home Inc, t.t.

Aziz, Abdul. 3 Dari 9 Murid Ditampar Guru di Purwokerto Alami Cedera dan

Trauma Berat. (https://m.merdeka.com), 2018.

Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi

Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1999.

Daradjat, Zakiah. dkk., Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

------- Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia. Jakarta: Kencana, 2014.

-------. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia.

Jakarta: Kencana, 2007.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Kiai. Jakarta:

LP3ES, 1982.

Fermansah, Verlandy Donny. Kronologi Siswa Aniaya Guru Sampai Tewas di

Sampang, Kelas Seni Lukis yang Berujung Tragis.

(http://www.tribunnews.com/nasional/2018/02/02), 2018.

Haedari, Amin dkk. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004.

Harun, Salman. Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam Alquran. Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2013.

Haryanti, Nik. “Implementasi pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang Etika

Pendidik”, Jurnal Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Desember 2013.

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2008.

Page 105: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

-------, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999.

-------. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.

Hasibuan, Albar Adetary. Filsafat Pendidikan Islam. Malang: UIN Malik Press,

2015.

Majid, Nurcholis. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:

Paramadina, 1997.

Mohammad, Herry. dkk., Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Jakarta:

Gema Insani, 2006.

Moleong, Rexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2016.

Nata, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam: bagian 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997.

-------. Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran

Tasawuf Al-Ghazali. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

-------. Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2005.

Qomar, Mujamil. Pesantren dari Transformasi Metodologi menuju Demokratisasi

Institusi. Jakarta: Erlangga, t.t.

Saroni. Profil Pesantren Said Yusuf, 2018, (http://www.pesantren-

saidyusuf.sch.id).

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2006.

Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosydakarya, 2006.

Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013.

Sulhan dan Mohammad Muchlis Solichin, Etika Peserta Didik dalam Pembelajaran

Perspektif KH. Hasyim Asy’ari (Telaah Kitab Adabul ‘Alim wa al Muta’alim)”

Jurnal Pendidikan Akhlak, Vol. 8. No. 2, Desember 2013.

Page 106: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan Sukses dan Bermartabat. Surabaya:

Jaring Pena, 2011.

Suwendi. Konsep Kependidikan KH.M. Hasyim Asy’ari. Ciputat: LeKDiS, 2005.

Suwendi. Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004.

Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. Khazanah Aswaja: Memahami,

Mengamalkan dan Mendakwahkan Ahlussunnah wal Jama’ah, (Surabaya:

Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2016.

Tim Penyusun. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2003.

Tim Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Terjemah Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim

Karya Hadratussyaikh KH.M. Hasyim Asy’ari, Jombang: Pustaka Tebuireng,

2016.

Zarkasyi, Abdullah Syukri. Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Zuhairini, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Page 107: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

LAMPIRAN

Page 108: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Surat-Surat

Page 109: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl.t.. .Jaa,ld tbtt Ceutat 151t2lndon. a

FORM(FR)

No. Dokumen : FITK-FR.AKD-089

Tg1. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 0lHal yL

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

NomorLampHal

: B-I163,rFlr(M 01 3tyu/2019 Jakarta, 23 Juli 2019.:

Bimbingan Skripsi

Kepada Yth.,Drs. Abdul Haris, MAPembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif Hidyatullah Jakarta

Assalamu'alaikum l r. Wh.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pernbimbing I/Il(materilteknis) penulisan skripsi mahasiswa:

Nama : Iffatud DiyanahNIM :1113011000103Jurusan : Pendidikan Agama lslamSemester : XIIJudul Skripsi : Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy'aridan Implementasinya dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Sa'id YusufDepok (Studi Kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim)

Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 26Mei 2017, abstraksrlout ile terlampir. Saudara dapat melakukan perubahanredaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu,mohon pembimbing menghubungi Jurusan terlebih dahulu.

Bimbingan Skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dandapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan keda sama Saudara, kami ucapkan terirna kasih.Wassu I d mu' alLt i kum W r. Wb.

Tembusan:

l. Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.

{fr

19660901199s031001

Pendidikan Asama Islam-VAbdul Haris, MA

Page 110: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

KEMENTERIAN AGAMALIIN JAKARTAFITKJ|,l/. H.Judt, No9i a?xbt )tll2lda.iia

roRM(PR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089

Tgl. Terbit : I Maret 2010

No. Revisi: r 0lHal t/1

ST,RAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor :

Lamp :

Hal :

B- 1 I 6 I /F l/KM.0t.3/YrV20t9 Jakarta, 23 Juli 2019

Permohonan lzin Penelitian

Kepada Yth.,Pimpinan Pondok Pesantren Sa'id Yusufdi-Tempat

A s srsl amu'a kti kunt Wr. W b.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama :lffatudDiyanahNIM :1113011000103

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Semester : XIIJudul Skripsi : Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy'ari

dan lmplementasinya dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren

Sa'id Yusuf Depok (Studi Kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim)

adalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun Skipsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi /sekolah / madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat rnengizinkan mahasiwa/i tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sarna Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Was s a I umu' a I ai kum Wt W b.

Agama Islam

Tembusan:

1 Dekan FITK2. Wakil Dekan Bidang Akadenik3. Mahasiswa yang bersangkutaa

A.n. Dekan,

9660901 199503 r 001

Page 111: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. k. H. Juan<b ,lo 95 Ap&at 15412 tn&iesia

FORM (FR)

No. Dokumen : FITK-FR-AKD-088

Tgl. Terbit : '1 Maret 2010

No. Revisi: : 0'1

Hai 1t1

SURAT PERNYATAAN JURUSAN

Ketua./Sekretaris Jurusanfrogram Studi Pendidikan Agama lslam menyatakan bah\ya,

Nama

NIM

Jurusan / Prodi

Semester

: Iffatud Diyarah

: 1113011000103

: Pendidikal Agama Islam

:XII

Benar telah menyelesaikan semua Program Akademik sesuai ketentuan yang berlaku dan

berhak untuk menempuh Ujian Skipsi (Munaqasah).

Jakarta,23 Juli 2019

Mengetahui,

Ketua/Sekretaris Jurusan {Prodi\t, /

-'-----'\ /VI

Drs. Abdul Haris. MANtP. 19660901 199503 1001NrP. 1s590705 1991031002

Page 112: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Daftar Nama Santri

Daftar Peraturan Pondok

Daftar Pelanggaran Santri

Foto-Foto Penelitian

Page 113: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

YAYASAN SA’ID YUSUF

PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF

PANCORAN MAS KOTA DEPOK

NSPP 510032760045

Jl. Raya Sawangan/Jl. Duren RT 01/09 No.2 Parung Bingung, Kelurahan Rangkapan

Jaya Baru Telp. (021) 77881923 Kode Pos 16434 Jawa Barat

DAFTAR PERATURAN DAN SANKSI

PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF

A. KEWAJIBAN

1. Melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan Rasul-Nya

2. Menaati dan mematuhi semua kebijakan pengasuh dan guru pondok

3. Menghormati seluruh dewan guru dan pengasuh.

4. Mengikuti semua kegiatan Pondok Pesantren Sa’id Yusuf

5. Berpakaian sopan sesuai identitas santri

6. Selalu menunjukkan sikap yang baik kepada sesama santri, guru dan pengasuh baik

di kelas maupun di lingkungan pondok pesantren

7. Menjaga keamanan dan ketentraman pondok

8. Keluar masuk pondok sesuai perizinan yang telah ditentukan

9. Menggunakan tutur kata yang sopan kepada sesama santri, guru, maupun pengasuh.

10. Diwajibkan kepada santri untuk tidur pada pukul 22:30 WIB

11. Diwajibkan kepada santri agar kelas selalu rapih

12. Diwajibkan kepada santri untuk izin ketika keluar maupun pulang

B. LARANGAN

1. Menentang semua kebijakan pengurus dan guru

2. Mengambil hak orang lain

3. Menyimpan atau menitipkan senjata tajam di lingkungan pondok

4. Keluar komplek melewati batas yang telah ditentukan

5. Melakukan perbuatan yang bisa mencemarkan nama baik pondok

6. Membuat kegaduhan di lingkungan pondok

7. Membawa hp ke lingkungan pondok

8. Menggunakan celana pensil/ beggie

9. Melakukan perbuatan asusila

10. Berhubungan lawan jenis yang bukan muhrim nya

Page 114: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

1 1. Membaca dan menyimpan bacaan dan gambar yang tidak bennoral

12. Keluar kelas atau pondok (anpa seizn prunr

13. Berkelahi atau berbuat kasar kepada orang lain

14. Keluar kamar tidak memakai paka-ran

15 Merayakan ulang tahun di lapangan

16. Mewarnai ramuut dan memotong rambut dengan tidak seperti identitas pondok

17. Melakukan bullying baik verbal maupun non verbal

18. Foto berdua dengan yang bukan muhrim

19. Membuka leman tanpa seizin pemiliknya

20. Membuat kamar di dalam kamar

21. Memakai cincin yang tidak berbatu, dan perhiasan lainnya.

22. Dilarang rnasuk ke kamar tanpa mengucapkan salam

23, Memakar pakaian yang tidak sesuai dengan identitas santri

24. Dilarang membawa/mengkonsumsi rokok, minuman keras, obat-obatan terlarang

dan sejenisnya

25. Dilarang berkata kasar kepada orang lain

C, SANKSI

1 . Menulis nn{rodat I menghafal mufrodat

2. Menulis kalirnat isttghfdr

3. Menulis ayat Alquran / menghafal menghafal ayat Alquran

4. Membersihkan sampah

5. Dijemur di lapangan

6. Lari keliling Lapangan

7. Mencari sampah plastik kemudian menjualnya

Dernikian mengenai peraturan dan sanksi di Pondok Pesantren Sa'id Yusuf yang dapat

diubah sewaktu-waktu sesuai dengan perkembangan di lingkungan pondok.

Juli 2019

Page 115: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

YAYASAN SA’ID YUSUF

PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF

PANCORAN MAS KOTA DEPOK

NSPP 510032760045

Jl. Raya Sawangan/Jl. Duren RT 01/09 No.2 Parung Bingung, Kelurahan Rangkapan

Jaya Baru Telp. (021) 77881923 Kode Pos 16434 Jawa Barat

DAFTAR NAMA SANTRI

PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF

A. SANTRI LAKI-LAKI

Kelas II Kelas III Kelas IV

1. Ridwan 1. Naufal 1. Riski

2. Fahlevi 2. Aipan 2. Zaki

3. Penghulu 3. Abiyu 3. Arya

4. Akbar 4. Abdul 4. Akil

5. Klafiz 5. Yugi 5. Adji

6. Renakdy 6. Alvan 6. Amar

7. Syaban 7. Ilham P 7. Ilham

8. Sakti 8. Faiz

9. Aqmal

Kelas V Kelas VI

1. Ariq 1. Khoir

2. Bembi

3. Dias

4. Ikhsan

5. Apip

6. Alfan

7. Gusti

Page 116: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

B. SANTRI PEREMPI]AN

Kelas [I1 . Astrid

2. Arin

3. Narnrh

4. Rizka

5. Putri

{-,

Kelas IIIL Putri

2. Ganis

3 . Aulia

4. Tantry

5. Shofa

6. Sifa

7. Shita

8 Lili

Kelas IV

1. Feby W.K

2. Najwa

3. Askia

Kelas V

1. Salsa

2. Sulam

3. Liza

4. Kira

5. 'Eneng

6. Muci

7 Nurul

Kelas VI

7 . lzma

2. Olla

3. Putri T

4. Nadya

5. Feby Z

6. Rahma

7. Mila

K*i

ru\d

Page 117: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

YAYASAN SA'ID Yf]SfIFPONDOK PESANTREN SA'ID YUSIIF

PANCORAN MAS KOTA DEPOKNSPP 510032760045

Jl. Raya Sawangan/Jl Duren RT 0l/09 No.2 Parung Bingung, Kelurahan RangkapanJaya Baru Telp. (02I ) 7788 1923 Kode Pos I6434 Jawa Barat

DAFTAR PELANGGARAN SANTRI

PONDOK PESANTREN SA'ID YUSUF

Nama Santri Pelanggaran Hukuman

Amar Tidak ikut wirid Lari keliling lapangan

Ilham T erlanbat lu[tt h ada I s a h Menalis muJrodat

Rizki Tidak memakar peci putih saat salat Diberi nasihat

Khoir Tidak mengikuti salat berjamaah D4 ernur

Nami Keluar pondok tanpa izin Menulis l.s/lghlar 500 kali

Aulora Tidak mengrkuti salat berjarnaah Lari keliling lapangan

3,\S\",1N-

Page 118: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Foto-Foto

Foto penulis dengan K.H. Sa’roni NA, M.Pd

(Pengasuh sekaligus pengajar kitab Adabul

‘Alim wal Muta’allim)

Foto wawancara penulis dengan

santri putri Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf Depok

Foto wawancara penulis dengan

santri putra Pondok Pesantren

Sa’id Yusuf Depok

Page 119: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Foto penulis bersama santri putra Pondok Pesantren Sa’id Yusuf Depok

Foto Kegiatan Belajar Mengajar (1) (1 )

Page 120: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Foto Kegiatan Belajar Mengajar (2)

Page 121: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Kisi-Kisi Observasi

Hasil Observasi

Kisi-Kisi Wawancara

Pertanyaan Wawancara

Hasil Wawancara

Page 122: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Tabel 3.1

Kisi-kisi observasi aktivitas belajar murid / santri

NO ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR

I Pra Pembelajaran

1. Tempat duduk masing-masing murid 1.1 Murid duduk dengan rapih

sesuai dengan apa yang

diajarkan

2. Kesiapan menerima pembelajaran 2.1 Murid menyiapkan tempat

duduk untuk guru

2.2 Murid menyiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan oleh

guru

2.3 Murid memfokuskan pandangan

kepada guru

2.4 Murid berdoa sebelum belajar

II Kegiatan Inti Pembelajaran

3. Memperhatikan penjelasan materi

pelajaran

3.1 Murid tidak mengobrol ketika

pembelajaran

3.2 Murid hanya membuka buku

pelajaran yang sedang diajarkan

4. Bertanya saat proses penjelasan

materi

4.1 Murid bertanya tentang materi

yang belum dipahami dengan

cara yang baik

5. Ketepatan penggunaan bahasa yang

baik dan benar

5.1 Murid menggunakan bahasa

yang santun ketika berbicara

5.2 Murid menggunakan nada yang

lembut ketika berbicara

III Kegiatan Penutup

6. Membaca doa penutup 6.1 Murid membaca doa setelah

kegiatan belajar selesai

7. Ketertiban meninggalkan kelas 7.1 Murid tidak mendahului guru

ketika keluar kelas

7.2 Murid tertib dan tidak gaduh

ketika meninggalkan kelas

IV Sikap dalam pembelajaran di

lingkungan pesantren

8. Sikap berjalan di hadapan guru 8.1 Murid menundukkan badan

ketika berjalan di hadapan guru

8.2 Murid memperlambat langkah

ketika berjalan di hadapan guru

9. Kepatuhan terhadap perintah guru 9.1 Murid selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan guru

Page 123: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

10. Takzim kepada guru 10.1 Murid selalu mengucapkan

salam ketika bertemu guru

10.2 Murid mengistimewakan guru

Page 124: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Tabel 3.2

Kisi-kisi observasi aktivitas mengajar guru

NO ASPEK YANG DIAMATI INDIKATOR

I Pra Pembelajaran

1. Tempat duduk guru dan murid 1.1 Guru menempatkan diri pada

posisi duduk yang baik dan

strategis

1.2 Guru mengatur posisi duduk

antara murid putra dan santri

putri

2. Kesiapan memberikan pengajaran 2.1 Guru mengucap salam

sebelum memulai pengajaran

2.2 Guru membaca doa ketika

hendak memulai pengajaran

II Kegiatan Inti Pembelajaran

3. Memberikan penjelasan materi

pelajaran

3.1 Guru menggunakan bahasa

yang sederhana dan mudah

dipahami

3.2 Guru selalu semangat dalam

menjelaskan materi kepada

murid

4. Memfasilitasi adanya interaksi

dengan murid

4.1 Guru memberi kesempatan

murid untuk bertanya

5. Menjaga kenyamanan dalam belajar

5.1 Guru tidak membuat murid

merasa bosan dalam belajar

5.2 Guru menampakkan wajah

yang berseri

6. Sikap kasih sayang dalam mengajar 6.1 Guru memberi motivasi

kepada murid agar tetap

semangat belajar

7. Tutur kata yang baik 7.1 Guru menggunakan tutur kata

yang lembut

III Kegiatan Penutup

8 Pemberian kesimpulan dari materi

yang telah diajarkan

8.1 Guru menyimpulkan materi

yang telah diajarkan

9 Membaca doa penutup 9.1 Guru membaca doa setelah

pengajaran selesai

9.2 Guru mengucapkan salam

ketika hendak pergi

meninggalkan kelas

IV Sikap dalam pembelajaran di

lingkungan pesantren

Page 125: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

10 Sikap adil 10.1 Guru tidak membeda-

bedakan perlakuan terhadap

masing-masing murid

11 Sikap tawaduk 11.1 Guru tidak malu ikut kegiatan

murid

Page 126: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

HASIL KEGIATAN OBSERVASI IMPLEMENTASI HUBUNGAN

GURU DAN MURID MENURUT K.H. HASYIM ASY’ARI

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

(Aktivitas Belajar Murid/Santri)

No Kegiatan Belajar Santri Terlaksana

Keterangan Ya Tidak

1. Pra Pembelajaran

Santri duduk dengan

posisi yang baik

Santri putra dan putri duduk

dengan bersila, namun ada

santri putri duduk layaknya

tasyahud akhir tanpa

meletakkan tangan di paha

Santri menyiapkan

tempat duduk guru dan

keperluan lainnya

Santri menyiapkan kursi,

mikrofon dan air minum

untuk guru

Santri siap menerima

pelajaran

Santri fokus menghadap ke

depan dengan posisi siap

memperhatikan guru

Santri berdoa sebelum

belajar

Santri mengawali proses

pembelajaran dengan

membaca doa bersama-

sama

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

Santri fokus pada mata

pelajaran yang sedang

dipelajari

Santri tidak ada yang

membuka pelajaran lain

selain kitab yang diajarkan

Santri bertanya

mengenai pelajaran

dengan cara yang baik

Santri bertanya ketika guru

sudah selesai berbicara,

serta setelah diberikan

kesempatan bertanya

Santri menggunakan

bahasa yang baik ketika

berbicara

Santri menggunakan bahasa

yang sopan serta suara yang

lembut

3. Kegiatan Penutup

Santri membaca doa

setelah pembelajaran

Santri mengakhiri kegiatan

pembelajaran dengan

membaca doa secara

bersama-sama

Page 127: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

i Santri keluar kelas

dengan teftlb sesuai

yang diajarkan

Santri menunggu seorang

guru keluar terlebih dahulu,kemudian diikuti oleh

selunrh santri secara tertib4. Sikap dalam pembelajaran di lingkungan pesantren

} Santri menunjukkan

sikap berjalan dengan

baik di hadapan guru

Santri rnembungkukkanbadan jika berjalan di depanguru, selain itu jika seorangsantn rnengendarai motorlewat di depan guru, ialangsung turun, mematikanmesin lalu rnendorongnya

L Santri selalu patuh

terhadap perintah guruSantri selalu menjalankanperintah gurunya meskipuntidak terkait denganpelajaran, contohnya sepertimemungut sampah yangtertinggal

i Santri menunjukkan

sikap hormat dan

takzim kepada gum

Salahsatu santrimenyiapkan sandal ketikaguru hendak keluar masjiddan rumah

Observer

Depok, 10 Juli 2019

.Sa'id Yusuf (Pengajar

u'al Muta'ollinr)

Iffatud Divanah

Mengetahui,

Page 128: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

HASIL KEGIATAN OBSERVASI IMPLEMENTASI HUBUNGAN

GURU DAN MURID MENURUT K.H. HASYIM ASY’ARI

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

(Aktivitas Mengajar Guru)

No Kegiatan Mengajar Guru Terlaksana

Keterangan Ya Tidak

1. Pra Pembelajaran

Guru memposisikan diri

dengan benar

Guru duduk di tempat yang

strategis serta posisi duduk

lebih tinggi agar dapat

terlihat oleh semua santri

Guru sangat siap

memberikan pengajaran

Guru langsung membaca

salam, sholawat dan doa

awal belajar bersama

seluruh santri

2. Kegiatan Inti Pembelajaran

Guru menjelaskan

materi pelajaran dengan

baik

Guru menggunakan bahasa

yang sederhana dengan

tempo yang pas agar dapat

dipahami santri

Guru memfasilitasi

adanya interaksi dengan

murid

Guru senantiasa

memberikan kesempatan

kepada santri untuk

bertanya perihal penjelasan

yang belum dipahami

Guru menjaga

kenyamanan murid

dalam belajar

Guru selalu mengeluarkan

candaan dalam menjelaskan

materi pelajaran agar

suasana tidak tegang

Guru menunjukkan

sikap kasih sayang

dalam mengajar

Guru sering memberikan

kata-kata motivasi agar

santri terus semangat dan

berkembang ke arah yang

lebih baik

Guru menunjukkan

tutur kata yang baik

Guru selalu menggunakan

kata-kata yang sopan

meskipun ketika bercanda

Page 129: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

3. Kegiatan Penutup} Guru membuat

kesimpulan dari matenyang

Guru rnenyimpulkan isimateri pelajaran di akhirpembelajaran agar lebihrnudah dipahami

) Guru menutuppengajaran dengan baik

Guru mengakhiripembelajaran dengan doa

dan salam

1. Sikap dalam pembelajaran di lingkungan pesantrenGuru bersikap adil Guu tidak membeda-

bedakan perlakuan kepadasemua santri tennasukterhadap anaknya sendiriyang menjadi santri.Contohnya meminta santridan anaknya membersihkansampah

) Guru bersikap tawaduk Guru tidak berlebihanketika berpakaian agarterlihat sederhana di depansantn

Depok. l0 Juli 2019

Mengetahui,

. Sa'id Yusuf (Pengajar

Page 130: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Tabel 3.3

Kisi-kisi wawancara untuk murid dan guru

Fokus Dimensi Indikator Sumber data

Implementasi

hubungan

guu dan

murid

menurut K.H

Hasyim

Asy’ari di

Pondok

Pesantren

Sa’id Yusuf

1. Hal-hal yang

dilakukan sebelum

belajar

1.1 Murid meminta

petunjuk Allah

mengenai

pemilihan

seorang guru

setelah belajar

kitab ‘Adabul

‘Alim wal

Muta’allim

1.2 Murid mencari

informasi

mengenai

seseorang yang

akan dijadikan

guru setelah

belajar kitab

‘Adabul ‘Alim

wal Muta’allim

1.3 Murid

mempelajari

ilmu yang

mempelajari hal-

hal pokok

terlebih dahulu

1.4 Murid terlebih

dahulu

mempelajari

Alquran secara

mendalam

Santri / murid

pondok

pesantren

Sa’id Yusuf

2. Sikap ketika

pembelajaran

berlangsung

2.1 Murid

menunjukkan

sikap yang baik

di awal

pembelajaran

2.2 Murid

menunjukkan

sikap yang baik

Page 131: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

di tengah proses

pembelajaran

2.3 Menunjukkan

sikap yang baik

ketika

menjumpai

permasalahan

dalam belajar

2.4 Murid

menunjukkan

sikap yang baik

di akhir

pembelajaran

3. Sikap ketika di luar

kelas / di

lingkungan pondok

pesantren

3.1 Murid selalu

mematuhi

perintah guru

3.2 Murid

menunjukkan

sikap yang baik

ketika guru

memarahi

3.3 Murid

menunjukkan

sopan santun

ketika bertemu

dengan guru di

luar kelas

3.4 Murid

menunjukkan

sikap yang baik

walaupun ketika

tidak terlihat

oleh guru

4. Sikap yang

ditunjukkan guru

terhadap murid

4.1 Murid mampu

menjelaskan

sikap guru

terhadap dirinya

5. Hal-hal yang

dilakukan sebelum

mengajar

5.1 Guru memiliki

niat yang tulus

dalam mengajar

Guru pengajar

kitab Adabul

Page 132: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

5.2 Guru berdoa

dan berzikir

sebelum pergi

mengajar

5.3 Guru

menunjukkan

kesiapan di awal

mengajar

5.4 Guru mengecek

kehadiran santri

sebagai wujud

kepedulian

terhadap murid

‘Alim wal

Muta’allim

6. Sikap yang

ditunjukkan ketika

sedang mengajar

6.1 Guru

menggunakan

bahasa yang

baik dan benar

6.2 Guru

menunjukkan

kebijaksanaan

terhadap murid

baru

6.3 Guru

menunjukkan

kebijaksaan

ketika

menghadapi

pertanyaan dari

santri

6.4 Guru

menujukkan

kebijaksanaan

ketika

menghadapi

murid yang

malas di kelas

6.5 Guru

memberikan

motivasi

ataupun pujian

terhadap murid

yang berprestasi

Page 133: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

7. Sikap kasih sayang

yang ditunjukkan

di luar kelas/ di

lingkungan pondok

7.1 Guru mengenal

nama dan

kepribadian

masing-masing

murid

7.2 Guru perhatian

terhadap

aktivitas murid

setiap hari

7.3 Guru

memanggil

murid dengan

nama yang baik

7.4 Guru

mendoakan

kebaikan murid

7.5 Guru

menunjukkan

kebijaksanaan

ketika

menjumpai

murid yang

berbuat salah

8. Sikap yang

ditunjukkan murid

terhadap guru

8.1 Guru mampu

menjelaskan

sikap murid

terhadap dirinya

Page 134: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK MURID MENGENAI

IMPLEMENTASI POLA HUBUNGAN GURU DAN MURID

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

Nama Narasumber : Fahri, Amar, Sulam, dan Putri

Hari, Tanggal : Sabtu 06 Juli 2019

Tempat : Aula Kelas

1. Setelah mempelajari kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, apakah kamu akan

meminta petunjuk kepada Allah SWT sebelum memutuskan untuk

menjadikan suatu tempat belajar sebagai pilihan?

2. Setelah mempelajari kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, apakah kamu akan

mencari informasi terlebih dahulu tentang sosok pengajar yang akan dijadikan

guru?

3. Apakah kamu mempelajari ilmu yang mempelajari hal-hal pokok terlebih

dahulu seperti kitab fikih?

4. Apakah kamu sungguh-sungguh mempelajari Alquran?

5. Bagaimana sikap yang kamu tunjukkan di awal pembelajaran?

6. Bagaimana sikap yang kamu tunjukkan di tengah-tengah proses

pembelajaran?

7. Bagaimana sikap kamu jika menjumpai adanya perbedaan pendapat ulama?

8. Bagaimana sikap kamu jika menjumpai ada teman yang terlihat tidak

semangat belajar?

9. Bagaimana sikap yang kamu tunjukkan di akhir pembelajaran?

10. Apakah kamu suka meminta guru atau lainnya untuk memeriksa hasil tulisan

sebelum kamu pelajari nantinya?

11. Apakah kamu selalu mematuhi perintah dari guru?

12. Bagaimana sikap yang kamu tunjukkan jika guru memarahimu?

13. Bagaimana sikap yang kamu tunjukkan ketika berhadapan/ bertemu guru di

luar kelas?

14. Bagaimana sikap yang kamu tunjukkan ketika tidak sedang bersama guru?

15. Menurut kamu, bagaimana sikap yang guru tunjukkan terhadap semua santri?

Page 135: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

PERTANYAAN WAWANCARA UNTUK GURU MENGENAI

IMPLEMENTASI POLA HUBUNGAN GURU DAN MURID

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

Nama Narasumber : K.H. Sa’roni NA, M.Pd

Hari, Tanggal : Sabtu, 6 Juli 2019

Tempat : Rumah pribadi

1. Apa niat pak Kiai dalam mengajar?

2. Hal apa saja yang dilakukan pak Kiai ketika akan pergi mengajar?

3. Hal apa saja yang dilakukan pak Kiai di awal mengajar?

4. Apakah pak Kiai mengecek kehadiran semua santri dan menanyakan santri

yang berhalangan hadir?

5. Apakah pak kiai selalu menggunakan bahasa yang baik ketika menjelaskan

materi pelajaran kepada santri?

6. Bagaimana sikap pak Kiai terhadap santri baru?

7. Bagaimana sikap pak Kiai ketika menghadapi pertanyaan santri yang belum

diketahui jawabannya?

8. Bagaimana sikap yang pak Kiai tunjukkan di dalam kelas ketika terjadi

masalah pada santri yang sedang belajar?

9. Dalam rangka memotivasi santri, apakah pak Kiai sering memberikan pujian

kepada santri?

10. Apakah pak Kiai mengenal nama-nama santri beserta kepribadiannya?

11. Apakah pak Kiai memperhatikan aktivitas seluruh santri?

12. Apakah pak Kiai pernah memanggil salah seorang santri dengan nama

panggilan yang tidak semestinya?

13. Apakah pak Kiai selalu mendoakan untuk kebaikan santri?

14. Bagaimana sikap yang pak Kiai tunjukkan ketika melihat santri yang berbuat

salah?

15. Menurut pak Kiai, bagaimana sikap yang santri tunjukkan kepada guru?

Page 136: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

HASIL WAWANCARA SANTRI MENGENAI IMPLEMENTASI

HUBUNGAN GURU DAN MURID MENURUT K.H. HASYIM ASY’ARI

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

Nama Narasumber : Fahri, Amar, Sulam, dan Putri

Hari, Tanggal : Sabtu, 06 Juli 2019

Tempat : Aula Kelas

Variabel Pertanyaan Hasil Wawancara

Hal-hal yang

dilakukan

sebelum belajar

Setelah mempelajari

kitab Adabul ‘Alim

wal Muta’allim,

apakah kamu akan

meminta petunjuk

kepada Allah SWT

sebelum

memutuskan untuk

menjadikan suatu

tempat belajar

sebagai pilihan?

Waktu masuk ke sini sih tidak

karena sudah yakin dengan pilihan

orang tua, tapi sekarang saya sudah

melakukan untuk meminta petunjuk

Allah dulu ketika memilih pondok

untuk melanjutkan dari sini.

Pas kesini tidak kak, karena kesini

awalnya diajak teman terus

orangtua mengizinkan, tapi setelah

belajar kitab Adabul ‘Alim wal

Muta’allim saya nanti pasti akan

melakukannya..

Sebelum belajar kitab ini sih tidak

kak, harusnya memang saya salat

istikhoroh terlebih dahulu, tapi saya

tidak melakukan. Insya allah nanti

melakukan jika mau ke tempat baru

Iya insya Allah nanti akan

melakukan, karena baru tahu setelah

belajar.

Setelah mempelajari

kitab Adabul ‘Alim

wal Muta’allim,

apakah kamu akan

mencari informasi

terlebih dahulu

tentang sosok

pengajar yang akan

dijadikan guru?

Insya Allah saya lakukan disamping

karena orangtua saya juga yang

membantu mencari informasinya

Iya ka, pasti saya akan mencari

terlebih dahulu.

Iya sama ka

Iya ka, karena saya sudah tahu harus

seperti itu.

Apakah kamu

mempelajari ilmu

yang mempelajari

hal-hal pokok

Iya ada pelajaran kitab safinatu al-

najah

Iya belajar

Iya pernah belajar juga

Page 137: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

terlebih dahulu

seperti kitab fikih? Iya sama kaya yang lain

Apakah kamu

sungguh-sungguh

mempelajari

Alquran?

Pasti sungguh-sungguh selain

awalnya belajar membaca dengan

baik, sekarang mulai fokus dengan

hafalan dan ada pula tafsirnya

Iya sungguh-sungguh terutama saya

sangat ingin menjadi penghafal

Alquran

Insya Allah saya selalu sungguh-

sungguh mempelajari apapun

Pasti sungguh-sungguh.

Sikap ketika

pembelajaran

berlangsung

Bagaimana sikap

yang kamu

tunjukkan di awal

pembelajaran?

Pertama ketika waktu belajar telah

tiba saya langsung ke tempat belajar

agar tidak telat, kemudian

mengucapkan salam ketika masuk

kelas, terakhir saya langsung duduk

bersila menghadap depan.

Sama seperti fahri, saya langsung ke

kelas karena takut telat, kemudian

ucapkan salam, terakhir duduk siap

belajar. artinya selalu berusaha

mengikuti pembelajaran yang

memang sudah terjadwal.

Dari awal saya selalu cepat-cepat

menghadap guru untuk belajar agar

tidak telat, kemudian ucapkan

salam, lalu duduk bersila seperti

laki-laki namun bagian paha ditutup

memakai mukena.

Ketika sudah waktunya belajar saya

selalu buru-buru ke kelas karena

sudah terbiasa, kemudian ucapkan

salam lalu duduk seperti posisi

tasyahud akhir namun tanpa

meletakkan tangan di paha.

Bagaimana sikap

yang kamu

tunjukkan di tengah-

tengah proses

pembelajaran?

Ketika belajar saya selalu

membungkukkan badan, fokus dan

selalu antusias mendengarkan

penjelasan guru, ketika berbicara

dengan guru nada suara

dilembutkan, tidak membuka

pelajaran lain kecuali ketika belajar

pelajaran umum.

Page 138: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Saya selalu duduk sopan dengan

menundukkan kepala, semangat

mengikuti pelajaran walaupun

kadang penyakit malas muncul.

namun ketika ada teman yang

kurang semangat juga saya bantu

semangati agar suasana belajar juga

berjalan dengan nyaman.

Kemudian ketika menerima atau

memberi sesuatu dari guru diterima

dengan badan merendah,

Selalu mendengarkan perkataan

guru walaupun sudah berulang kali

terhadap penjelasan yang sama,

tidak memotong penjelasan guru,

dan tertib ketika pembelajaran

berlangsung

Ketika mengeluarkan pendapat

dalam pelajaran gunakan kata-kata

yang tidak menyakiti, tetap fokus

mendengarkan guru, jika mau

keluar izin terlebih dahulu.

Bagaimana sikap

kamu jika

menjumpai adanya

perbedaan pendapat

ulama?

Tidak terlalu mempermasalahkan,

wajar saja

Wajar saja, tetap mengikuti arahan

guru

Tidak masalah ka

Jadi tambah wawasan ka

Bagaimana sikap

kamu jika

menjumpai ada

teman yang terlihat

tidak semangat

belajar?

Memberi semangat agar teman

fokus belajar cari ilmu

Saya dan teman-teman sering saling

memotivasi, karena Abi Sa’roni

yang sudah tua saja masih semangat

belajar

Saling memotivasi ketika proses

belajar karena dalam rangka

berlomba-lomba dalam hal

kebaikan

Berusaha menasihati untuk kembali

semangat belajar

Sikap yang

ditunjukkan di

akhir

permbelajaran

Bagaimana sikap

yang kamu

tunjukkan di akhir

pembelajaran?

Tidak lupa untuk membaca doa,

selalu menunggu guru keluar

terlebih dahulu dan tidak bercanda

Page 139: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Sama seperti Fahri tidak lupa

membaca doa dan tidak mendahului

guru ketika keluar

Sama seperti yang lainnya ditambah

tetap tertib ketika mau keluar kelas

Sama juga seperti yang lain

Apakah kamu suka

meminta guru atau

lainnya untuk

memeriksa hasil

tulisan sebelum

kamu pelajari

nantinya?

Iya pernah ke guru lain karena takut

ada yang salah terutama pelajaran

nahwu dan shorof

Kalau ke Abi Sa’roni tidak pernah

tapi minta tolongnya ke guru lain

Paling ke guru lain atau kakak yang

lebih tahu

Iya terkadang ke guru lain atau ke

teman

Sikap ketika di

luar kelas / di

lingkungan

pesantren

Apakah kamu selalu

mematuhi perintah

dari guru?

Alhamdulillah segala perintahnya

selalu saya jalani seperti berbelanja

kebutuhan pak kiai maupun

kebutuhan pondok.

Selalu saya patuhi perintahnya,

bahkan ketika ayam pak kiai hilang,

saya itu dengan senang hati

menjalankan perintah untuk

mencari ayam yang hilang itu.

Selalu mematuhi, seperti selalu

menjalankan perintah salat

berjamaah dan menjalankan salat

sunnah.

Selalu belajar mematuhi walaupun

terkadang ada saja yang dilanggar

Bagaimana sikap

yang kamu

tunjukkan jika guru

memarahimu?

Diam saja, menundukkan kepala

Diam, karena omelan guru terhadap

murid layaknya orangtua kepada

anaknya yang merupakan tanda

sayang dalam rangka mendidik

Diam, intropeksi diri bahkan

terkadang menangis karena

menyesali kesalahan yang telah

diperbuat

Diam saja, sedih ditambah malu

karena dimarahi, namun ada rasa

senang juga karena tetap ada

keberkahan didalamnya.

Bagaimana sikap

yang kamu Dari segi dzahir saya selalu

membungkukkan badan dan

Page 140: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

tunjukkan ketika

berhadapan/ bertemu

guru di luar kelas?

menundukkan kepada ketika

berjalan di depannya, serta jika akan

memberi atau menerima barang dari

guru saya selalu menghampiri lalu

duduk merendahkan badan.

Sedangkan dari segi batin, saya

selalu menjalankan segala perintah

dan nasihat guru meskipun beliau

tidak melihatnya. Terakhir tetap

melibatkan guru walaupun di luar

kelas seperti meminta tolong untuk

mengecek hasil tulisan karena

dikhawatirkan ada kesalahan

penulisan maupun penjelasan.

Membungkukkan badan dan

menundukkan kepala ketika

berjalan di depan guru.

Berbicara dengan santun, berjalan di

belakang guru artinya tidak

mendahului jalannya, duduk dengan

bersimpuh terlebih dahulu ketika

kan memberi atau menerima sesuatu

dari guru, serta menundukkan badan

pula ketika ada guru yang lewat di

hadapan kita

Menghormati dan memuliakannya

seperti memperhatikan makan dan

minum guru serta sukarela

mencucikan pakaian guru yang

sudah kotor.

Bagaimana sikap

yang kamu

tunjukkan ketika

tidak sedang

bersama guru?

Selalu mendoakan guru serta

meminta izin terlebih dahulu ketika

akan menemuinya

Selalu mendoakan kebaikan guru

agar diberikan panjang umur,

diberikan kesehatan dan

keberkahan.

Selalu istiqomah mendoakan guru

Sama seperti yang lainnya, yaitu

pasti berdoa untuk kebaikan guru

Sikap yang

ditunjukkan

guru terhadap

murid

Menurut kamu

bagaimana sikap

yang guru tunjukkan

terhadap santri?

Saya rasa guru-guru di sini selalu

menggunakan perkataan yang sopan

dengan santri sehingga santri juga

ikut seperti itu serta berjiwa

karismatik.

Page 141: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

. Setiap akan mernulai ngaji, Abiselalu mengajak seluruh santrimengucapkan basrnalah, danmengakhid kegiatan belajar denganrnengucapkan hamdalah. Selain itusikap kerendahan hati dan tidakgalaknya guru membuat kita semuasebagai murid merasa hormatsekaligus nvaman ketika belajar.

. Guru di sini selalu menampakkansenyurn jadi rasanya adem tidakmenakutkan

. Guru di sini sangat sayang dan dekat

Narasumber I Narasumber 2 Naraslrmber 3 Narasumber 4

Fahri

,,t c-9-- <r-

Putri

Pewawancara

flfu,,il---Iffatud Diyanah

i#a)

S)i*-o.)

Page 142: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

HASIL WAWANCARA GURU MENGENAI IMPLEMENTASI

HUBUNGAN GURU DAN MURID MENURUT K.H. HASYIM ASY’ARI

DI PONDOK PESANTREN SA’ID YUSUF DEPOK

Nama Narasumber : K.H. Sa’roni NA, M.Pd

Hari, Tanggal : Sabtu, 6 Juli 2019

Tempat : Rumah pribadi

Variabel Pertanyaan Hasil Wawancara

Hal-hal yang

dilakukan sebelum

dan di awal

mengajar

Apa niat pak Kiai

dalam mengajar?

Niat saya dalam mengajar sudah

pasti Insyaallah Lillahi Ta’ala

Hal apa saja yang

dilakukan pak Kiai

ketika akan pergi

mengajar?

Pertama saya selalu menyucikan

diri baik wudu maupun mandi,

karena di luar waktu mengajar pun

saya selalu menjaga wudu. Kedua

saya memastikan kondisi fisik

dalam keadaan siap, misalnya

tidak dalam keadaan lapar maupun

tidak dalam keadaan ngantuk.

Ketiga berangkat ke tempat

mengajar dengan tidak lupa

membaca doa dan dzikir sebagai

pengingat diri.

Hal apa saja yang

dilakukan pak Kiai

di awal mengajar?

Di awal saya selalu memposisikan

diri di depan duduk di kursi tidak

perlu di mimbar yang penting

terlihat oleh semua santri,

kemudian ucapkan salam dan doa

mengawali pembelajaran

Sikap yang

ditunjukkan ketika

sedang mengajar

Apakah pak Kiai

mengecek kehadiran

semua santri dan

menanyakan santri

yang berhalangan

hadir?

Dari awal hampir semua santri

selalu mengikuti pelajaran yang

saya ajarkan, sehingga saya tidak

mengecek kehadiran. Namun jika

saya mengetahui salah satu santri

ada yang tidak hadir maka saya

meminta santri yang lain untuk

memanggil ataupun

menjemputnya walaupun santri

yang tidak hadir tersebut sedang

sakit, tetap saya suruh mengikuti

pengajian.

Apakah pak kiai

selalu menggunakan

Pastinya saya menggunakan

bahasa-bahasa sederhana namun

Page 143: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

bahasa yang baik

ketika menjelaskan

materi pelajaran

kepada santri?

tetap sopan santun dan lembut.

Penggunaan bahasa yang

sederhana ini bertujuan agar apa

yang saya jelaskan dapat dengan

mudah dipahami oleh semua

santri.

Bagaimana sikap

pak Kiai terhadap

santri baru?

Di bedakan cara pengajarannya

atau perlakuannya, tujuannya agar

santri baru dapat mengikuti

maupun semangat tinggi dalam

belajar.

Bagaimana sikap

pak Kiai ketika

menghadapi

pertanyaan santri

yang belum

diketahui

jawabannya?

Setiap pertanyaan dari santri saya

jawab sebisa saya, dan

Alhamdulillah santri puas atas

jawabannya, jika pertanyaannya

sulit saya tidak sungkan untuk

menunda kemudian melanjutkan

jawaban pertanyaan tersebut di

pertemuan yang akan datang

Bagaimana sikap

yang pak Kiai

tunjukkan di dalam

kelas ketika terjadi

masalah pada santri

yang sedang belajar?

Masalah yang banyak dijumpai

pada santri saat pembelajaran

adalah rasa malas belajar, secara

pribadi sikap yang saya tunjukkan

pertama yaitu selalu tegas

terhadap santri yang demikian,

artinya langsung saya tegur apakah

santri tersebut niat belajar atau

tidak. Jika niat belajar tunjukkan

semangatnya jika tidak niat

mending pulang saja. Kedua jika

ada santri yang berbuat salah saya

selalu tegur setelah salat lima

waktu, karena saat itulah semua

santri berkumpul. Ketiga dari awal

saya selalu membuat aturan

dilarang izin ke kamar mandi

dengan memberikan kesempatan

ke kamar mandi sebelum belajar,

hal ini agar tidak mengganggu

kegiatan pembelajaran nantinya.

Dalam rangka

memotivasi santri,

apakah pak Kiai

sering memberikan

pujian kepada santri?

Terhadap santri yang berprestasi,

bukan hanya pujian yang saya

berikan, bahkan hadiah juga saya

berikan. Seperti hadiah berupa

gratis biaya pendidikan dan

sebagainya. Hal ini dalam rangka

Page 144: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

memotivasi santri yang berprestasi

tersebut dan santri yang lain agar

lebih termotivasi untuk berprestasi

Sikap kasih sayang

yang ditunjukkan

di luar kelas / di

lingkungan pondok

Apakah pak Kiai

mengenal nama-

nama santri beserta

kepribadiannya?

Kalau nama masing-masing tidak,

karena banyaknya santri, namun

untuk kepribadian dan latar

belakang masing-masing santri

saya tahu semua.

Apakah pak Kiai

memperhatikan

aktivitas seluruh

santri?

Iya, selama 24 jam saya selalu

control aktivitas santri. Saya tidur

belakangan setelah semua santri

tidur, dan bangun lebih awalan

sebelum santri bangun. Bahkan

ketika tengah malam saya sering

mengontrol santri yang tidur, jika

terlihat ada santri yang tidur digigit

nyamuk maka saya akan lindungi.

Hal ini karena merasa santri adalah

anak sendiri.

Apakah pak Kiai

pernah memanggil

salah seorang santri

dengan nama

panggilan yang tidak

semestinya?

Tidak pernah karena nama adalah

doa, dan nama yang dimiliki setiap

santri adalah nama yang baik yang

diberikan orangtua nya masing-

masing.

Apakah pak Kiai

selalu mendoakan

untuk kebaikan

santri?

Pasti saya doakan setelah salat

fardu maupun salat sunah

Bagaimana sikap

yang pak Kiai

tunjukkan ketika

melihat santri yang

berbuat salah?

Langsung saya tegur agar tidak

lupa dengan tetap menggunakan

nada yang lembut dan tidak

melukai perasaannya.

Sikap yang

ditunjukkan murid

terhadap guru

Menurut pak Kiai,

bagaimana sikap

yang santri

tunjukkan kepada

guru?

“Etika santri kepada gurunya

memang merupakan hal yang

utama di sini, tata cara bicaranya

selalu diperhatikan. Bahkan

dengan siapa pun santri di sini

dilarang menggunakan bahasa

panggilan “elu”, “gue”. Selain itu

seluruh santri di sini selalu datang

ke masjid atau kelas lebih dulu

sebelum guru itu datang. Selain itu

ketika kegiatan belajar

Page 145: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

u_1

mengajar sudah drmulai, hampirtidak ada yang izin keluar ke toiletkarena sebelum belajar semuasantri dan santriwati buru-bum ketoilet terlebih dahulu. Hal ini sayarasakan dan memang saya

kegratan belajarterapkan agartidak

(P:

Page 146: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Uji Referensi

Page 147: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

LEMBAR UJI REFERENSI

Na:na : Iffatud Diyanah

NIM : 1113011000103

Judul Skripsi : Hubungan Guru dan Murid Menurut K.H. Hasyim Asy,ari dan

Implementasinya dalam Pembelajaran di pondok pesantren

Sa'idYusuf Depok ( Studi Kitab I dahul 'Alimwul )v,Iuto'ultim)

Dosen Pembimbing : Drs. Abdul Haris, MA

No Referensi Halaman Paraf

BAB Il Yatirnin Abdullah, Studi Akhlak dalam PerspektiJ

Al quran, (Jakarta: Amzah, 2007 ), Cet. I

1

2 Hasbullah, Dasar-Dasar llmu Perulidikan, (Jakarta: pT

Raja Crafindo Persada, 2008)

1

J Zlhairini, Dkk; F ilsafat Pendidiktn Islam, (lakarta:

Bumi Aksara, 2009), Cet. V

1

4 Hasbullah, Kaprta Selekto Pentlidikan Islarn, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 1999)

I 95 Abduddin Nata, Persepektif Islarn Tentang Pola

Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001)

3

6 Tim Penyusun, Undang-Llndang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003'I'entang Sistenx l,endidikan

Nasional, (Jakarta: Depdiknas, 2003)

3

7 Suwendi, Sejarah dan Petnikiran Pendidikan Islam,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004)

J

I

I

I

Page 148: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

8 Abdul Aziz, 3 Dari 9 Murid Ditampar Guru di

Purwokerto Alami (.)idera dan l\auma Berat, 2018,

(bttpsllu.merdekaren)

4

9 Verlandy Donny Fermans ah, Kronologi Siswa Aniaya

Guru Sampai Tewas di Sampang, Kelas Seni Lukis yang

Berujung Tragis, 2018,

4

-4IO Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirnidzi, Al-

.lami'tt Tirmidzi, (Riyadh: Internationai ldeas Home Inc,

tt)

)

l'll Haidar Putra Dariay, Pendidikan Islam dalam Sistem

Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

2014),

6,7

12 Saroni, Profil Pe.tantren Said Yusuf, 2018,

(http://www. pesantren-saidvusuf. sch. id).

8

BAB II13 Sukring, Pendidik dan Pesefia Didik dalam Perspekrf

Islam, (Y ogyakarta: Graha lhnu, 2013)

161)

)l4 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Jami'u Sltultih.

(Kairo: Al-Matba'ah as-Salafiyyah, i400 H)

14

15 Naiib Sulhan, Kdrater (juru Masa Depun Sukses dan

Bermartabal, (Surabaya: Jaring Pena, 2011)

15

vv16 Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikun

dalam Alquran, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013)

l6

17 Abuddin Nata, Perspehi/'lslam tentang I'olcr Hubungan

Guru-Murid: Studi Penikiran Tasawuf Al-(jhazali,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001 ), Cet. I

17,19,20,

21

Page 149: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

18 Tirn Penyusun, Undang-Undang N Nomor 20 7-ahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta:

Depdiknas,2003)

l9

t9 Albar Adetary Hasibuan, Filsafut Pendidikan Islam,

(Malang: UIN Malik Press, 2015)

22

20 Haidar Putra Dariay, Sejarah Pertuxtbuhan dan

Pembaruan Pendidikan Islam di lrulonesia, (Jakarla:

Kencana, 2007)

)1 )1

21 Arnin Haedari, dkk., Masa Depan ['esantren dalam

Tantangan Modernitas dan Tantangan kompleksitas

Global, (Jakana: IRD Press, 2004), Cet. I

23,24,32

22 Nurcholis Majid, Bilik-l3ilik Pe.santren: Sebuah Poffet

P erj al anan, (Jakarta: Paranadina, 1 997 )

)11 )7

l-) Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning: Pe-suntren dan

Tarekat: Tradisi-'I'radisi [slam di Indonesl4 (Bandung:

Mizan. 1999) ,

24

\-t>r

24 Zamakhsyari Dhofier, 1'radisi Pesantren: Studi tentang

Pandangan Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1982)

2s,26,31

25 Mujamil Qomar, Pesantren dari I'ransforrnasi

Metodologi menfiu Demokrati,tasi Institusi, (Jakarta:

Erlangga, t.t.)

?5 7R 10

31,33

26 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor. & Pembaharuan

Pendidikan Pesantren, (Iakarta. Raja Grafindo Persada,

2005)

29

27 Zakiah Daradjat, dUlk., Ilmu Penditlkan Islam, (Jakarta:

Bumi Aksara" 1996)

30

28 Zakiah Daradjat, dkk., Mebdik Khusus Pengajaran

Agatna Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. IV

32

t

Page 150: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

29 Abuddin Nata, Filsdfat Pendidikan Islant: bagian l,(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I

34

)30 Nik Haryanti, "Implementasi pemikiran KH. Hasyim

Asy'ari tentang Etika Pendidik", Jurnal Pendidikan,

Vol. 8, No. 2, (Desember 2013)

34

F3i Sulhan dan Mohammad Muchlis Solichin, Etika Peserta

Didik dalam Pembelajaran Perspektif KH. Hasyim

Asy'ari (Telaah Kitab Adabul 'Alim wa al Muta'alim)"

Jurnal Pendidikan Akhlak, Vol. 8. No. 2 (Desember

2013)

35

BAB I]IJL Sugiono, Mende Penelitian Ku.tntitdtif Kualitatif dan 38,43,44,-

47,48, 49)

1l<!-D, (Bandung: Alfabeta, 2006). Cet. I

JJ Rexy J Moleong, A,[etodologi Penelitiun Kualitatif,

(Bandung: Remaja Rosdakarya"2016), Cet. X)O(V

38

qJ4 Sukardi, Mebde Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT

Bumi Aksara, 20i 1)

39 rv

35 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelirian

Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosy dakary a,2006),

Cet. II

40,4"1 I

BAB IV

36 Herry Mohamm ad, dkk.,7'okoh-ktkoh Islam yang

Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Insani, 2006)

50,53 .

37 Suwendi, Koru.rep Kependidikan KH.M. Haslim Aq"ari,

(Ciputat: LeKDiS, 2005)

5r, 52,54,

56, s8 YY38 Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembnruan Pendidikan

Islam di Indonesia, (lakarta: PT Raia Grafindo Persada,

200s)

51 , 52, 54,

55 56

Page 151: Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46892...Kitab Adabul sAlim wal Muta'allim) disusun oleh Iffatud Diyanah NIM 1 t 1301 1000103, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Hasbullah, Kapita Seleku Pendidikan Islam, (Jakarta:.

PT Rala Grafindo Persada, 1996)

Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah

Aswaja: Mentahami, Mengatnalkan dan

Me ndakwahkan A hlussunnah wal,Iama' ah, (Surabaya:

Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur,2016)

Ryan Putra Langgeng Asmoro, Etik(t dalam

Pendidikan: Studi Kitob Adabul 'Alim wa al-Mula'allim

Karya K.H. Hasyim Asy'ari, 2018.

(www.academia.edu)

Tim Dosen Ma'had Aly Hasyim Asy'ari, 7'eryemah

Adabul 'Alim wa ctl-M*a'allim Karya Hodratu,ssl'ctikh

KH.M. Hasltim Asy arl , (Jombang: Pustaka Tebuireng,

2016)

60,62,63,

64, 81, 83.

85, 86

Iakarta,24 Juli 20 i9

Dosen Pembimbing

/r'{r,Ri,i1r,;OiaYfi:i;.,

9660901199503i001

39 s5, 58

\40 56,57

41 57

I'