bappeda.bandungkab.go.idbappeda.bandungkab.go.id/bappeda_2015/wp-content/uploads/2015/09/...... dan...

116

Upload: lethuy

Post on 01-May-2018

237 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

ii

DAFTAR ISI

Hal KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

B. Landasan Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

C. Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

1. Maksud . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

D. Hubungan Renstra Dinas Kesehatan dengan Dokumen

Perencanaan Lainnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

E. Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB II TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN 7

A. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

B. Kepegawaian dan Perlengkapan Dinas Kesehatan. . . . . . 18

BAB III VISI, MISI, NILAI – NILAI ORGANISASI, dan ANALISIS

LINGKUNGAN STRATEGIS PEMBANGUNAN

KESEHATAN 2010 – 2015

21

A. Visi dan Misi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

B. Nilai – Nilai Organisasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

C. Analisis Lingkungan Strategis Pembangunan Kesehatan . 22

Perkembangan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten

Bandung . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .

22

Kondisi Umum Daerah Masa Kini. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

1. Geografis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

2. Kependudukan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

a. Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk. . . . . . 30

b. Tingkat Pendidikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

c. Pertumbuhan, Mobilitas, dan Persebaran Penduduk 31

d. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian. . . 32

e. Distribusi Penduduk Kelompok Rentan . . . . . . . . . . 33

f. Penduduk Miskin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33

iii

3. Masalah Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

4. Masalah yang Terkait dengan Pembangunan

Kesehatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

1) Lingkungan Internal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

a) Kekuatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

b) Kelemahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

2) Lingkungan Eksternal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

a) Peluang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

b) Ancaman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

5. Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Masalah

Terkait Dengan Pembangunan Kesehatan . . . . . . . . . . 38

6. Analisa Kecenderungan Masalah Kesehatan . . . . . . . . 39

7. Ketersediaan Sumber Daya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40

Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi Ke Depan . . . . . . . 40

BAB IV TUJUAN, SASARAN dan CARA MENCAPAINYA 42

A. Tujuan Pembangunan Kesehatan 2010 - 2015 . . . . . . . . . 42

B. Rencana Strategis 2010 - 2015 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

Ringkasan Rencana Strategis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42

Rincian Rencana Strategis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47

BAB V KERANGKA IMPLEMENTASI 103

A. Pagu Indikatif Pendanaan dan Sumber Dana

Pembangunan Kesehatan 2010 - 2015 . . . . . . . . . . . . . . .

103

B. Koordinasi, Pengendalian dan Evaluasi. . . . . . . . . . . . . . . 104

BAB VI PENUTUP 105

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga Kami dapat menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Tahun 2011 – 2015

ini pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya Rencana Strategis ini tidak mungkin terwujud tanpa

dukungan dan sumbang saran dari seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Selanjutnya rencana strategis ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

penyusunan rencana kegiatan dalam limat tahun mendatang sehingga tujuan dari visi dan

pelaksanaan misi dapat dapat terwujud sesuai rencana.

Walaupun sudah berusaha dengan segenap kemampuan, Kami menyadari dalam

penulisan dokumen ini banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh

sebab itu kritik, saran dan masukan dari semua pihak sangat Kami harapkan demi

penyempurnaan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2011 -

2015 ini.

Bandung, 2011

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

dr. H. Achmad Kustijadi, M.Epid Pembina Utama Muda

NIP. 19580623 198711 1 001

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ringkasan Rencana Strategis

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemadirian, adil dan merata, serta

pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,

anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan: 1) Obat dan perbekalan, 2)

Upaya kesehatan masyarakat, 3) Pengawasan obat dan makanan, 4) Promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat, 5) Perbaikan gizi masyarakat, 6) Pengembangan lingkungan

sehat, 7) Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, 8) Standarisasi pelayanan

kesehatan, 9) Pelayanan kesehatan penduduk miskin, 10) Pengadaan, peningkatan dan

perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya, 11)

Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan, 12) Peningkatan pelayanan kesehatan lansia,

dan 13) Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. Upaya tersebut dilakukan dengan

memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan

lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta globalisasi dan

demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral. Penekanan

diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif dan

preventif.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, maka sebagai salah

satu pelaku pembangunan kesehatan daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung telah

menyusun Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Tahun 2011 -2015.

Renstra Dinas Kesehatan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang

memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 2

Dinas Kesehatan maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat untuk kurun waktu

tahun 2011 – 2015.

Renstra Dinas Kesehatan tahun 2011 - 2015 ini didasarkan pada struktur organisasi Dinas

Kesehatan yang memberikan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional, Standar

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, dan Millenium

Development Goals (MDG’s).

B. Landasan Hukum

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung meyakini bahwa terwujudnya visi dan misi Kabupaten

Bandung, pembangunan kesehatan mutlak diperlukan dalam menunjang pembangunan

nasional secara keseluruhan. Sejalan dengan hal tersebut di atas agar derajat kesehatan dapat

terwujud secara optimal maka perlu disusun rencana pembangunan kesehatan yang spesifik

berlandaskan produk hukum yang berlaku dan berkaitan dengan kesehatan, sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4438);

8. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 3

10. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4124;

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana

Kerja Pemerintah;

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2010 – 2014;

15. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun

2011;

16. Peraturan Presiden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah;

18. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor 28 Tahun 2010; Nomor

0199/M PPN/04/2010; Nomor PMK 95/PMK 07/2010, tentang Penyelarasan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-188/Kep/Bangda/2007 tentang

Pedoman Penilaian Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat;

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-

2025;

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-

2013

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 4

24. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 72 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 6 Tahun 2004 tentang Transparansi

dan Partisipasi dalam Penyelenggaraan Pemerintah di Kabupaten Bandung;

26. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung No. 8 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penyusunan Perencanaan Pembangunaan Daerah;

27. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi Dana

Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 24 Tahun 2009 tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2006 tentang Alokasi

Dana Perimbangan Desa di Kabupaten Bandung;

28. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pedoman

Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung;

29. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok

Pengelolaan Keuangan Daerah;

30. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 17 Tahun 2007 tentang Urusan

Pemerintahan Kabupaten Bandung;

31. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Tahun 2007 sampai dengan 2027 (Lembaran

Daerah Kabupaten Bandung Tahun 2008 Nomor 3).

C. Maksud dan Tujuan

Maksud

Berdasarkan pertimbangan di atas, Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung ini disusun dengan maksud sebagai berikut:

a. Menyediakan dokumen RPJM Bidang Kesehatan Tahun 2011 – 2015 sebagai bahan

dalam penyusunan dokumen perencanaan daerah.

b. Sebagai acuan resmi bagi seluruh pengelola program dan kegiatan jajaran Dinas

Kesehatan dan masyarakat dalam menentukan prioritas program lima tahunan yang

digunakan sebagai pedoman dalam rencana kerja tahunan (RKPD) Dinas Kesehatan.

Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemda dan DPRD, serta masyarakat untuk memahami

dan menilai arah kebijakan dan program Dinas Kesehatan selama lima tahun.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 5

Tujuan

Tujuan dari Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun 2011 – 2015

adalah:

Merupakan bagian dari rencana pembangunan jangka panjang menengah daerah

(RPJMD) yang merupakan tahapan dari Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

sebagai dokumen perencanaan induk dengan wawasan waktu 20 tahunan.

Merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah di bidang kesehatan dalam

kurun waktu masa bakti Kepala Daerah terpilih.

Menyediakan satu tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan

setiap program pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Memudahkan seluruh pengelola program dan kegiatan dalam mencapai tujuan dengan

cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur.

Memudahkan seluruh pengelola program dan kegiatan untuk memahami dan menilai

arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu

lima tahunan.

D. Hubungan Renstra Dinas Kesehatan dengan

Dokumen Perencanaan Lainnya

Hubungan Renstra Dinas Kesehatan dengan Dokumen Perencanaan lainnya, yaitu selain

memperhatikan RPJMD Kabupaten Bandung, Renstrada Provinsi Jawa Barat juga

memperhatikan dokumen perencanaan lainnya yakni Renstra Kementerian Kesehatan RI

Tahun 2010-2014.

E. Sistematika Penulisan

Dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2011 – 2015 terdiri dari 6

bab. Bab I terdiri atas latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, dan hubungan

Renstra Dinas Kesehatan dengan dokumen lainnya serta sistematika penulisan. Selanjutnya

pada Bab II membahas tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung yang berisi

tugas dan fungsi Dinas Kesehatan serta kepegawaian dan perlengkapan Dinas Kesehatan.

Bab III membahas visi, misi, nilai-nilai dan analisis lingkungan strategis pembangunan

kesehatan tahun 2011 – 2015 yang dijabarkan dalam visi dan misi, nilai-nilai organisasi,

serta analisis lingkungan strategis pembangunan kesehatan tahun 2011 – 2015. Bab IV

tentang tujuan, sasaran, dan cara-cara mencapainya menguraikan tentang tujuan

pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung, sasaran pembangunan kesehatan 2011 -

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 6

2015, strategi pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan 2011 – 2015, arah

kebijakan serta program dan kegiatan. Selanjutnya Bab V mengutarakan kerangka

implementasi yang dijabarkan ke dalam pagu indikatif pendanaan dan sumber dana

pembangunan kesehatan 2011 – 2015 dan koordinasi, pengendalian, dan evaluasi. Bab VI

penutup.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 7

BAB II TUGAS dan FUNGSI DINAS

KESEHATAN

A. Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung merupakan Dinas Otonomi Daerah yang secara

struktur sepenuhnya berada dalam kewenangan pemerintahan Daerah, sedangkan hubungan

dengan Dinas Kesehatan Propinsi adalah merupakan hubungan kerja fungsional, sehingga

tugas-tugas bantuan (dekonsentrasi) di bidang kesehatan di tingkat Kabupaten dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung mempunyai tugas merumuskan kebijaksanaan sistem

kesehatan Kabupaten dan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan

yang meliputi program, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, pelayanan

kesehatan, kesehatan keluarga, farmasi serta melaksanakan ketatausahaan Dinas. Untuk

melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung berfungsi sebagai

pelaksana perumusan kebijaksanaan sistem kesehatan kabupaten dan kegiatan teknis

operasional di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan, penyehatan lingkungan

dan penanggulangan penyakit, kesehatan keluarga dan farmasi serta pelaksana pelayanan

teknis administratif ketatausahaan di bidang kesehatan. Dinas ini berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Bupati Bandung.

Maksud dan tujuan pembentukan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, sebagaimana

tercantum dalam peraturan Daerah Kabupaten Bandung, Nomor 20 Tahun 2007 yaitu :

1. Bahwa untuk meningkatkan dan mengembangkan bidang Kesehatan yang telah

dilaksanakan di Kabupaten Bandung, telah dibentuk Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung.

2. Bahwa agar Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dapat melaksanakan tugasnya secara

berdaya guna dan berhasil guna dipandang perlu untuk menetapkan susunan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Bandung, Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung mempunyai kedudukan, tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 8

1. Kedudukan

a. Dinas daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

b. Dinas Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan

tanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah.

2. Tugas Pokok

Dinas mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan sistem kesehatan Kabupaten

dan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi

program, penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, pelayanan kesehatan,

kesehatan keluarga, farmasi serta melaksanakan ketatausahaan Dinas.

3. Fungsi

Berdasarkan perda tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan perumusan kebijaksanaan sistem kesehatan kabupaten dan pelaksanaan

kegiatan teknis operasional di bidang kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan,

penyehatan lingkungan dan penanggulangan penyakit, kesehatan keluarga dan

farmasi.

b. Pelaksana pelayanan teknis administratif ketatausahaan.

Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung telah ditetapkan dengan Peraturan

Bupati Bandung Nomor 5 Tahun 2008. Adapun unsur Organisasi Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung terdiri atas :

1. Pimpinan, adalah kepala Dinas

2. Pembantu pimpinan adalah Sekretariat

3. Pelaksana adalah Bidang, UPTD Laboratorium, UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan,

dan UPTD Pelayanan Kesehatan, serta Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dapat dilihat pada gambar berikut

:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 9

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN (Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007)

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian

Sub. Bag. Keuangan

Sub. Bag.

Penyusunan Program

Kelompok Jabatan

Fungsional

Bidang Pelayanan Kesehatan

Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bidang Pengawasan

dan Pengendalian

Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar

Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus

Seksi Penunjang Pelayanan

Seksi Pengamatan dan Pencegahan

Penyakit

Seksi Pemberantasan

Penyakit

Seksi Penyehatan Lingkungan

Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi Gizi

Seksi Kemitraan dan Pembiayaan

Kesehatan

Seksi Pengawasan dan Pengendalian

Farmasi dan Makanan dan Minuman

Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Penelitian, Pengembangan, dan Informasi Kesehatan

UPTD Laboratorium

UPTD Pelayanan Kesehatan

UPTD Obat & Perbekkes

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 10

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina,

mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis

pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas

pembangunan di Bidang Kesehatan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Kepala Dinas Kesehatan menyelenggarakan

fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;

b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup

tugasnya;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

2. Sekretariat

Sekretaris mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan

tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan yang meliputi

pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan kepegawaian serta

pengelolaan keuangan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut Sekretaris

mempunyai fungsi :

a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan

kesekretariatan;

b. Penetapan rumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan penyelenggaraan

tugas-tugas Bidang secara terpadu;

c. Penetapan rumusan kebijakan pelayanan administratif Dinas;

d. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan kerumahtanggaan;

e. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan kelembagaan dan ketatalaksanaan serta

hubungan masyarakat;

f. Penetapan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi kepegawaian;

g. Penetapan rumusan kebijakan administrasi pengelolaan keuangan;

h. Penetapan rumusan kebijakan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas Dinas;

i. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas Dinas;

j. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan penyampaian bahan

pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Dinas;

k. Pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 11

l. Evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesekretariatan;

m. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

n. Pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga

atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesekretariatan.

Sekretariat, membawahkan:

a. Sub Bagian Penyusunan Program

Kepala Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan dan

pengkoordinasian penyusunan rencana dan program Dinas.

b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok

merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas

pelayanan administrasi umum dan kerumahtanggaan serta administrasi kepegawaian.

c. Sub Bagian Keuangan

Kepala Subag Keuangan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan administrasi dan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dinas.

3. Bidang Pelayanan Kesehatan

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pengelolaan pelayanan

kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan khusus dan

penunjang kesehatan. Dalam melaksanakan tugas pokoknya Kepala Bidang Pelayanan

Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pengelolaan pelayanan kesehatan;

b. penetapan rumusan kebijakan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan

kesehatan khusus dan penunjang pelayanan;

c. penetapan rumusan kebijakan penyelenggaraan upaya kesehatan perorangan;

d. penetapan rumusan kebijakan penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah

perbatasan, terpencil, dan rawan;

e. penetapan rumusan kebijakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji;

f. pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesehatan;

g. evaluasi pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan kesehatan;

h. pelaksanaan tuas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

i. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga

atau pihak ketiga di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 12

Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan:

a. Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar

Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan

pelayanan kesehatan dasar.

b. Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus

Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengelolaan

pelayanan kesehatan khusus.

c. Seksi Penunjang Pelayanan

Seksi Penunjang Pelayanan mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengembangan dan pengelolaan

penunjang pelayanan kesehatan.

4. Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas

pokok dan fungsi memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di

bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan lingkungan yang

meliputi pengamatan dan pencegahan penyakit, pemberantasan penyakit serta

penyehatan lingkungan. Dalam melaksanakan tugas pokoknya Kepala Bidang

Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan menyelenggaran fungsi:

a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja pencegahan dan pemberantasan

penyakit serta penyehatan lingkungan;

b. penyelenggaraan surveilans epidemiologi dan penyelidikan kejadian luar biasa;

c. penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan penyakit

tidak menular tertentu;

d. penyelenggaraan operasional pencegahan dan penanggualangan masalah kesehatan

akibat bencana dan wabah;

e. penyelenggaraan pencegahan dan penganggulangan pencemaran lingkungan;

f. penyelenggaraan penyehatan lingkungan;

g. pelaporan pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan penyakit serta

penyehatan lingkungan;

h. evaluasi pelaksanaan tugas pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan

lingkungan;

i. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 13

j. pelaksanaan koordinas/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga

atau pihak ketiga di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit serta penyehatan

lingkungan.

Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, membawahkan:

a. Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit

Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengembangan

pengamatan dan pencegahan penyakit.

b. Seksi Pemberantasan Penyakit

Seksi Pemberantasan Penyakit mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan dan

pengembangan pemberantasan penyakit.

c. Seksi Penyehatan Lingkungan

Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan dan

pelayanan penyehatan lingkungan.

5. Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bidang Bina Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang fasilitasi dan pembinaan

kesehatan masyarakat yang meliputi kesehatan keluarga, pelayanan gizi serta

pengembangan kemitraan dan pembiayaan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas

pokoknya Kepala Bidang Bina Kesehatan Masyarakat menyelenggaran fungsi:

a. penetapan penyusunan rencana dan program kerja fasilitasi dan pembinaan kesehatan

masyarakat;

b. penyelenggaraan pelayanan kesehatan keluarga yang meliputi kesehatan ibu,

neonatal, bayi, balita, anak, kesehatan reproduksi, upaya kesehatan sekolah dan

kesehatan usia lanjut;

c. penyelenggaraan survailans dan penanggulangan gizi buruk;

d. penyelenggaraan perbaikan gizi keluarga dan integritas program gizi;

e. penyelenggaraan promosi kesehatan;

f. penyelenggaraan pengkajian potensi dan permasalahan dalam pengembangan JPKM

yang meliputi pengembangan badan penyelenggara, kepesertaan, Bapim dan

penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan serta pembiayaan kesehatan;

g. penyelenggaraan pembinaan dan pengendalian bapel JPKM;

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 14

h. penyelenggaraan pengembangan pola kemitraan pelayanan kesehatan yang meliputi

pengembangan pesan kesehatan, sarana dan metoda penyuluhan serta upaya

memotivasi petugas kesehatan;

i. penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan sesuai kondisi lokal;

j. penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan nasional;

k. pelaporan pelaksanaan tugas fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat;

l. evaluasi pelaksanaan tugas fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat;

m. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

n. pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga

atau pihak ketiga di bidang fasilitasi dan pembinaan kesehatan masyarakat.

Bidang Bina Kesehatan Masyarakat, membawahkan:

a. Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi Kesehatan Keluarga mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pelayanan kesehatan keluarga.

b. Seksi Gizi

Seksi Gizi mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan

melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan dan pengembangan pelayanan gizi.

c. Seksi Kemitraan dan Pembiayaan Kesehatan

Seksi Kemitraan dan Pembiayaan Kesehatan mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pengembangan

kemitraan pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

6. Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan

Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas di bidang peningkatan pengawasan

dan pengendalian kesehatan yang meliputi pengawasan dan pengendalian farmasi dan

makanan dan minuman, sumber daya kesehatan serta penelitian, pengembangan dan

informasi kesehatan. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Bidang

Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan mempunyai fungsi :

a. Penetapan penyusunan rencana dan program kerja peningkatan pengawasan dan

pengendalian kesehatan;

b. Penyelenggaraan pembinaan, monitoring dan evaluasi pengawasan farmasi dan

makanan dan minuman, sumber daya kesehatan serta penelitian pengembangan

informasi kesehatan;

c. Penetapan rumusan kebijakan registrasi, akreditasi dan sertifikasi sarana kesehatan;

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 15

d. Penetapan rumusan kebijakan pemberian perijinan sarana kesehatan yang meliputi

Rumah Sakit Pemerintah Kelas C/D, Rumah Sakit Swasta yang setara, praktek

berkelompok, klinik umum/spesialis, rumah bersalin, klinik dokter keluarga/gigi,

kedokteran komplementer, pengobatan tradisional dan sarana penunjang yang setara

serta rekomendasi perijinan sarana kesehatan tertentu;

e. Penetapan penyediaan dan pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar, alat

kesehatan, reagensia dan vaksin;

f. Penyelenggaraan pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan

farmasi dan sarana pelayanan kesehatan swasta lainnya;

g. Penyelenggaraan pengawasan dan pengendalian peredaran registrasi serta sertifikasi

produk makanan dan minuman;

h. Penyelenggaraan sertifikasi alat kesehatan dan PKRT Kelas I serta pemberian

rekomendasi perijinan PBF Cabang, PBAK dan Industri Kecil Obat Tradisional

(IKOT);

i. Penyelenggaraan pemberian perijinan sarana dan tenaga kesehatan swasta;

j. Penyelenggaraan dan pendayagunaan serta pemanfaatan tenaga kesehatan strategis;

k. Penetapan pelaksanaan kebutuhan pelatihan teknis dan fungsional;

l. Penyelenggaraan registrasi, akreditasi dan sertifikasi tenaga keehatan tertentu sesuai

peraturan perundang-undangan;

m. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendukung

perumusan kebijakan pelayanan kesehatan;

n. Penyelenggaraan dan pengelolaan surkesda;

o. Penyelenggaraan implementasi penapisan IPTEK di bidang pelayanan kesehatan;

p. Penyelenggaraan promosi dan informasi pelayanan kesehatan;

q. Pelaporan pelaksanaan tugas peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan;

r. Evaluasi pelaksanaan tugas peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan

s. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

t. Pelaksanaan koordinasi/kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga

atau pihak ketiga di bidang peningkatan pengawasan dan pengendalian kesehatan.

Bidang Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan, membawahkan:

a. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Farmasi dan Makanan dan Minuman

Seksi Pengawasan dan Pengendalian Farmasi dan Makanan dan Minuman

mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan

melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan pengawasan dan pengendalian farmasi

dan makanan dan minuman.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 16

b. Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas pembinaan dan

peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan.

c. Seksi Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kesehatan

Seksi Penelitian, Pengembangan dan Informasi Kesehatan mempunyai tugas pokok

merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas

penelitian, pengembangan dan informasi kesehatan.

7. UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan

UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan mempunyai tugas pokok memimpin,

merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian

fungsi Dinas di bidang pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan yang meliputi

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,

monitoring dan evaluasi obat dan perbekalan kesehatan. Untuk menyelenggarakan tugas

pokok tersebut, UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan operasional kegiatan pengendalian obat dan perbekalan kesehatan;

b. Pelaksanaan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar;

c. Pelaksanaan perhitungan kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan

kesehatan;

d. Penyusunan rencana pengadaan obat dan perbekalan kesehatan;

e. Pelaksanaan distribusi obat dan perbekalan kesehatan sesuai permintaan unit

pelayanan;

f. Pelaksanaan pencatatan, pelaporan, evaluasi dan monitoring penggunaan obat dan

perbekalan kesehatan;

g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

i. Pelaksanaan koordinasi obat dan perbekalan kesehatan dengan sub unit kerja lain di

lingkungan Dinas.

UPTD Obat dan Perbekalan Kesehatan, membawahkan Sub Bagian Tata Usaha yang

mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan UPTD

di bidang pengendalian obat dan perbekalan kesehatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 17

8. UPTD Laboratorium Kesehatan

UPTD Laboratorium mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan,

mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di bidang pelayanan

dan pengembangan laboratorium kesehatan. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut

UPTD Laboratorium Kesehatan menyelenggarakan fungsi;

a. Perencanaan operasional kegiatan pelayanan dan pengembangan laboratorium

kesehatan;

b. Pelaksanaan pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan;

c. Pelaksanaan pemberian bahan rumusan kebijakan pengelolaan administrasi

kepegawaian pelayanan dan pengembangan kesehatan;

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelayanan dan pengembangan

laboratorium kesehatan;

e. Pelaksanaan operasional kegiatan laboratorium kesehatan yang meliputi laboratorium

klinik, kualitas air, skrining tes, surveilans epidemiologi, KLB dan penyakit menular;

f. Penyelenggaraan rujukan kesehatan dan pengujian kesehatan;

g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan dan pengujian kesehatan;

h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

i. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

j. Pelaksanaan koordinasi pelayanan laboratorium kesehatan dengan sub unit kerja lain

di lingkungan Dinas.

UPTD Laboratorium Kesehatan membawahkan Sub Bagian Tata Usaha yang mempunyai

tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan UPTD di bidang

pelayanan dan pengembangan laboratorium kesehatan.

9. UPTD Pelayanan Kesehatan

UPTD Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok mempimpin, merencanakan,

melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi Dinas di

bidang pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan. Dalam

melaksanakan tugas pokok tersebut UPTD Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan

fungsi:

a. perencanaan operasional kegiatan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat

Kecamatan;

b. pelaksanaan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan;

c. fasilitasi pemberdayaan masyarakat di bidang pelayanan dan pembangunan kesehatan

di tingkat kecamatan;

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 18

d. pelaksanaan pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan

perorangan dan masyarakat;

e. pelaksanaan rujukan pelayanan kesehatan;

f. penyusunan mekanisme organisasi dan tatalaksana pelaksanaan pelayanan kesehatan

perorangan dan masyarakat;

g. pengelolaan anggaran pelaksanaan pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat

Kecamatan;

h. pelaksanaan pengembangan kemitraan pelayanan dan pembangunan kesehatan di

tingkat Kecamatan;

i. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

j. pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya;

k. pelaksanaan koordinasi pelayanan kesehatan dengan sub unit kerja lain di lingkungan

Dinas.

UPTD Pelayanan Kesehatan membawahkan Sub Bagian Tata Usaha yang mempunyai

tugas pokok menyusun dan melaksanakan pengelolaan ketatausahaan UPTD di bidang

pelayanan dan pembangunan kesehatan di tingkat Kecamatan.

10. Jabatan Fungsional

Pengaturan tugas pokok dan fungsi jabatan fungsional diatur lebih lanjut setelah dibentuk

dan ditetapkan jenis dan jenjangnya oleh Bupati sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

B. Kepegawaian dan Perlengkapan Dinas Kesehatan

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Dalam melaksanakan pembangunan Kesehatan di Kabupaten Bandung diperlakukan

berbagai jenis tenaga kesehatan yang bergerak bersama untuk mencapai tujuan yang sama.

Tenaga kesehatan tersebut harus dapat memahami prinsip paradigma sehat yang

mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pengadaan tenaga dilakukan melalui pendidikan dan pengembangan tenaga kesehatan, serta

pelatihan tenaga yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta atau masyarakat.

Pola tenaga kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1996 tentang

Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Medis (meliputi Dokter dan Dokter Gigi).

b. Tenaga Keperawatan (meliputi Perawat, Perawat Gigi dan Bidan).

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 19

c. Tenaga Kefarmasian (meliputi Apoteker, Analis Farmasi dan Asisten Apoteker).

d. Tenaga Kesehatan Masyarakat (meliputi Epidemiolog Kesehatan, Entomolog Kesehatan,

Mikrobiolog Kesehatan, Penyuluh Kesehatan, Administrator Kesehatan dan Sanitarian).

e. Tenaga Gizi (meliputi Nutrisionis dan Dietisien).

f. Tenaga Keterapian Fisik (meliputi Fisioterapis, Okuterapis dan Terapis Wicara).

g. Tenaga Keteknisian Medis (meliputi Radiografer, Radioterapis, Teknis Gigi, Teknisi

Elektromedis, Analis Kesehatan, Refraksionis Optisien, Otorik Prostetik, Teknisi

Transfusi dan Perekam Medis).

Distribusi Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja

Distribusi ratio terhadap penduduk dan pemenuhan tenaga Kesehatan berdasarkan

Pendidikan di Kabupaten Bandung pada tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. Medis

Tenaga medis yang ada dan tersebar di Puskesmas Kabupaten Bandung berjumlah 144

orang, dengan rincian 97 dokter umum dan 47 dokter gigi. Rasio tenaga medis terhadap

penduduk di Kabupaten Bandung yang berjumlah 3.174.499 adalah 1 : 22.046. Selain itu

tenaga medis yang bertugas di Kantor Dinas berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 5

dokter umum, 5 dokter gigi, dan 1 dokter spesialis.

b. Keperawatan

Tenaga keperawatan yang tersebar di puskesmas Kabupaten Bandung berjumlah 783

orang, dengan rincian 297 orang perawat dan bidan 486 orang. Rasio tenaga keperawatan

di Kabupaten Bandung 1 : 4.055 yang berarti 1 orang tenaga keperawatan melayani

4.053 orang. Sementara itu tenaga keperawatan yang ada di Kantor Dinas berjumlah 20

orang, yang terdiri dari 10 orang perawat dan 10 orang bidan.

c. Tenaga Farmasi

Tenaga farmasi di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung sebanyak 34 orang,

yang tersebar di 61 Puskesmas. Rasio tenaga Farmasi terhadap penduduk adalah 1 :

93.368. Sedangkan tenaga farmasi yang bertugas di Kantor Dinas sebanyak 9 orang.

d. Nutrisionis

Nutrisionis yang tersebar di 61 puskesmas di Kabupaten Bandung sebanyak 57 orang.

Rasio tenaga gizi terhadap penduduk sebesar 1 : 55.693. Nutrisionis yang bertugas di

Kantor Dinas sebanyak 3 orang.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 20

e. Sanitarian

Sanitarian yang tersebar di 61 puskesmas di Kabupaten Bandung sebanyak 49 orang,

sehingga rasio sanitarian terhadap penduduk adalah 1 : 64.786.

f. Tenaga Analis

Jumlah tenaga analis yang ada di lingkungan Kabupaten Bandung sebanyak 22 orang

dengan rincian 3 orang bertugas di Kantor Dinas dan 19 orang tersebar di puskesmas.

g. Sarjana Kesehatan Masyarakat

Jumlah sarjana kesehatan masyarakat di Kabupaten Bandung 32 orang, yang terdiri dari

14 orang bertugas di Kantor Dinas dan 18 tersebar di puskesmas.

h. Tenaga Umum

Jumlah tenaga umum yang ada sebesar 279 orang, dengan rincian 63 orang bertugas di

Kantor Dinas sedangkan 216 orang lainnya tersebar di 61 puskesmas yang ada di wilayah

Kabupaten Bandung.

Perlengkapan Dinas Kesehatan

1. Puskesmas TTP = 57 Buah

2. Puskesmas DTP = 5 Buah

3. Bangunan Poskestren = 13 Buah

4. Pustu = 86 Buah

5. Polindes/Poskesdes = 78 Buah

6. Poskesdes = 27 Buah

7. Kendaraan Roda 2 (dua) = 69 Buah

8. Kendaraan Roda 4 (empat) = 26 Unit

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 21

BAB III

VISI, MISI, NILAI-NILAI

ORGANISASI, dan ANALISIS

LINGKUNGAN STRATEGIS

PEMBANGUNAN KESEHATAN

2011-2015

Pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Bandung pada dasarnya bermuara pada

peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari 3 komponen yaitu:

kesehatan, pendidikan dan daya beli masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembangunan

tersebut khususnya komponen kesehatan, Dinas Kesehatan menetapkan Visi, Misi, Nilai-

nilai, dan analisis lingkungan strategis Pembangunan Kesehatan tahun 2011-2015.

A. Visi dan Misi

Visi Dinas Kesehatan

Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2011-2015

adalah ”Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Bandung Yang Sehat secara Mandiri”.

Maksud dari visi di atas:

- Masyarakat Kabupaten Bandung adalah penduduk/masyarakat yang bermukim di

wilayah Kabupaten Bandung dan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kabupaten

Bandung.

- Sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani dan sosial yang merupakan aspek

positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek

negatif (WHO).

- Mandiri adalah sikap dan kondisi masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhannya

untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri dalam bidang

kesehatan.

Misi Dinas Kesehatan

Untuk mencapai mewujudkan masyarakat Kabupaten Bandung yang sehat secara mandiri

ditempuh melalui misi sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas kepada masyarakat.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 22

2. Menyehatkan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan tempat beraktivitas.

3. Menanggulangi penyakit menular dan tidak menular.

4. Menyehatkan keluarga dan memberdayakan masyarakat dalam bidang kesehatan.

5. Melaksanakan pengawasan sediaan farmasi dan makanan.

B. Nilai-nilai Organisasi

Guna Mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan

menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:

1. Melayani

Berkomitmen untuk melayani masyarakat dalam bidang kesehatan.

2. Integritas

Menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan.

3. Kebersamaan, Keterbukaan, Saling Menghormati, dan Saling Menghargai

Kebersamaan, keterbukaan, saling menghormati, dan saling menghargai adalah kunci

untuk menciptakan suasana kerja yang kondusif.

4. Kualitas yang Tinggi

Berupaya mencapai visi dengan memberikan pelayanan terbaik yang mencerminkan

komitmen kami pada kualitas yang tinggi.

5. Inovasi

Berupaya mencari cara baru untuk mencapai hasil yang memuaskan masyarakat dalam

menyelesaikan misi kami.

C. Analisis Lingkungan Strategis Pembangunan

Kesehatan

Perkembangan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Bandung

Gambaran kondisi umum pembangunan kesehatan didapatkan dari hasil evaluasi Renstra

Dinas Kesehatan 2006-2010.

Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan menurun dari 291 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2006 menjadi 220 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Prevalensi Kurang

Energi Protein (KEP) pada balita, menurun dari 12,57% pada akhir tahun 2006 menjadi

sebesar 7,89% pada tahun 2010. Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 40 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi 34,75 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2010.

Sejalan dengan penurunan AKB, Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 66,98 tahun

2006 menjadi 69,4 tahun pada tahun 2010.

Upaya kesehatan masyarakat mengalami peningkatan capaian, seperti cakupan rawat jalan

sudah mencapai 75,5% pada tahun 2009. Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 23

kesehatan meningkat dari 79,7% pada tahun 2006 menjadi 82,1% pada tahun 2009. Begitu

juga cakupan pelayanan antenatal (K4) meningkat dari 86,7% pada tahun 2006 menjadi

sebesar 88,4% pada tahun 2010. Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan untuk keluarga

miskin dan masyarakat rentan mencapai target, yaitu sebesar 100% pada tahun 2008. Namun

perhatian perlu diberikan pada cakupan bayi BBLR yang ditangani yang mengalami

penurunan, desa dengan garam beryodium baik, dan upaya peningkatan cakupan desa siaga

aktif serta kualitas posyandu menjadi posyandu mandiri perlu digiatkan.

Pada program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular juga mengalami

peningkatan capaian walaupun penyakit infeksi menular masih tetap menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang menonjol terutama TB, HIV/AIDS, DBD dan Diare. Cakupan

program imunisasi berdasarkan laporan rutin secara umum menunjukkan keberhasilan.

Cakupan tahun 2010 adalah BCG: 97,21%, DPT-HB3: 92,56%, Polio 4: 83,54% dan

Campak: 91,26%. Meski telah berjalan baik, program imunisasi belum optimal, karena

cakupan ini belum merata yang digambarkan melalui persentase desa yang mencapai

Universal Child Immunization (UCI) pada tahun 2010 baru 73,91%. Penanggulangan

penyakit HIV/AIDS meningkat dengan meningkatnya out reach dan keterbukaan masyarakat

terhadap penyakit ini. Daerah yang berisiko tinggi dengan HIV/AIDS terdapat di kecamatan:

Arjasari, Banjaran, Cicalengka, Baleendah, Bojongsoang, Cileunyi, Cimenyan, Ciparay,

Dayeuhkolot, Katapang, Majalaya, Margaasih, Margahayu, Pangalengan, Rancaekek, dan

Soreang. Case Detection Rate (CDR) tuberculosis paru meningkat dari 65,9% pada tahun

2009 menjadi 74,03% pada tahun 2010, demikian juga dengan success rate mengalami

peningkatan dari 84,5% pada tahun 2006 menjadi 88,78% pada tahun 2010. Angka kesakitan

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih tinggi, yaitu sebanyak 1.180 jiwa dengan Case

Fatality Rate (CFR) relative kecil sebesar 0,51% pada tahun 2010. Untuk itu tetap perlu

perhatian pada upaya pencegahan yang dapat diupayakan sendiri oleh masyarakat dengan

penerapan 3M (menguras, menutup, mengubur) dan juga didorong oleh upaya promotif.

Selain itu, perhatian juga perlu diberikan pada penyelenggaraan sistem surveilans dan

kewaspadaan dini.

Beberapa hasil yang telah dicapai oleh program perbaikan gizi masyarakat pada tahun 2010

antara lain pemberian vitamin A pada anak balita usia 6-59 bulan sebesar 91,95% melampaui

target 85%, dan pemberian tablet besi (fe) pada ibu hamil sebesar 74,6% dari target 80%.

Kedepan perbaikan gizi perlu difokuskan pada kelompok sasaran ibu hamil dan anak sampai

usia 2 tahun mengingat dampaknya terhadap pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan

produktivitas generasi yang akan datang (World Bank, 2006).

Gambaran perkembangan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung dapat dilihat

secara rinci pada tabel 3.1.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 24

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 25

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 26

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 27

Penganggaran pembangunan kesehatan perlu lebih difokuskan pada upaya promotif dan

preventif dengan tetap memperhatikan besaran satuan anggaran kuratif yang relaif lebih

besar. Berdasarkan indeks kesehatan, terdapat daerah/kecamatan dengan masalah kesehatan

yang sangat besar, untuk itu daerah-daerah tersebut memerlukan dukungan sumber daya

yang lebih besar dari daerah lainnya. Gambaran anggaran dan realisasi pendanaan pelayanan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun 2006-2010 dapat dilihat pada tabel 3.2.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 28

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 29

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 30

Kondisi Umum Daerah Masa Kini

1. Geografis

Kabupaten Bandung secara geografis mempunyai kedudukan yang sangat penting dan

strategis, baik dipandang dari segi pembangunan ekonomi, pembangunan fisik prasarana

maupun dari segi keamanan dan ketertiban. Kabupaten Bandung terletak di dataran tinggi

pada garis 107022’ BT -108

05’ BT, 6

041’ LS - 7

019’LS, dengan ketinggian antara 500 meter

sampai dengan 1.800 meter di atas permukaan laut dengan temperatur udara antara 120

C -

240

C.

Batas-batas wilayah adminstrasi Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut : Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kota Cimahi dan

Kabupaten Sumedang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan

Kabupaten Garut. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten

Cianjur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Cianjur dan

Kota Bandung.

Gambar. 3.1

Wilayah Kabupaten Bandung

Luas Kabupaten Bandung 176.283,67 Ha atau 1.762,39 km², secara administratif terdiri dari

31 kecamatan (sejak tahun 2007), 267 desa, dan 9 kelurahan. Wilayah-wilayah kecamatan

dan desa yang ada di Kabupaten Bandung mempunyai beragam karakteristik dan daerah

rawan bencana yang dapat menimbulkan permasalahan kesehatan yang berbeda dan akan

mempengaruhi upaya dalam mengatasi permasalahannya.

2. Kependudukan (Demografi)

a. Jumlah Penduduk dan Komposisi Penduduk

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung tahun 2010, jumlah

penduduk di Kabupaten Bandung adalah 3.174.499 jiwa yang terdiri dari 1.590.424

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 31

penduduk laki-laki dan 1.584.075 penduduk perempuan, dengan jumlah terbanyak pada

kelompok umur produktif (golongan umur 15-64 tahun). Data ini sangat dibutuhkan untuk

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keberhasilan program kesehatan. Proporsi penduduk

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa di Kabupaten Bandung sebagian besar terdiri

dari penduduk penduduk laki-laki sebesar 50,13% dan perempuan sebesar 49,87%.

Apabila melihat jumlahnya, dapat dikatakan bahwa piramida penduduk Kabupaten Bandung

tergolong pada Piramida Usia muda yang tergambar dari banyaknya penduduk pada usia 15-

64 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan kelompok usia produktif.

Piramida tersebut juga menggambarkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) di

Kabupaten Bandung bisa dikatakan cukup berhasil.

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku

kesehatan. Tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk umur 10 tahun ke atas di

Kabupaten Bandung pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Grafik Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas

Menurut Tingkat Pendidikan Penduduk yang Ditamatkan

Di Kabupaten Bandung Tahun 2010

Sumber : Suseda Kabupaten Bandung tahun 2010

Dari gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar penduduk perempuan di Kabupaten

Bandung berpendidikan SD (41%), sedangkan penduduk laki – laki sebagian besar

berpendidikan SD (7.67 %) sehingga secara tidak langsung masyarakat cenderung kurang

memahami tentang kesehatan.

c. Pertumbuhan, Mobilitas, dan Persebaran Penduduk

Kabupaten Bandung sebagai daerah penyangga Provinsi Jawa Barat dan mempunyai

pertumbuhan industri serta pemukiman yang cukup pesat berpengaruh pada laju

9.8711

37.6041

22.9224 23.8119

5.80 5

0

10

20

30

40

50

Tdk/Blm

Sklh

SD SLTP SMU Akademi/PT

Laki-laki Perempuan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 32

pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Telah terjadi penurunan laju pertumbuhan

penduduk dari tahun 2008 yaitu 2,93% dan pada tahun 2009 menjadi 1,4%. Akan tetapi laju

pertumbuhan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2,56% dari tahun 2009.

Secara umum kepadatan penduduk Kabupaten Bandung mengalami kenaikan dari 1.431

jiwa/km2

pada tahun 2006 menjadi 1.474 jiwa/km2 pada tahun 2007, dan pada tahun 2008

menjadi 1.647 jiwa/km2

serta pada tahun 2009 menjadi 1.795 jiwa/km2 dan terus meningkat

pada tahun 2010 menjadi 1.819 jiwa/km². Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi

adalah Kecamatan Margahayu (11.417 jiwa/km²) dan Dayeuhkolot (10.278 jiwa/km2),

sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Rancabali

(324 jiwa/km²). Hal ini mengakibatkan permasalahan penduduk yang semakin hari semakin

kompleks. Pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, risiko penularan penyakit

akan lebih cepat dibandingkan dengan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang

rendah.

Sedangkan permasalahan lintas batas yang dihadapi adalah adanya penyebaran penyakit

menular yang cepat terutama Penyakit Menular Seksual. Selain itu karena adanya

kemudahan transportasi dan kecepatan arus transportasi serta merupakan daerah industri,

maka hal ini mempengaruhi penularan penyakit terutama penyakit yang berbasis

lingkungan.

d. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Penduduk di Kabupaten Bandung memiliki berbagai macam profesi dan mata pencaharian,

dari sektor pertanian, industri, perdagangan hingga jasa. Dua sektor dominan mata

pencaharian penduduk di Kabupaten Bandung adalah industri dan perdagangan. Kecamatan

yang memiliki penduduk dengan mata pencaharian di sektor industri adalah Kecamatan

Rancaekek dengan 27.440 orang bekerja di sektor industri. Sedang di sektor perdagangan

adalah Kecamatan Baleendah memiliki penduduk dengan mata pencaharian di sektor

perdagangan terbesar yaitu 17.977 orang.

Tabel 3.1

Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Kabupaten Bandung Tahun 2010

No Nama Pekerjaan Utama Jumlah

1 Pertanian 228.930

2 Industri 353.375

3 Perdagangan 248.007

4 Jasa 171.285

5 Lainnya 208.774

6 Jumlah 1.210.371 Sumber : Suseda Kabupaten Bandung tahun 2010

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 33

e. Distribusi Penduduk Kelompok Rentan

Jumlah penduduk kelompok rentan terdiri dari kelompok ibu hamil, ibu bersalin, neonatus,

bayi, balita, kelompok anak usia sekolah, dan usia lanjut. Gambaran kelompok penduduk

rentan dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3

Grafik Distribusi Penduduk Kelompok Rentan

Di Kabupaten Bandung

Tahun 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2010

Distribusi penduduk kelompok rentan pada gambar di atas terlihat bahwa sebagian besar

adalah kelompok anak sekolah dasar (37%) dan balita (30%). Hal ini akan mengakibatkan

adanya masalah kesehatan pada golongan usia Balita, sehingga dengan diketahuinya target

penduduk di suatu wilayah yang terpapar terhadap suatu faktor risiko penyakit menular maka

akan memudahkan perencanaan program pencegahan dan pengobatannya.

f. Penduduk Miskin

Pemerintah Kabupaten Bandung telah berupaya menyikapi permasalahan perekonomian

yang ditimbulkan oleh dampak krisis global, hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya

peningkatan daya beli di masyarakat. Langkah pemerintah pusat dalam menyalurkan bantuan

langsung tunai, penyaluran beras untuk rakyat miskin dan penyaluran bantuan PKH juga

terus diupayakan untuk mempertahankan daya beli masyarakat luas serta pengobatan sampai

rujukan secara gratis ke rumah sakit juga telah dilaksanakan.

Namun demikian kemiskinan masih merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait

dengan dimensi ekonomi. Kemiskinan telah lama menjadi persoalan mendasar yang menjadi

pusat perhatian Pemerintah dan berbagai kalangan. Jumlah penduduk miskin setiap tahunnya

BUMIL, 6%

BULIN, 6%

NEO 10%

BAYI, 6%

BALITA, 30% USILA, 3%

SD, 37%

SLTP/SMA, 6%

BUMIL BULIN NEO BAYI

BALITA USILA SD SLTP/SMA

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 34

mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pendataan, tercatat jumlah penduduk miskin di

Kabupaten Bandung pada tahun 2010 adalah 1.138.181 orang.

3. Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan di Kabupaten Bandung tidak terlepas dari pola serta yang menjadi

komitmen baik tingkat global nasional maupun lokal. Angka Kematian Ibu (AKI) di

Kabupaten Bandung pada tahun 2010 sebesar 220/100.000 KH. AKI sudah mengalami

penurunan dari tahun 2009 yaitu 225/100.000 KH tetapi masih jauh dari target MDG’s tahun

2015 (102/100.000 KH). Demikian halnya dengan Angka Kematian Bayi (AKB), AKB

Kabupaten Bandung pada tahun 2010 adalah 34,75 masih jauh dari target MDG’s (23/1.000

KH). Selain masalah AKI dan AKB, masalah kesehatan di Kabupaten Bandung mengalami

beban ganda. Hal ini dikarenakan selain penyakit menular yang masih menjadi masalah

kesehatan, ditambah terjadinya peningkatan penyakit tidak menular yang berkontribusi besar

terhadap kesakitan dan kematian. Adapun masalah tersebut dapat terlihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Masalah Kesehatan

Komitmen

Masalah Kesehatan

Penyakit Kematian

Menular Tidak Menular

Global

- AIDS/HIV

- TBC

- Malaria

- Flu burung

- SARS

- Jumlah Kematian Ibu Tinggi

- Jumlah Kematian Bayi

Tinggi

- Prevalensi Gizi Kurang

- Bumil KEK dan Anemia

Nasional

- Diare

- DBD

- Kusta

- AFP

- Hepatitis

- ISPA

Lokal

- Campak - Hipertensi

-Filariasis - Penyakit Jantung dan pembuluh darah

- Chikungunya - Diabetes Militus dan metabolik

- Kanker

- Penyakit kronik

4. Masalah yang Terkait dengan Pembangunan Kesehatan

Untuk dapat menentukan strategi dalam melaksanakan misi diperlukan analisa lingkungan

internal dan eksternal. Lingkungan internal merupakan kekuatan dan kelemahan yang

dimiliki oleh Dinas Kesehatan sedangkan lingkungan eksternal berupa peluang dan

ancaman/kendala.

1) Lingkungan Internal

a) Kekuatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 35

i) Tersedianya sumber daya manusia tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan yang bekerja di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung pada tahun 2010, baik di kantor dinas maupun puskesmas, berjumlah

1.453 orang, dengan komposisi sebagai berikut:

a. Dokter umum : 104 orang

b. Dokter gigi : 52 orang

c. Dokter spesialis : 1 orang

d. Sarjana kesmas : 30 orang

e. Bidan : 368 orang

f. Perawat : 297 orang

g. Sanitarian : 62 orang

h. Nutrisionis : 63 orang

i. Tenaga farmasi : 48 orang

j. Tenaga analis : 25 orang

k. Tenaga umum : 495 orang

Tenaga tersebut merupakan aset sumber daya manusia yang turut menentukan

keberhasilan pembangunan kesehatan.

Peta penyebaran tenaga kesehatan Kabupaten Bandung dapat dilihat pada

lampiran 2.

ii) Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan di Kabupaten Bandung yang

dimiliki pemerintah jumlahnya cukup memadai. Demikian pula cukup banyak

sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki swasta yang dapat menunjang

ketersediaan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bandung. Sarana pelayanan

kesehatan tersebut adalah:

a. Puskesmas : 62 buah

b. Puskesmas pembantu : 86/79 buah

c. Polindes : 78 buah 99 buah

d. Poskesdes : 27 buah

e. Poskestren : 13 buah

f. RS milik Pemerintah : 4 buah

g. RS milik Swasta : 2 buah

h. RS milik TNI AU : 1 buah

i. Rumah bersalin : 7 buah

Peta penyebaran prasarana kesehatan di Kabupaten Bandung dapat dilihat pada

lampiran 3.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 36

iii) Adanya alokasi dana untuk pembangunan kesehatan

Kabupaten Bandung mendapatkan alokasi dana untuk pembangunan kesehatan

yang bersumber dari APBN, APBD, CSR dan bantuan luar negeri. Alokasi

anggaran tersebut digunakan untuk peningkatan upaya pelayanan kesehatan,

pembangunan, perbaikan sarana kesehatan serta penyediaan obat dan alat

kesehatan. Berikut adalah alokasi anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

tahun 2007-2010:

- Tahun 2007 : Rp 121.490.491.775,-

- Tahun 2008 : Rp 94.848.152.569,-

- Tahun 2009 : Rp 130.095.078.506,-

- Tahun 2010 : Rp 161.039.787.860,-

b) Kelemahan

i) Kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan

Mobilitas tenaga kesehatan di Kabupaten Bandung cukup tinggi, adanya

kebijakan penempatan pegawai tidak tetap (PTT) menyebabkan mobilitas

pegawai cukup tinggi, hal ini menyebabkan perlunya adanya pelatihan berulang-

ulang untuk pelaksanaan program-program kesehatan serta berpengaruh terhadap

kelangsungan pelaksanaan program.

ii) Masih kurangnya penentuan standar sarana prasarana kesehatan

Mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum optimal.

Masih diperlukan adanya peningkatan kemampuan petugas dan pengawasan

dalam penerapan Standard Operational Procedur (SOP) dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan.

iii) Tata kelola/manajemen pelayanan belum optimal

Adanya keseragaman dalam menentukan program kesehatan yang dilaksanakan

di suatu wilayah karena adanya kebijakan pelaksanaan program pokok,

menyebabkan adanya pelaksanaan program yang kurang sesuai dengan kebutuhan

dan situasi masyarakat setempat .

2) Lingkungan eksternal

a) Peluang

i) Pelaksanaan otonomi daerah

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 37

Dengan adanya otonomi daerah membuka peluang bagi pelaksanaan program

kesehatan yang sesuai dengan kondisi kebutuhan daerah sehingga dapat lebih

berhasil guna dan berdaya guna.

ii) Kemitraan dengan lintas sektor dan swasta

Kerjasama lintas sektoral antara instansi kesehatan dengan instansi pemerintah

lainnya maupun kerjasama dengan sektor swasta merupakan peluang untuk dapat

mempercepat proses pelaksanaan pembangunan kesehatan

iii) Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Bandung yang cukup besar (3.174.499 jiwa)

merupakan peluang untuk mengembangkan pelaksanaan program kesehatan.

b) Ancaman/Kendala

i) Jumlah penduduk yang tidak mampu

Jumlah penduduk yang tidak mampu yaitu sebesar 1.138.181 jiwa (35,85% dari

jumlah penduduk Kabupaten Bandung), tanpa penanganan yang baik

dikhawatirkan akan mengurangi akses terhadap pelayanan kesehatan sehingga

akan rentan terhadap penyakit dan kondisi kesehatan lainnya yang tidak

menguntungkan terhadap pembangunan kesehatan.

ii) Penyakit menular

Mobilisasi penduduk antarwilayah dapat menyebabkan kerugian kondisi

kesehatan karena mempermudah terjadinya penularan penyakit apabila di daerah

asal terjadi kasus penyakit menular.

iii) Budaya hidup sehat

Masih adanya perilaku masyarakat yang tidak mendukung terhadap terciptanya

kualitas lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat = PHBS), seperti penanganan sampah dan limbah.

Pembangunan Kesehatan selain dipengaruhi oleh faktor risiko derajat kesehatan juga

dipengaruhi pula oleh masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan sebagai berikut :

Tabel 3.3

Masalah Yang Terkait dengan Kesehatan

No. Aspek Kebijakan dan Kesisteman dalam

Pembangunan Kesehatan

Masalah yang terkait dengan Pembangunan

kesehatan

A. Restrukturisasi Organisasi Kesehatan Struktur organisasi Dinas Kesehatan belum sesuai

kebutuhan dan belum sesuai PP 8/ 2003 (miskin

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 38

No. Aspek Kebijakan dan Kesisteman dalam

Pembangunan Kesehatan

Masalah yang terkait dengan Pembangunan

kesehatan

struktur kaya fungsi)

Kinerja organisasi belum optimal

B. Peningkatan dan Pengembangan

Manajemen, SDM Masih ada kendala kebijakan daerah dalam

pengembangan karier, rekruitmen tenaga dan

pelatihan

Masih kurangnya kuantitas tenaga kesehatan baik di

Dinas Kesehatan maupun di Puskesmas

Pendistribusian tenaga kesehatan baik di Dinas

Kesehatan maupun Puskesmas belum optimal

Reward dan punishment yang belum jelas

o Implementasi kebijakan tidak konsisten

C. Sistem Informasi Kesehatan Data base belum lengkap dan akurat

Administrasi blm terpadu dgn lintas program

Terbatasnya kuantitas dan kualitas sarana & prasarana

D. Peningkatan Kerangka Kerja Peraturan

Daerah Belum ada pelimpahan tugas berjenjang

Belum ada standar pengukuran kinerja

E. Peningkatan Akuntabilitas Publik Masih rendahnya keterlibatan LSM dalam perencanaan

pelaksanaan dan pengawasan

Masih adanya kesenjangan antara kebijakan program

pembangunan dengan keinginan masyarakat atau

sebaliknya sehingga akuntabilitas tidak tercapai.

Dukungan pemerintah dan lintas sector terhadap

pembangunan kesehatan belum optimal

F. Promosi Kesehatan dan Peran Serta

Masyarakat

Pelaksanaan promosi kesehatan belum berjalan dengan

baik disebabkan belum melibatkan LSM

Belum ada kebijakan Posyandu yang mengakibatkan

peran serta masyrakat belum optimal

Kurangnya sarana prasarana promosi kesehatan

G. Mobilisasi Sumber Dana Kontribusi daerah dalam pembiayaan kesehatan tahun

2011 belum mencapai 10% dari APBD II

Persepsi tentang pembangunan kesehatan belum sama

Kemampuan keuangan pemerintah daerah (APBD)

belum dapat secara penuh melaksanakan kebijakan

pemerintah pusat

Jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat belum

berjalan dengan baik

5. Prioritas Masalah Kesehatan dan Prioritas Masalah Terkait dengan Pembangunan Kesehatan

Pembangunan Kesehatan selain dipengaruhi oleh faktor risiko derajat Kesehatan juga

dipengaruhi pula oleh masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Prioritas Masalah Kesehatan

No. Prioritas Masalah

Kesehatan

Prioritas Masalah yang Terkait Dengan Pembangunan

Kesehatan

1. Kematian ibu dan

kematian bayi

1. Manajemen dan Pengembangan SDM

Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat

2.

3.

4.

Pengamatan dan

pencegahan

pemberantasan penyakit

menular yang berbasis

lingkungan

TB Paru

HIV/AIDS

2. Sistem Informasi Kesehatan

Data based belum lengkap dan akurat

Terbatasnya kualitas dan kuantitas, sarana dan prasarana

3. Promosi kesehatan dan peran serta masyarakat

Pelaksanaan promosi kesehatan belum berjalan dengan

baik disebabkan belum melibatkan LSM

4. Restrukturisasi Organisasi

Pengawasan kurang efektif karena rentang kendali

semakin lebar

5. Peningkatan akuntabilitas publik

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 39

No. Prioritas Masalah

Kesehatan

Prioritas Masalah yang Terkait Dengan Pembangunan

Kesehatan

5.

6.

Prevalensi Gizi Kurang

Bumil KEK dan anemia

gizi

Dukungan pemerintah dan lintas sector terhadap

pembangunan kesehatan belum optimal

6. Mobilisasi sumber dana

Jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakan belum

berjalan dengan baik

Persepsi tentang pembangunan kesehatan belum sama

6. Analisa Kecenderungan Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan yang terjadi di Kabupaten Bandung sangat di pengaruhi oleh kondisi

geografi yang terletak di dataran tinggi, wilayah-wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten

Bandung mempunyai beragam karakteristik dan daerah rawan bencana yang dapat

menimbulkan permasalahan kesehatan yang berbeda dan akan mempengaruhi upaya dalam

mengatasi permasalahannya.

Kecenderungan peningkatan kasus-kasus terjadi pada penyakit infeksi dan non infeksi pada 3

tahun terakhir yang mengalami kecenderungan peningkatan adalah sebagai berikut:

1) Kasus Penyakit menular berbasis lingkungan

Kejadian kasus penyakit Pneumonia, TB Paru, Diare, DBD, trend kecenderungan yang

dapat dilihat sampai tahun 2010 selalu terjadi peningkatan. Kondisi tersebut sangat

dipengaruhi oleh lingkungan pemukiman yang padat, lingkungan rumah tidak sehat,

ventilasi pencahayaan dan kelembaban udara serta penggunaan saluran kali dan sungai

sebagai tempat penampungan buang air besar. Pada aspek prilaku masih rendahnya

PHBS ditatanan rumah tangga, hygiene perseorangan, merokok, meludah sembarang

tempat, kesadaran pemeriksaan kesehatan berkala dan asupan gizi kurang. Pada aspek

pelayanan kesehatan masih kurangnya sarana dan prasarana, dukungan data, penemuan

kasus, PMO, kepatuhan berobat, ketersediaan obat, promosi kesehatan, penjaringan

sasaran imunisasi serta peran sumber daya kesehatan yang belum optimal dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian. Aspek Kependudukan

yaitu kepadatan penduduk, mobilitas dan pertumbuhan penduduk yang tinggi terkait erat

dengan perkembangan wilayah sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah.

Kasus penyakit HIV/AIDS sangat dipengaruhi tingkat mobilitas yang tinggi dan

tersedianya tempat-tempat penjaja seks. Aspek perilaku yaitu adanya pengguna NAPZA

dan penjaja seks. Aspek Pelayanan Kesehatan yaitu data kasus dan penyebab kasus

belum didapat secara optimal dan tingkat pelayanan sangat dipengaruhi dengan

ketersediaan sarana dan prasarana serta sistem koordinasi dan rujukan data yang belum

berjalan.

2) Kasus Penyakit yang mengakibatkan kematian ibu dan bayi serta Gizi buruk

Dilihat Kasus penyakit non infeksi yaitu Perdarahan, Preeklampsi, BBLR, Gizi Buruk

Balita, Bumil KEK dan Anemia. Kasus penyakit non infeksi disebabkan karena rendahnya

pemberian Fe, pola makan dan ketersediaan pangan serta promosi kesehatan, tingkat

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 40

pengetahuan, dukungan data yang belum optimal, mobilitas yang tinggi serta tingkat

kepedulian masyarakat rendah.

7. Ketersediaan Sumber Daya

Dilihat dari sumber daya manusia Kabupaten Bandung masih mengalami keterbatasan dalam

hal kualitas dan kuantitas SDM, sebagai contoh kebutuhan tenaga kefarmasian di lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung masih mengalami kekurangan sebanyak 92 orang

tenaga, begitupun tenaga kesehatan lainnya masih mengalami kekurangan yang terdiri dari

berbagai jenjang pendidikan.

Jika dilihat dari sumber dana yang tersedia dari berbagai sumber seperti APBD II, APBD I,

APBN dan Bantuan Luar Negeri masih ada keterbatasan. Anggaran kesehatan yang ideal

menurut pasal 171 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah sebesar

10% dari anggaran APBD Kabupaten sementara saat ini masih berada diantara 6-8%.

Kondisi ini menyebabkan kemampuan untuk mengatasi permasalahan kesehatan belum

terpenuhi secara optimal.

Kondisi yang Diinginkan dan Proyeksi ke Depan

Berdasarkan analisis masalah kesehatan dan masalah yang terkait dengan kesehatan yang

dilakukan di Kabupaten Bandung maka disusun berbagai program intervensi yang dapat

diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Masalah yang berkaitan langsung dengan

penyakit serta masalah yang terkait dengan kesehatan adalah kebijakan yang berkaitan

langsung restrukturisasi organisasi, peningkatan dan pengembangan manajemen SDM,

Sistem informasi Kesehatan, kerangka kerja perundang- undangan, mobilisasi sumber dana

dan promosi kesehatan.

Kebijakan umum pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung dari tahun ke tahun telah

menunjukan peningkatan, namun dampak krisis ekonomi yang melanda negara kita

mengakibatkan turunnya beberapa cakupan program diantaranya yang berkaitan dengan

pelayanan kesehatan ibu, status gizi masyarakat serta meningkatnya kasus penyakit

degeneratif. Untuk mengatasi dan mengantisipasi kemungkinan terpuruknya derajat

kesehatan maka diperlukan koordinasi dan kerja keras dari semua pihak baik pemerintah,

swasta dan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga miskin.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 – 2015 41

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 41

BAB IV TUJUAN, SASARAN dan CARA

MENCAPAINYA

A. Tujuan Pembangunan Kesehatan 2011 – 2015

Untuk merealisasikan visi dan misi pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung, perlu

dirumuskan tujuan dan sasaran-sasaran strategis tahun 2011-2015 yang lebih jelas

menggambarkan ukuran-ukuran terlaksananya misi dan tercapainya visi. Tujuan tersebut

adalah :

1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

2. Meningkatnya ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.

3. Meningkatnya pengelolaan data dan informasi pelayanan kesehatan yang terintegrasi

dalam rangka fasilitasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan.

4. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup sehat.

5. Menurunnya angka kesakitan penyakit menular dan tidak menular.

6. Meningkatnya pelayanan kesehatan dasar bagi ibu, bayi, balita, anak SD, dan lanjut usia.

7. Meningkatnya status gizi masyarakat.

8. Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.

9. Meningkatnya kualitas pengelolaan obat.

10. Meningkatnya kualitas makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan.

B. Rencana Strategis 2011 - 2015

Ringkasan Rencana Strategis

Berdasarkan rencana strategis yang diusulkan oleh masing-masing Bidang di lingkungan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, rencana pencapaian sasaran strategis Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung Tahun 2011 - 2015 secara keseluruhan disajikan pada Tabel 4.1 sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Ringkasan Rencana Strategis 2011 - 2015

Indikator Kinerja

Target Jangka Menengah

Halaman Referensi

S.1 Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar umum 45

1 Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

100% 46

2 Pelayanan kunjungan rumah bagi penderita penyakit kronis 2196 KK 47

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 42

Indikator Kinerja

Target Jangka Menengah

Halaman Referensi

dan keluarga rawan yang dibina

S.2 Sasaran : Meningkatnya pelayanan kesehatan di UPTD Yankes tk. Kecamatan 47

3 Tersedianya biaya operasional UPTD dan Puskesmas 62 Puskesmas 48

S.3 Sasaran : Meningkatnya pelayanan kesehatan matra bencana 49

4 Terlaksananya posko rawan bencana dan terlayaninya pasien korban bencana serta terlaksananya posko hari – hari besar

100% 50

S.4 Sasaran : Meningkatnya pelayanan kesehatan khusus 50

5 Terlayaninya kesehatan calon jemaah haji 100% 51

S.5 Sasaran : Meningkatnya kualitas Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta (SPKS) 54

6 Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) yang terbina

100% 55

7 Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) yang berizin

90% 55

S.6 Sasaran : Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan 55

8 Persentase dokter umum yang terlatih GELS 100% 56

9 Persentase perawat terlatih BTCLS 100% 56

10 Jumlah bidan terlatih APN 492 56

11 Persentase tenaga kesehatan JFU menjadi Jafung adminkes 100% 56

12 Persentase kegiatan pengadaan tenaga kesehatan berprestasi

100% 57

13 Persentase puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar

100% 57

S.7 Sasaran : Meningkatnya fungsi sarana pelayanan kesehatan 57

14 Persentase pemenuhan perlengkapan dan sarana puskesmas / PONED / Pustu / Poskesdes yang dibangun

100% 58

15 Persentase puskesmas yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

81% 58

16 Persentase PONED yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

100% 58

17 Persentase PUSTU yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

14% 59

18 Persentase POSKESDES yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

40% 59

19 Persentase puskesmas keliling yang terawat 100% 59

S.8 Sasaran : Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu 59

20 Persentase alokasi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

75% 60

21 Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan 85% 60

22 Persentase keterjangkauan obat yang memenuhi standar 85% 60

23 Persentase instalasi farmasi kabupaten yang memadai 100% 60

S.9 Sasaran : Meningkatnya penyajian data informasi kesehatan 61

24 Terlaksananya pengumpulan, pengolahan, analisa data profil kesehatan da pemutakhiran data

100% 61

S.10 Sasaran : Meningkatnya pelaksanaan pengembangan Jamkesda dan peraturan-peraturan sebagai penunjang perumusan kebijakan penyelenggaraan kesehatan

64

25 Dokumen kajian pelaksanaan Jamkes Kab. Bandung masa transisi (sebelum UU BPJS diberlakukan)

1 dokumen 64

26 Dokumen Peraturan Daerah Sistem Kesehatan Daerah 1 dokumen 64

27 Dokumen Peraturan Bupati untuk menunjang pelaksanaan 1 dokumen 65

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 43

Indikator Kinerja

Target Jangka Menengah

Halaman Referensi

Perda Sistem Kesehatan Daerah

28 Peraturan Daerah Tarif Pelayanan kesehatan 1 dokumen 65

29 Dokumen Peraturan Bupati Pelaksanaan Perda Tarif 1dokumen 65

S.11 Sasaran : Meningkatnya lingkungan sehat pada rumah tangga 65

30 Persentase rumah sehat 80% 66

31 Pelayanan pengendalian vector : rumah / bangunan bebas jentik nyamuk Aedes

95% 67

32 Persentase air minum yang memenuhi syarat 100% 67

33 Persentase keluarga yang menggunakan sarana air bersih 85% 67

34 Persentase keluarga yang menggunakan jamban keluarga sehat

78% 67

35 Persentase keluarga yang menggunakan sarana pembuangan air limbah memenuhi syarat

50% 68

S.12 Sasaran : Meningkatnya lingkungan sehat pada tempat-tempat umum 68

36 Persentase tempat-tempat umum yang sehat 82% 69

37 Pelayanan kesehatan lingkungan : institusi yang dibina 100% 70

38 Jumlah desa yang menyelenggarakan CLTS 7 71

39 Jumlah desa yang mendeklarasikan STOP BABS 12 71

40 Jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat

25 71

S.13 Sasaran : Meningkatnya air minum yang memenuhi syarat 71

41 Jumlah DAMIU yang diawasi 20 72

S.14 Sasaran : Meningkatnya tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat 72

42 Jumlah titik sampel yang diawasi kualitas air minum 50 73

S.15 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan penyakit DBD 73

43 Penderita DBD yang ditangani 100% 74

44 Tersedianya bahan dan alat fogging 100% 75

S.16 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan penyakit TB Paru 75

45 Penemuan pasien TB BTA positif 90% 75

S.17 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan penyakit Diare 76

46 Penemuan penderita diare 100% 77

S.18 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan penyakit ISPA 77

47 Penemuan penderita pneumonia balita 90% 78

S.19 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan penyakit HIV/AIDS 78

48 Penjangkauan penderita HIV / AIDS 85% 78

S.20 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan penyakit Kusta 79

49 Penemuan kasus kusta <1 / 10.000 pddk 80

S.21 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan Filariasis dan Schistosomiasis 80

50 Cakupan pengobatan missal filariasis 85 % 81

51 AFP Rate penduduk < 15 tahun 3 81

S.22 Sasaran : Meningkatnya surveilans epidemiologi dan wabah 81

52 Cakupan desa/kelurahan yang mengalami wabah dan KLB penyakit menular yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24jam

100% 82

S.23 Sasaran : Menurunnya angka kesakitan akibat Penyakit yang Dapat Ditanggulangi Dengan Imunisasi (PD3I) seperti : campak, TBC, Polio, Diphtery, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B

83

53 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization 90% 83

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 44

Indikator Kinerja

Target Jangka Menengah

Halaman Referensi

(UCI)

S.24 Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada ibu 84

54 Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) 100% 84

55 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 95% 85

56 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan

90% 85

57 Cakupan pelayanan nifas 90% 85

58 Cakupan peserta KB aktif 85% 85

S.25 Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada bayi 86

59 Cakupan kunjungan bayi 95% 86

60 Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 95% 86

S.26 Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada balita dan usia SD

87

61 Cakupan pelayanan anak balita 96% 87

62 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100% 87

S.27 Sasaran : Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada lanjut usia 87

63 Cakupan puskesmas lantun usia 12 Puskesmas 88

S.28 Sasaran : Meningkatnya gizi pada keluarga 88

64 Cakupan desa / kelurahan dengan konsumsi garam beryodium baik

90% 88

S.29 Sasaran : Meningkatnya gizi pada ibu hamil dan melahirkan 89

65 Cakupan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe 90% 89

66 Cakupan ibu nifas mengkonsumsi vit. A 90% 89

67 Cakupan ibu hamil KEK dari keluarga miskin mendapat PMT pemulihan

50% 90

S.30 Sasaran : Meningkatnya gizi pada bayi 90

68 Cakupan MP ASI pada anak 6-24 bulan dari keluarga miskin 100% 90

S.31 Sasaran : Meningkatnya gizi pada balita 91

69 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 91

70 Cakupan distribusi vitamin A pada balita 90% 91

71 Prevalensi balita gizi buruk (sangat kurus indeks BB/TB) 0,04 92

S.32 Sasaran : Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat 92

72 Cakupan rumah tangga ber-PHBS 70% 92

S.33 Sasaran : Meningkatnya Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) mandiri

92

73 Tersedianya desa siaga 100% 93

74 Cakupan desa siaga 70% 93

75 Terbinanya UKBM, Saka Bakti Husada dalam promosi kesehatan berbasis pemberdayaan masyarakat

100% 94

S.34 Sasaran : Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan Dinas Kesehatan

94

76 Persentase Puskesmas dengan Pengelolaan Obat memenuhi syarat / baik

100% 95

77 Persentase pengelola obat yang melaksanakan validasi dengan baik dan benar

100% 95

S.35 Sasaran : Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di apotik dan pedagang eceran obat

95

78 Persentase apotik dengan pengelolaan obat memenuhi syarat / baik

100% 96

79 Persentase pedagang eceran obat dengan pengelolaan obat 100% 96

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 45

Indikator Kinerja

Target Jangka Menengah

Halaman Referensi

memenuhi syarat/ baik

S.36 Sasaran : Meningkatnya kualitas obat, obat tradisional dan kosmetik yang beredar di masyarakat

96

81 Tersosialisasikannya obat teurapetik, obat tradisional, kosmetik, dan makanan minuman memenuhi syarat

100% 96

S.37 Sasaran : Meningkatnya kualitas makanan dan minuman hasil industry rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan

97

82 Persentase pangan industry rumah tangga terbina yang memenuhi syarat / baik

80% 97

83 Pengawasan peredaran makanan minuman yang beredar di masyarakat

100% 97

84 Terwujudnya industry rumah tangga pangan yang berizin 1748 IRTP 97

Pada periode 2011 - 2015, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung memprioritaskan

pencapaian 40 sasaran strategis, dan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasarannya

digunakan 117 indikator. Indikator-indikator yang digunakan merupakan indikator yang

tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten

Bandung tahun 2011 – 2015 yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun

2011, ditambah indikator pengembangan Dinas Kesehatan yang mengacu kepada amanat

Undang-undang Kesehatan serta Milenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.

Rincian Rencana Strategis

Berikut diuraikan Rencana Strategis 2011 - 2015 dalam pencapaian sasaran strategis Dinas

Kesehatan Kabupaten Bandung:

Rincian rencana kinerja masing-masing sasaran pada misi 1 adalah sebagai berikut:

1. Sasaran: Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar umum

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pelayanan kunjungan rumah bagi penderita penyakit kronis

2196 KK 2196 KK 2196 KK 2196 KK 2196 KK 2196 KK

Memberikan pelayanan kesehatan

berkualitas kepada masyarakat

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 46

Pelayanan kesehatan dasar umum merupakan upaya kesehatan yang meningkatkan akses dan

mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat agar tercapai derajat kesehatan

masyarakat yang optimal. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar umum

diharapkan tercapai selama periode 2011 – 2015 dengan didukung oleh program pelayanan

kesehatan kegiatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat miskin dan

program upaya kesehatan masyarakat kegiatan pelayanan kesehatan penduduk miskin di

puskesmas dan jaringannya. Rencana kerja tahun 2011-2015 dalam meningkatkan cakupan

pelayanan kesehatan dasar umum adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan

pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata pertama, di satu wilayah kerja tertentu

pada waktu tertentu. Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program pengentasan

kemiskinan yang memenuhi kriteria tertentu menggunakan 14 (empat belas) variabel

kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga Miskin (RTM). Sarana kesehatan strata pertama

adalah tempat pelayanan kesehatan meliputi antara lain: puskesmas, balai pengobatan,

pemerintah dan swasta, praktek bersama, dan perorangan. Cara perhitungannya :

Cakupan pelayanan

kesehatan dasar pasien

masyarakat miskin

= Jumlah pasien masyarakat miskin di sarana

kesehatan strata 1 X 100 %

Jumlah masyarakat miskin

Indikator Kinerja Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin mempunyai

Sub indicator yaitu :

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Terlaksananya klaim Jamkesmas dan Jamkesda bagi Penduduk miskin

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin adalah jumlah kunjungan

pasien masyarakat miskin di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga pada kurun waktu

tertentu (lama & baru). Sarana kesehatan strata dua dan tiga adalah balai kesehatan mata

masyarakat, balai kesehatan penyakit paru, balai kesehatan indera masyarakat, balai besar

kesehatan paru masyarakat, rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 47

Cakupan pelayanan

kesehatan rujukan

pasien masyarakat

miskin

=

Jumlah pasien masyarakat miskin di sarana

kesehatan strata , dan strata 3 X 100 % Jumlah masyarakat miskin

Pelayanan kunjungan rumah bagi penderita penyakit kronis dan keluarga rawan

Merupakan bagian dari program upaya kesehatan masyarakat dengan kegiatan pelayanan

kesehatan penduduk miskin di puskesmas dan jaringannya. Pada periode tahun 2011 - 2015

untuk mencapai target cakupan maka pada pelaksanaannya puskesmas melaksanakan

kunjungan ke rumah pasien dari masyarakat miskin yang menderita penyakit kronis untuk

memantau dan melaksanakan tata laksana Public Health Nurse (PHN).

2. Sasaran: Meningkatnya pelayanan kesehatan di UPTD Yankes di kecamatan

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Tersedianya biaya operasional UPTD dan Puskesmas

62 puskesmas

62 puskesmas

62 puskesmas

62 puskesmas

62 puskesmas

62 puskesmas

Persentase tenaga penunjang pelayanan yang diberi tambahan penghasilan

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase UPTD Yankes yang melaksanakan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase UPTD Yankes yang melaksanakan Standarisasi Operasional Prosedur (SOP) puskesmas

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pelayanan kesehatan di unit pelayanan terpadu daerah (UPTD) pelayanan kesehatan (yankes)

di kecamatan merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat di

puskesmas-puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bandung. Demi

meningkatnya pelayanan kesehatan di UPTD yankes kecamatan diselenggarakan program

upaya kesehatan masyarakat kegiatan penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan dan

program standarisasi pelayanan kesehatan kegiatan evaluasi dan pengembangan standar

pelayanan kesehatan. Adapun rencana kerja tahun 2011-2015 sasaran ini adalah sebagai

berikut:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 48

Rencana Tahun 2011 - 2015

Tersedianya Biaya Operasional UPTD Yankes dan Puskesmas

Jumlah unit pelayanan teknis daerah pelayanan kesehatan (UPTD Yankes) yang mempunyai

biaya operasional dan pemeliharaan dibandingkan dengan seluruh jumlah UPTD Yankes.

Indikator kinerja tersebut mempunyai Sub Indikator Kinerja yaitu :

Sub Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase tenaga penunjang pelayanan yang diberi tambahan penghasilan

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase UPTD Yankes yang melaksanakan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase UPTD Yankes yang melaksanakan Standarisasi Operasional Prosedur (SOP) puskesmas

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase tenaga penunjang pelayanan yang diberi tambahan penghasilan

Jumlah tenaga penunjang pelayanan yang diberi tambahan penghasilan dibandingkan dengan

jumlah seluruh tenaga penunjang pelayanan yang ada di Dinas Kesehatan.

Persentase UPTD Yankes yang melaksanakan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP)

Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil

kerja/prestasi puskesmas. Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat puskesmas, sebagai

instrumen mawas diri karena setiap puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara

mandiri, kemudian dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan verifikasi hasilnya. Ruang

lingkup penilaian kinerja puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan

pelayanan kesehatan, manajemen puskesmas dan mutu pelayanan.

Cara perhitungannya :

Jumlah UPTD Yankes yang melaksanakan Penilaian Kinerja

Puskesmas

X 100 % Jumlah UPTD Yankes di Kabupaten Bandung

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 49

Persentase UPTD Yankes yang melaksanakan Standarisasi Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk UPTD pelayanan kesehatan mengacu pada

Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Nomor

441.7/1428/SK/DINKES/2011 tentang Penetapan SOP Pelayanan Kesehatan Dasar di

Puskesmas. Ruang lingkup SOP Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas meliputi:

a. SOP Bidang Sekretariat

b. SOP Bidang Pelayanan Medik dan Farmasi

c. SOP Bidang Pelayanan Masyarakat

d. SOP Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit & Kesehatan Lingkungan

(Kesling)

e. SOP Bidang Sistem Informasi Kesehatan, Promosi Kesehatan dan Jaminan

Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

f. Instruksi Kerja

Cara perhitungannya :

Jumlah UPTD Yankes yang melaksanakan Standar Operasional

Prosedur

X 100 % Jumlah UPTD Yankes di Kabupaten Bandung

3. Sasaran: Meningkatnya pelayanan kesehatan matra bencana

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Terlaksananya posko rawan bencana dan terlayaninya pasien korban bencana serta terlaksananya posko hari – hari besar

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pelayanan kesehatan matra merupakan upaya kesehatan khusus yang diselenggarakan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah.

Jenis-jenis kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air,

serta kesehatan kedirgantaraan. Salah satu jenis kesehatan lapangan yaitu kesehatan matra

dalam penanggulangan bencana. Pelayanan kesehatan matra bencana bersifat temporer dan

dinamis. Upaya kesehatan matra bencana dilakukan mulai dari tahap kesiapsiagaan, masa

tanggap darurat, sampai pascabencana.

Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan matra bencana dapat terselenggara dengan baik,

efisien, efektif dan mencapai target setiap tahunnya, program upaya kesehatan masyarakat

kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana diusung untuk

mendukung sasaran ini. Di bawah ini adalah rencana kerja yang akan dilaksanakan menurut

indikator yang akan dicapai.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 50

Rencana Tahun 2011 - 2015

Terlaksananya posko rawan bencana dan terlayaninya pasien korban bencana serta

terlaksananya posko hari – hari besar

Merupakan pelayanan kesehatan matra di Kabupaten Bandung yang diselenggarakan untuk

menanggulangi korban bencana mulai dari tahap pra bencana, saat bencana, sampai

pascabencana. Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat temporer dan dinamis sesuai

dengan karakter lingkungan matra yang serba berubah. Pada setiap kejadian bencana

dilakukan pelayanan kesehatan matra bencana untuk menanggulangi masalah kesehatan yang

dialami korban bencana.

Rencana kerja pada tahun 2011 – 2015 untuk menunjang penanganan pelayanan kesehatan

matra bencana yang bersifat temporer dan dinamis akan dilaksanakan pertemuan praposkes

matra.

4. Sasaran: Meningkatnya pelayanan kesehatan khusus

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Terlayaninya kesehatan calon jemaah haji

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pelayanan kesehatan khusus merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya pelayanan kesehatan khusus

diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan

kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Jenis-jenis pelayanan kesehatan

khusus meliputi pelayanan kesehatan calon jemaah haji dan jemaah haji, pelayanan

kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan mata, pelayanan kesehatan gigi, pelayanan

laboratorium puskesmas, pelayanan kesehatan jiwa, pelayanan kesehatan fungsi

pendengaran, pelayanan kesehatan kerja, pelayanan kesehatan olahraga, pelayanan kesehatan

matra P3K, lebaran, natal dan tahun baru.

Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan khusus dapat terselenggara dengan baik, efisien,

efektif dan mencapai target setiap tahunnya, program upaya kesehatan masyarakat kegiatan

peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan diusung untuk mendukung

sasaran ini. Di bawah ini adalah rencana kerja yang akan dilaksanakan menurut indikator

yang akan dicapai.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 51

Rencana Tahun 2011 - 2015

Terlayaninya kesehatan calon jemaah haji

Merupakan pelayanan kesehatan khusus di Kabupaten Bandung yang diselenggarakan untuk

memeriksa dan screening calon jemaah haji dan jemaah haji pada setiap musim haji.

Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat paripurna pada saat di tanah air sebelum

menunaikan ibadah haji dan sesudah pulang menunaikan ibadah haji. Indikator tersebut

mempunyai sub indikator yaitu :

Sub Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1

20% 20% 40% 60% 80% 100%

Cakupan pelayanan kesehatan mata untuk operasi katarak dari sasaran hasil penjaringan

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Kunjungan rawat jalan gigi

1% dari kunjungan puskesmas

1% dari kunjungan puskesmas

1% dari kunjungan puskesmas

2% dari kunjungan puskesmas

3% dari kunjungan puskesmas

4% dari kunjungan puskesmas

Persentase pemeriksaan laboratorium puskesmas

2% dari kunjungan puskesmas

2% dari kunjungan puskesmas

4% dari kunjungan puskesmas

6% dari kunjungan puskesmas

8% dari kunjungan puskesmas

10% dari kunjungan puskesmas

Cakupan pelayanan kesehatan deteksi dini gangguan jiwa di puskesmas

6% dari kunjungan puskesmas

6% dari kunjungan puskesmas

12% dari kunjungan puskesmas

18% dari kunjungan puskesmas

24% dari kunjungan puskesmas

30% dari kunjungan puskesmas

Cakupan pemeriksaan fungsi pendengaran di puskesmas

1 kasus 1 kasus 1 kasus 1 kasus 1 kasus 1 kasus

Cakupan pelayanan kesehatan pos usaha kesehatan kerja yang terbina di puskesmas

1 pos UKK 1 pos UKK 1 pos UKK 1 pos UKK 1 pos UKK 1 pos UKK

Cakupan pelayanan

1 klub 1 klub 1 klub 1 klub 1 klub 1 klub

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 52

Sub Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

kesehatan untuk klub olahraga yang terbina di puskesmas

Persentase penanganan kegiatan pelayanan kesehatan matra P3K, lebaran, natal & tahun baru

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat darurat level 1 adalah pelayanan kesehatan

khusus yang diselenggarakan untuk kegiatan rujukan pemeriksaan kesehatan dari puskesmas

ke sarana kesehatan dan rumah sakit di Kabupaten Bandung. Pemeriksaan yang dimaksud

merupakan pelayanan rujukan gawat darurat. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan gawat

darurat yang harus diberikan sarana kesehatan dan rumah sakit jumlahnya berdasarkan

rujukan gawat darurat dari seluruh puskesmas di Kabupaten Bandung.

Cakupan pelayanan kesehatan mata untuk operasi katarak dari sasaran hasil penjaringan

Yaitu pelayanan kesehatan mata yang diselenggarakan untuk operasi katarak. Operasi

katarak dilakukan bekerja sama dengan rumah sakit dan praktisi ahli di bidang kesehatan

mata. Pelayanan kesehatan yang diberikan mulai dari penjaringan kasus penyakit mata oleh

puskesmas dilanjutkan dengan skrining di puskesmas. Selanjutnya skrining dengan hasil

diagnosa katarak ditindaklanjuti dengan tindakan operasi oleh praktisi ahli mata dan rumah

sakit. Penderita katarak post operasi di follow up oleh puskesmas sampai kondisinya

sembuh. Pada periode tahun 2011 – 2015, cakupan pelayanan operasi katarak berdasarkan

pada hasil penjaringan & skrining penyakit mata yang dilakukan oleh puskesmas di

Kabupaten Bandung.

Kunjungan rawat jalan gigi

Yaitu pelayanan kesehatan khusus yang dilaksanakan untuk pengobatan penyakit gigi oleh

puskesmas di Kabupaten Bandung. Pengobatan penyakit gigi dilakukan untuk penderita yang

datang pada kunjungan rawat jalan poli gigi puskesmas. Kunjungan rawat jalan gigi,

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 53

jumlahnya didasarkan pada seluruh kunjungan puskesmas. Penderita penyakit gigi diberikan

pengobatan oleh puskesmas sesuai dengan jenis penyakitnya.

Persentase pemeriksaan laboratorium puskesmas

Yaitu pelayanan kesehatan khusus di Kabupaten Bandung yang dilakukan untuk setiap

parameter pemeriksaan laboratorium. Parameter pemeriksaan laboratorium di puskesmas

meliputi pemeriksaan mikrobiologi, hematologi, serologi, klinik rutin, dan kimia klinik.

Laboratorium puskesmas juga melaksanakan rujukan pemeriksaan spesimen tersebut dan

rujukan sample pemeriksaan air, makanan, dan minuman. Jumlah pemeriksaan laboratorium

puskesmas pada periode tahun 2011 – 2015 berdasarkan pada spesimen yang diperiksa

laboratorium puskesmas sesuai dengan parameter laboratorium untuk menunjang diagnosa

penyakit.

Cakupan pelayanan kesehatan deteksi dini gangguan jiwa di puskesmas

Yaitu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam deteksi dini gangguan jiwa. Deteksi

dini gangguan jiwa dilaksanakan dengan bantuan praktisi ahli di bidang kesehatan jiwa.

Deteksi dini gangguan jiwa dimulai dengan penemuan kasus. Kemudian diberikan konseling

dan pengobatan sesuai dengan diagnosa kasusnya. Pada periode tahun 2011 – 2015, kalkulasi

cakupan deteksi dini gangguan jiwa berdasarkan pada seluruh kunjungan puskesmas di

Kabupaten Bandung.

Cakupan pemeriksaan fungsi pendengaran di puskesmas

Yaitu pelayanan kesehatan khusus yang dilakukan dalam mendiagnosa fungsi pendengaran

pasien yang berkunjung ke puskesmas. Diagnosa mulai dari penemuan kasus gangguan

pendengaran ditindaklanjuti dengan pemeriksaan rujukan. Pengobatan selanjutnya

dilaksanakan oleh praktisi ahli indera pendengaran. Kalkulasi cakupan pemeriksaan fungsi

pendengaran untuk periode tahun 2011 – 2015 berdasarkan pada penemuan kasus di

puskesmas.

Cakupan pelayanan kesehatan pos usaha kesehatan kerja yang terbina di puskesmas

Yaitu pelayanan kesehatan khusus di Kabupaten Bandung untuk memenuhi kebutuhan

pekerja sektor formal dan informal di bidang layanan kesehatan. Di dalam kegiatan ini,

puskesmas melakukan inventarisasi jumlah dan jenis usaha yang ada di wilayah kerjanya.

Selanjutnya berdasarkan hasil inventarisasi dilaksanakan pembinaan di bidang layanan

kesehatan dengan membentuk pos Usaha Kesehatan Kerja (UKK). Pembinaan pos UKK

disesuaikan dengan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pekerja sektor formal dan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 54

informal tersebut sehingga layanan kesehatannya berkualitas sesuai dengan SOP bidang

kesehatan.

Cakupan pelayanan kesehatan untuk klub olahraga yang terbina di puskesmas

Yaitu pelayanan kesehatan khusus yang diselenggarakan dalam kegiatan olahraga. Kegiatan

olahraga dalam kaitannya dengan layanan kesehatan harus dilakukan dengan prinsip-prinsip

baik, benar, teratur, dan terukur. Di dalam kegiatan kesehatan olahraga, puskesmas

melakukan inventarisasi jumlah dan jenis olahraga yang ada di wilayah kerjanya.

Selanjutnya berdasarkan hasil inventarisasi dilaksanakan pembinaan agar olahraga dilakukan

dengan menggunakan prinsip-prinsip kesehatan yaitu olahraga yang baik, benar, teratur, dan

terukur. Pembinaan klub olahraga disesuaikan dengan pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan olahraga. sehingga kegiatannya berkualitas sesuai dengan SOP bidang kesehatan.

Persentase penanganan kegiatan pelayanan kesehatan matra P3K, lebaran, natal & tahun baru

Merupakan pelayanan kesehatan matra di Kabupaten Bandung yang diselenggarakan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat kegiatan insidential kesehatan, lebaran, natal,

dan tahun baru. Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat temporer dan dinamis sesuai

dengan kebutuhan di tempat pelaksanaan kegiatan. Penanganan matra P3K, lebaran, natal,

tahun baru persentasenya disesuaikan dengan pelayanan kesehatan pada lingkungan matra

yang serba berubah.

5. Sasaran: Meningkatnya kualitas Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta (SPKS)

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) yang terbina

62% 70% 80% 90% 100%

Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) yang berizin

90% 90% 90% 90% 90% 90%

Sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) merupakan mitra Dinas Kesehatan dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kualitas SPKS dirasa sangat

penting untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat demi

menghasilkan derajat kesehatan yang maksimal. Dalam meningkatkan kualitas SPKS di

wilayah Kabupaten Bandung dilaksanakan program upaya kesehatan masyarakat kegiatan

peningkatan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan dan program kemitraan

peningkatan pelayanan kesehatan kegiatan kemitraan peningkatan kualitas dokter dan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 55

paramedis. Di bawah ini adalah rencana kerja yang dilaksanakan pada tahun 2011-2015

menurut indikator yang akan dicapai.

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) yang terbina

Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta yang dibina yaitu sarana pelayanan kesehatan

yang telah mempunyai izin beroperasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung kemudian

dilakukan monitoring dan evaluasi dibandingkan dengan SPKS berizin yang ada. Sarana

pelayanan kesehatan swasta yang dimaksud adalah klinik (balai pengobatan) dan rumah

bersalin.

Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta (SPKS) yang berizin

Persentase sarana pelayanan kesehatan swasta yang berizin yaitu sarana pelayanan kesehatan

yang mengusulkan izin baru di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dibandingkan dengan

jumlah SPKS yang ada. Sarana pelayanan kesehatan swasta yang dimaksud adalah klinik

(balai pengobatan) dan rumah bersalin.

6. Sasaran: Meningkatnya kompetensi tenaga kesehatan

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase dokter umum yang terlatih GELS

13% 25% 50% 75% 100%

Persentase perawat terlatih BTCLS

13% 25% 50% 75% 100%

Jumlah bidan terlatih APN 189 214 393 438 483 492

Persentase tenaga kesehatan JFU menjadi Jafung adminkes

0 57% 57% 71% 85% 100%

Persentase kegiatan pengadaan tenaga kesehatan berprestasi

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Kompetensi merupakan kombinasi antara keterampilan, kemampuan dan pengetahuan

seseorang yang dibutuhkan untuk pencapaian tugas. Kompetensi tenaga kesehatan sangat

dibutuhkan guna melayani masyarakat secara optimal. Untuk itu peningkatan kompetensi

tenaga kesehatan akan dilaksanakan setiap tahunnya melalui program kemitraan peningkatan

pelayanan kesehatan kegiatan kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedis. Adapun

rencana kerja tahun 2011-2015 dijabarkan di bawah ini:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 56

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase dokter umum yang terlatih GELS

Pelatihan GELS adalah pelatihan General Emergency Life Support bagi dokter dalam

menanggulangi bencana dan kegawatdaruratan di puskesmas. Tujuan dari pelatihan ini

adalah meningkatkan pengetahuan dokter tentang prinsip penanganan bencana serta

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dalam menangani kasus-kasus

kegawatdaruratan.

Persentase dokter umum yang terlatih GELS adalah jumlah dokter umum yang sudah terlatih

dibandingkan dengan jumlah seluruh dokter umum yang ada di puskesmas. Program

kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan dengan kegiatan kemitraan peningkatan kualitas

dokter dan paramedik mendukung pencapaian target indikator ini.

Persentase perawat terlatih BTCLS

Pelatihan BTCLS adalah pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support bagi perawat dalam

penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan di puskesmas. Tujuan dari pelatihan ini

adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas dalam menangani kasus

kegawatdaruratan. Persentase perawat terlatih BTCLS adalah jumlah perawat yang sudah

terlatih dibandingkan dengan jumlah seluruh perawat yang ada di puskesmas. Program

kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan dengan kegiatan kemitraan peningkatan kualitas

dokter dan paramedik mendukung pencapaian target indikator ini.

Jumlah bidan terlatih APN

Pelatihan APN adalah pelatihan asuhan persalinan normal bagi bidan dalam rangka

menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, sehingga tenaga kesehatan yang sudah

dilatih terampil dalam pertolongan persalinan normal. Program kemitraan peningkatan

pelayanan kesehatan dengan kegiatan kemitraan peningkatan kualitas dokter dan paramedik

mendukung pencapaian target indikator ini.

Persentase tenaga kesehatan JFU menjadi Jafung adminkes

Jabatan fungsional administrasi kesehatan (jafung adminkes) adalah pegawai negeri sipil

(PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab secara penuh oleh pejabat

berwenang untuk melakukan analisis kebijakan di bidang administrasi pelayanan, perijinan,

akreditasi dan sertifikasi program-program pembangunan kesehatan. Pemenuhan jafung

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 57

adminkes dilaksanakan dengan melatih tenaga kesehatan jabatan fungsional umum (JFU)

yang berlatar belakang pendidikan sarjana kesehatan masyarakat di kantor dinas maupun di

puskesmas.

Persentase tenaga kesehatan JFU menjadi jafung adminkes adalah jumlah tenaga kesehatan

JFU yang sudah menjadi jafung adminkes dibandingkan dengan jumlah tenaga kesehatan

JFU dan jafung adminkes.

Persentase kegiatan pengadaan tenaga kesehatan berprestasi

Kegiatan pengadaan tenaga kesehatan berprestasi adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap

tahun untuk memilih dan menyeleksi tenaga kesehatan teladan di tingkat kabupaten untuk

diusulkan ke tingkat provinsi. Tenaga kesehatan yang diseleksi meliputi: dokter, dokter gigi,

bidan, perawat, perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, dan asisten apoteker.

Persentase puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar

Tenaga kesehatan yang sesuai standar adalah tenaga kesehatan yang kompeten dan sudah

mempunyai ijin kerja dan ijin praktik di puskesmas. Persentase puskesmas dengan tenaga

kesehatan sesuai standar adalah jumlah puskesmas dengan tenaga kesehatan sesuai standar

dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas

7. Sasaran: Meningkatnya fungsi sarana pelayanan kesehatan

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase pemenuhan perlengkapan dan sarana puskesmas / PONED / Pustu / Poskesdes yang dibangun

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase puskesmas yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

36% 47% 52% 61% 71% 81%

Persentase PONED yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

13% 29% 61% 84% 94% 100%

Persentase PUSTU yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

5% 6% 8% 10% 12% 14%

Persentase POSKESDES yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

28% 28% 30% 34% 37% 40%

Persentase puskesmas keliling yang terawat

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 58

Dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan perlu didukung

dengan meningkatnya fungsi sarana pelayanan kesehatan yang sesuai standar agar pelayanan

kesehatan kepada masyarakat dapat berjalan secara optimal. Dalam pelaksanaannya, program

pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas

pembantu dan jaringannya kegiatan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas dan kegiatan

pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana puskesmas diusung sebagai penunjang

sasaran ini. Rencana kerja tahun 2011-2015 dijabarkan di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase pemenuhan perlengkapan dan sarana puskesmas / PONED / Pustu / Poskesdes

yang dibangun

Jumlah puskesmas/PONED/Pustu/Poskesdes yang dibangun yang dipenuhi perlengkapan dan

sarananya dibandingkan dengan jumlah puskesmas/PONED/Pustu/Poskesdes yang dibangun.

Pemenuhan perlengkapan dan sarana dimaksudkan untuk mengoptimalkan pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

Persentase puskesmas yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

Istilah puskesmas mencakup pengertian puskesmas tanpa maupun dengan tempat perawatan.

Puskesmas tanpa tempat perawatan (TTP) merupakan puskesmas dengan upaya pelayanan

wajib atau ditambah upaya pelayanan tambahan dalam suatu lokasi. Puskesmas dengan

tempat perawatan (DTP) merupakan puskesmas yang dilengkapi dengan fasilitas ruang rawat

inap untuk memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat dalam waktu yang tidak lama

(1-3 hari). Standar tata ruang puskesmas mengacu pada Buku Pedoman Tata Ruang

Puskesmas Kementerian Kesehatan RI. Standar tata ruang puskesmas memperhatikan analisa

program kegiatan, kebutuhan alat/sarana kesehatan dan prasarana penunjang. Standar tata

ruang puskesmas dari segi luas bangunan/lantai minimal 135 m2. Apabila puskesmas terletak

di kawasan padat penduduk maka luas bangunannya minimal 250 m2.

Cara perhitungannya yaitu jumlah puskesmas yang dibangun sesuai standar tata ruang dibagi

dengan jumlah puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung dikali dengan 100 %.

Persentase PONED yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar) adalah puskesmas

rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan

pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir dengan komplikasi baik

yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, puskesmas dan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 59

melakukan rujukan ke rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergency

K) pada kasus yang tidak mampu ditangani. Standar tata ruang puskesmas PONED mengacu

pada Buku Pedoman Tata Ruang Puskesmas Kementerian Kesehatan RI.

Persentase PUSTU yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

Puskesmas pembantu (PUSTU) yaitu unit pelayanan kesehatan sederhana yang

melakasanakan sebagian tugas puskesmas. Standar tata ruang Pustu dari segi luas tanah

minimal 150 m2 dengan luas bangunan/lantai Pustu minimal 80 m

2, yang terdiri dari ruang

pelayanan kesehatan 30 m2 dan ruang/tempat tinggal paramedik 50 m

2. Cara perhitungannya

jumlah Pustu yang dibangun sesuai stándar tata ruang dibagi dengan jumlah Pustu yang ada

di Kabupaten Bandung dikali 100%.

Persentase POSKESDES yang dibangun/direhab sesuai standar tata ruang

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) adalah upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat

(UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan

kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Standar tata ruang Poskesdes dari segi luas tanah

minimal 200 m2 dengan luas bangunan/lantai Pustu minimal 120 m

2, yang terdiri dari ruang

pelayanan, pemeriksaan, dan persalinan 60 m2 dan ruang/tempat tinggal bidan 60 m

2. Cara

perhitungannya adalah jumlah Poskesdes yang dibangun sesuai tata ruang dibagi dengan

jumlah Poskesdes di Kabupaten Bandung dikalikan dengan 100 %.

Persentase puskesmas keliling yang terawat

Puskesmas keliling yaitu unit pelayanan kesehatan yang dilengkapi dengan kendaraan

bermotor roda empat maupun perahu bermotor untuk menjangkau wilayah yang jauh dari

puskesmas. Cara perhitungannya adalah jumlah puskesmas keliling yang terawat dibagi

dengan jumlah semua puskesmas keliling dikalikan dengan 100 %.

8. Sasaran : Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase alokasi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

53% 55% 60% 65% 70% 75%

Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

60% 65% 70% 75% 80% 85%

Persentase keterjangkauan obat yang memenuhi standar

60% 65% 70% 75% 80% 85%

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 60

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase instalasi farmasi kabupaten yang memadai

50% 50% 100%

Pelayanan kesehatan yang optimal harus didukung oleh sarana dan prasarana kesehatan.

Salah satu sarana yang sangat esensial dalam pelayanan kesehatan atau pengobatan adalah

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu di puskesmas. Dalam menunjang

sasaran di atas dilaksanakan program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan pengadaan

obat dan perbekalan. Rincian kegiatan tahun 2011-2015 dapat dilihat dalam rincian indikator

di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase alokasi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

Besarnya dana pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yang disediakan/dialokasikan

pemerintah daerah sesuai dengan jumlah penduduk suatu daerah dibandingkan dengan dana

pengadaan obat dan perbekalan kesehatan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh

Kebijakan Obat Nasional (KONAS)/kesepakatan global/nasional untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan dasar sebesar sembilan ribu rupiah per penduduk.

Persentase ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan

Jumlah obat yang mampu disediakan oleh pemerintah dibandingkan dengan jumlah obat

yang dibutuhkan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar.

Persentase keterjangkauan obat yang memenuhi standar

Jumlah distribusi obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan sarana pelayanan

kesehatan dibandingkan dengan jumlah distribusi obat dan perbekalan kesehatan yang

dilaksanakan guna menjamin ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan tepat jenis dan

jumlah secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di

sarana pelayanan kesehatan.

Persentase instalasi farmasi Kantor Dinas Kabupaten yang memadai

Jumlah instalasi farmasi kabupaten yang memenuhi syarat kesehatan dibandingkan dengan

jumlah instalasi farmasi yang ada.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 61

9. Sasaran : Meningkatnya penyajian data informasi kesehatan

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Terlaksananya pengumpulan, pengolahan, analisa data profil kesehatan dan pemutakhiran data

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Penyajian data informasi kesehatan dilaksanakan sebagai upaya transparansi hasil kegiatan

program pembangunan kesehatan, dan menjadi sangat penting ketika pemanfaatannya

sebagai dasar pengambilan keputusan dan kebijakan program pembangunan kesehatan.

Meningkatnya penyajian data informasi kesehatan dicapai dengan melaksanakan program

standarisasi pelayanan kesehatan kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan dan kegiatan

pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan. Rencana kegiatan

tahun 2011 – 2015 dapat dilihat di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Terlaksananya pengumpulan,pengolahan,analisa data profil kesehatan dan pemutakhiran data :

SP3 singkatan dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas, bertujuan agar semua data

hasil kegiatan puskesmas dan jaringannya dan data lainnya yang berkaitan dicatat dan

dilaporkan kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai dengan kebutuhan secara benar,

akurat, berkala (setiap bulan), dan teratur guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan

masyarakat. Jenis pencatatan yang dilaporkan puskesmas ke Dinas Kesehatan adalah LB1

(Laporan Penyakit), LB3 (Laporan Prog KIA/KB; Laporan Prog. Pencegahan Penyakit;

Laporan Imunisasi) dan LB4 (Laporan Kegiatan Puskesmas) setiap bulan dan LSD 1 (

Sumber Daya Puskesmas), LSD 2 (Data Ketenagaan di Puskesmas) dan LSD 3 (Jumlah dan

Jenis Puskesmas ) setiap tahun sekali.

Persentase puskesmas yang melaporkan SP3 secara rutin adalah jumlah puskesmas yang

melaporkan LB1 (Laporan Penyakit), LB3 (Laporan Prog KIA/KB; Laporan Prog.

Pencegahan; Laporan Imunisasi) dan LB4 (Laporan Kegiatan Puskesmas) setiap bulan

dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas di Kabupaten Bandung. Pencapaian target

indikator ini dilaksanakan melalui program standarisasi pelayanan kesehatan, kegiatan

monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Indikator Terlaksananya pengumpulan, pengolahan, analisa data profil kesehatan dan

pemutakhiran data mempunyai Sub Indikator Kinerja yaitu :

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 62

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Dokumen Profil Kesehatan Kabupaten

1 1 1 1 1 1

Persentase puskesmas yang menyusun Laporan Tahunan

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase keterampilan tenaga pengelola data SP3

0 50% 70% 80% 90% 100%

Persentase puskesmas dengan SIMPUS

0 7% 32% 55% 77% 100%

Wide Area Network/Local Area Netwok Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

0 0 21 titik 35 titik 49 titik 63 titik

Persentase puskesmas yang menyusun Laporan Inventory

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Dokumen Profil Kesehatan Kabupaten

Dokumen Profil Kesehatan merupakan dokumentasi hasil penyelenggaraan kesehatan yang

dilaksanakan baik oleh sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah seperti Puskesmas dan

jaringannya serta RSUD maupun Rumah Sakit milik swasta sehingga dapat menggambarkan

situasi derajat kesehatan masyarakat serta upaya-upaya kesehatan yang telah dilaksanakan

selama 5 tahun di Kabupaten Bandung. Pencapaian target indikator ini dilaksanakan melalui

program standarisasi pelayanan kesehatan, kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Persentase puskesmas yang menyusun Laporan Tahunan

Jumlah puskesmas yang menyusun laporan hasil kegiatan program dan kinerja selama 1

tahun yang sudah berlangsung dibandingkan dengan jumlah semua puskesmas di Kabupaten

Bandung. Pencapaian target indikator ini dilaksanakan melalui program standarisasi

pelayanan kesehatan, kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

Persentase keterampilan tenaga pengelola data SP3

Jumlah tenaga pengelola data SP3 yang mampu mengumpulkan, mencatat dengan baik dan

benar data/informasi yang tercakup dalam format LB1, LB3, LB4 serta melaporkan data

tersebut ke Dinas Kesehatan tepat waktu pada setiap bulan dibandingkan dengan jumlah

puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung. Pencapaian target indikator ini dilaksanakan

melalui program standarisasi pelayanan kesehatan, kegiatan monitoring, evaluasi dan

pelaporan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 63

Persentase puskesmas dengan SIMPUS

Aplikasi SIMPUS mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front

management), yang meliputi :

Registrasi pasien yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan

pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar.

Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, dan pendaftaran rawat inap/jalan.

Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di puskesmas dan jaringannya seperti: poli

umum, poli KB/KIA, poli gigi , pelayanan TB paru, dan UGD (untuk puskesmas

yang menyediakan layanan IGD). Modul ini juga mencatat diagnosa dan tindakan

terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.

Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-

obatan.

Melalui lingkup manajemen pasien tersebut diperoleh laporan mengenai: rekam medis

pasien, data morbiditas pasien rawat jalan, jumlah kunjungan pasien kasus baru dan kasus

lama, jumlah penggunaan obat dan manajemen ketersediaan obat di apotik puskesmas.

Persentase puskesmas dengan Simpus adalah jumlah puskesmas yang telah memanfaatkan

aplikasi Sistem Informasi & Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dibandingkan dengan jumlah

semua puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung. Pencapaian target indikator ini

dilaksanakan melalui program standarisasi pelayanan kesehatan, kegiatan monitoring,

evaluasi dan pelaporan.

Wide Area Network/Local Area Netwok Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Puskesmas dengan WAN adalah jumlah puskesmas yang terakses dengan jaringan Wide

Area Network Dinas. Infrastruktur WAN dibangun dalam rangka menunjang terciptanya

sistem informasi puskesmas yang terintegrasi, efektif dan efisien. Pencapaian target indikator

ini dilaksanakan melalui program standarisasi pelayanan kesehatan, kegiatan monitoring,

evaluasi dan pelaporan.

Persentase puskesmas yang menyusun Laporan Inventory

Laporan inventory puskesmas merupakan kegiatan pemutakhiran data yang meliputi: data

identitas puskesmas, karakteristik puskesmas, bangunan perumahan, sarana komunikasi dan

informasi, sumber energi, prasarana, peralatan puskesmas, pengorganisasian puskesmas,

ketanagaan, program pokok puskesmas, program pengembangan dan pembiayaan

puskesmas. Persentase puskesmas yang menyusun Laporan Inventory adalah jumlah

puskesmas yang menyusun laporan inventory pada setiap akhir tahun dibandingkan dengan

jumlah puskesmas di Kabupaten Bandung. Pencapaian target indikator ini dilaksanakan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 64

melalui program standarisasi pelayanan kesehatan, kegiatan pembangunan dan pemutakhiran

data dasar standar pelayanan kesehatan.

10. Sasaran : Meningkatnya pelaksanaan pengembangan Jamkesda dan peraturan-

peraturan sebagai penunjang perumusan kebijakan penyelenggaraan kesehatan

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Dokumen kajian pelaksanaan Jamkes Kab. Bandung masa transisi (sebelum UU BPJS diberlakukan)

0 0 0 1

Dokumen Peraturan Daerah Sistem Kesehatan Daerah

0 1

Dokumen Peraturan Bupati untuk menunjang pelaksanaan Perda Sistem Kesehatan Daerah

0 0 1

Peraturan Daerah Tarif Pelayanan kesehatan

0 1

Dokumen Peraturan Bupati Pelaksanaan Perda Tarif

0 0 1

Pengembangan Jamkesda dan peraturan-peraturan sebagai penunjang perumusan kebijakan

penyelenggaraan kesehatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pelaksanaan dan

penyelenggaraan jaminan kesehatan serta pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten

Bandung. Pelaksanaan sasaran ini melalui program standarisasi pelayanan kesehatan

kegiatan penyusunan standar jaminan pelayanan kesehatan. Rincian kegiatan dijabarkan di

bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Dokumen kajian pelaksanaan Jamkes Kab. Bandung masa transisi (sebelum UU BPJS

diberlakukan)

Dokumen kajian pelaksanaan jaminan kesehatan (Jamkes) Kabupaten Bandung masa transisi

disusun sebagai acuan pelaksanaan jamkes di Kabupaten Bandung sebelum pelaksanaan

Undang-undang Badan Pelaksanaan Jaminan Sosial (UU BPJS) dilaksanakan secara nasional

di tahun 2014.

Dokumen Peraturan Daerah Sistem Kesehatan Daerah

Dokumen Peraturan Daerah (Perda) SKD merupakan peraturan yang ditetapkan Pemerintah

Daerah Kabupaten Bandung yang mengatur tentang tatacara penyelenggaraan kesehatan baik

yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta mapun masyarakat.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 65

Dokumen Peraturan Bupati untuk menunjang pelaksanaan Perda Sistem Kesehatan Daerah

Dokumen Peraturan Bupati Pelaksanaan Perda SKD yang merupakan peraturan yang

ditetapkan oleh Bupati untuk mengatur secara teknis pelaksanaan Perda SKD.

Peraturan Daerah Tarif Pelayanan kesehatan

Dokumen Perda Tarif merupakan peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Bandung yang mengatur tentang besaran retribusi pelayanan kesehatan.

Dokumen Peraturan Bupati Pelaksanaan Perda Tarif

Dokumen Peraturan Bupati Pelaksanaan Perda Tarif Pelayanan Kesehatan merupakan

peraturan yang ditetapkan oleh Bupati untuk mengatur secara teknis pelaksanaan Perda Tarif

Pelayanan Kesehatan.

Rincian rencana kinerja masing-masing sasaran pada misi 2 adalah sebagai berikut :

11. Sasaran: Meningkatnya lingkungan sehat pada rumah tangga

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase rumah sehat 55% 55% 60% 65% 70% 80%

Pelayanan pengendalian vector : rumah / bangunan bebas jentik nyamuk Aedes

94,7% 94,7% 95% 95% 95% 95%

Persentase keluarga yang menggunakan sarana air bersih

72% 72% 75% 77% 80% 85%

Persentase keluarga yang menggunakan jamban keluarga sehat

67% 67% 69% 72% 75% 78%

Menyehatkan lingkungan tempat

tinggal dan lingkungan tempat

beraktivitas

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 66

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase keluarga yang menggunakan sarana pembuangan air limbah memenuhi syarat

37% 37% 39% 42% 45% 50%

Meningkatnya lingkungan sehat pada rumah tangga setiap tahunnya dicapai melalui program

pengembangan lingkungan sehat kegiatan pengkajian pengembangan lingkungan sehat.

Rencana kinerja sasaran ini dapat dilihat di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase rumah yang sehat

Rumah sehat menurut Permenkes No. 829 tahun 1999 adalah kondisi fisik, kimia, biologi di

dalam rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat

memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Penilaian rumah sehat dilakukan dengan

menggunakan format penilaian rumah. Penentuan rumah sehat atau tidak dihitung dari skor

yang didapat, dimana:

Rumah sehat = Skor 1.068 – 1.200

Rumah Tidak sehat = Skor < 1.068

Rumah yang menjadi sasaran kegiatan ini yaitu seluruh rumah yang diawasi di wilayah

Kabupaten Bandung.

Persentase rumah sehat diperoleh dengan rumus :

= %100xdiawasiyangrumahJumlah

sehatyangrumahJumlah

Indikator kinerja Persentase rumah sehat mempunyai sub indikator kinerja yaitu :

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase rumah yang diawasi 10% 20% 30% 40% 50% 60%

Persentase puskesmas aktif melaksanakan klinik sanitasi

20% 20% 22% 25% 30% 50%

Persentase rumah yang diawasi

Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan cuaca dan gangguan makhluk hidup

lainnya, serta tempat pengembangan kehidupan keluarga. Rumah yang menjadi sasaran

kegiatan ini yaitu seluruh rumah yang ada di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase rumah yang diawasi diperoleh dengan rumus :

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 67

= %100xadayangrumahjumlah

diawasiyangrumahjumlah

Persentase puskesmas aktif melaksanakan klinik sanitasi

Klinik sanitasi merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat

melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit dengan

bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi aktif

adalah puskesmas yang melaksanakan kegiatan klinik sanitasi baik dalam gedung maupun

luar gedung dan melaporkan semua hasil kegiatannya setiap bulan. Klinik sanitasi yang

menjadi sasaran adalah seluruh puskesmas yang melaksanakan kegiatan klinik sanitasi

Persentase puskesmas aktif melaksanakan klinik sanitasi diperoleh dengan rumus :

= %100xadayangsanitasiklinikJumlah

aktifyangsanitasiklinikJumlah

Indikator dari Sasaran 10 selanjutnya :

Pelayanan pengendalian vector : rumah / bangunan bebas jentik nyamuk Aedes.

Rumah bebas jentik adalah rumah yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala

tidak terdapat jentik nyamuk. Rumah yang menjadi sasaran kegiatan ini yaitu seluruh rumah

yang diawasi di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase rumah bebas jentik diperoleh dengan rumus:

%100xdiawasiyangrumahJumlah

jentikbebasrumahJumlah

Persentase keluarga yang menggunakan sarana air bersih (SAB)

Sarana Air Bersih (SAB) memenuhi syarat adalah SAB yang terhindar/jauh dari sumber

pencemar baik langsung maupun tidak langsung. Adapun jenis SAB yaitu sumur pompa

tangan (SPT), sumur gali (SGL), perpipaan (sambungan rumah, kran umum, dan PDAM),

serta Perlindungan Mata Air (PMA). Jumlah pemakai SAB diperoleh melalui pendataan

dengan menggunakan form survei perumahan lingkungan (SPL) SAB.

Cakupan Pemakai Sarana Air Bersih (SAB) memenuhi syarat diperoleh dengan rumus :

= %100XPendudukJumlah

SyaratMemenuhiyangSABPemakaiJumlah

Persentase keluarga yang menggunakan jamban keluarga sehat

Jamban Keluarga (JAGA) sehat adalah tempat buang air besar yang dapat menghindarkan

kotoran manusia kontak atau bersentuhan dengan manusia baik secara langsung maupun

tidak langsung atau melalui perantara, serta tidak mencemari sumber air. Jumlah pemakai

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 68

JAGA diperoleh melalui pendataan dengan menggunakan form survei perumahan

lingkungan (SPL) JAGA.

Cakupan Pemakai Jamban Keluarga (JAGA) sehat diperoleh dengan rumus :

= %100XPendudukJumlah

SyaratMemenuhiyangJAGAPemakaiJumlah

Persentase keluarga yang menggunakan sarana pembuangan air limbah memenuhi syarat

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) yang memenuhi syarat yaitu yang dapat mengalirkan

air limbah dari sumbernya (dapur dan kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah

dengan lancar, tertutup, tidak mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan

tikus. Jumlah pemakai SPAL diperoleh melalui pendataan dengan menggunakan form survei

perumahan lingkungan (SPL) SPAL.

Cakupan Pemakai Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) memenuhi syarat diperoleh

dengan rumus :

= %100XPendudukJumlah

SyaratMemenuhiyangSPALPemakaiJumlah

12. Sasaran: Meningkatnya lingkungan sehat pada tempat-tempat umum

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase tempat-tempat umum yang sehat

72% 72% 75% 78% 80% 82%

Pelayanan kesehatan lingkungan : institusi yang dibina

100% 100% 100% 100% 100%

Jumlah desa yang menyelenggarakan CLTS

3 4 5 6 7

Jumlah desa yang mendeklarasikan Stop BABS

4 6 8 10 12

Jumlah desa yang melaksanakan sanitasi total berbasis masyarakat

10 15 15 20 20

Tempat-tempat umum adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-badan

pemerintah, swasta, maupun perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang

mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Lingkungan sehat pada

tempat-tempat umum akan mendukung derajat kesehatan masyarakat. Untuk itu program

pengembangan lingkungan sehat kegiatan pengkajian pengembangan lingkungan sehat

dilaksanakan dalam mendukung sasaran tersebut di atas. Rincian kinerja masing-masing

indikator dapat dilihat di bawah ini:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 69

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase tempat-tempat umum yang sehat

Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi sehat adalah TTU yang terpenuhi persyaratan

sanitasi yang karena fungsinya tidak akan menimbulkan gangguan/bahaya kesehatan baik

langsung bagi masyarakat yang berada di TTU tersebut maupun yang ada di lingkungannya.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan format inspeksi sanitasi dan dinyatakan dengan

skor mininimal yang sesuai dengan persyaratan. TTU yang menjadi sasaran adalah seluruh

TTU yang diawasi di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase tempat-tempat umum yang sehat diperoleh dengan rumus :

= %100xdiawasiyangTTUJumlah

sehatyangTTUJumlah

Indikator Persentase tempat – tempat umum yang sehat mempunyai sub indikator yaitu :

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase Industri yang diawasi

19% 20% 25% 30% 35% 40%

Persentase industri yang memenuhi syarat

59.3% 60% 65% 70% 75% 80%

Persentase pengelolaan limbah medis di sarana pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah sakit)

100% 100% 100% 100% 100%

Persentase industri yang diawasi

Pengawasan industri dilaksanakan melalui kegiatan audit sanitasi. Kegiatan ini untuk menilai

keadaan suatu sarana sanitasi dasar atau lingkungan industri baik fisik, kimia maupun biologi

guna mengetahui berapa besar kemungkinan sarana atau lingkungan tersebut dipengaruhi

oleh lingkungannya sehingga akan mengakibatkan kesehatan masyarakat menurun dan dapat

memberikan informasi sedini mungkin pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan manusia

atau mahluk lainnya. Sasaran industri yang diawasi adalah seluruh industri (kecil dan besar)

yang ada di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase industri yang diawasi diperoleh dengan menggunakan rumus :

= %100xadayangindustriJumlah

diawasiyangindustriJumlah

Persentase industry yang memenuhi syarat

Industri dinyatakan memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan (MS) apabila memperoleh

skor hasil penelitian pemeriksaan kesehatan lingkungan sekurang-kurangnya 80% (delapan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 70

puluh persen). Penilaian dilakukan dengan menggunakan format audit sanitasi industri.

Sasaran industri yang memenuhi sayarat adalah seluruh industri yang diawasi di wilayah

Kabupaten Bandung.

Persentase industri yang memenuhi syarat diperoleh dengan rumus :

= %100xdiawasiyangindustriJumlah

syaratmemenuhiyangindustriJumlah

Persentase pengelolaan limbah medis di sarana pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah

sakit)

Limbah medis adalah semua limbah yang dihasilkan sarana layanan kesehatan dianggap

sebagai limbah medis yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda

tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, limbah dengan kandungan logam berat tinggi. Pengelolaan limbah

medis di puskesmas dan rumah sakit harus sesuai dengan peraturan yang berlaku, dengan

cara :

1. Insinerator khusus adalah untuk limbah berbahaya dan cytostatica

2. Daur ulang adalah untuk limbah kimia dan limbah cytostatic

3. Instalasi pengolah limbah

Atau apabila tidak mengelola sendiri bisa bekerjasama dengan pihak lain yang memiliki izin.

Sasaran adalah seluruh puskesmas dan rumah sakit yang ada di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase pengelolaan limbah medis di sarana pelayanan kesehatan (puskesmas dan rumah

sakit) diperoleh dengan rumus:

= %100tan

limtanX

adayangkesehapelayanansaranaJumlah

medisbahmengelolayangkesehapelayanansaranaJumlah

Indikator dari Sasaran ke – 11 berikutnya yaitu :

Pelayanan Kesehatan Lingkungan : Institusi yang dibina

Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat kegiatan bagi umum yang dilakukan oleh badan-

badan pemerintah, swasta, maupun perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat

yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta memiliki fasilitas. Jenis TTU yang diawasi

yaitu: hotel, kolam renang, bioskop, pasar, salon kecantikan, tempat ibadah, sekolah,

terminal, dan pusat perbelanjaan. Pengawasan TTU dilakukan dengan menggunakan format

Inspeksi Sanitasi TTU (disesuaikan dengan jenis TTU). TTU yang menjadi sasaran

pengawasan adalah seluruh TTU yang ada di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase tempat-tempat umum (TTU) yang terawasi diperoleh dengan rumus:

= %100xadayangTTUJumlah

diawasiyangTTUJumlah

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 71

Jumlah Desa yang Menyelenggarakan CLTS

Community Led Total Sanitasi (CLTS) adalah suatu implementasi dengan memfasilitasi

melalui proses membangkitkan dan memberdayakan masyarakat lokal untuk menganalisis

profil sanitasi mereka sendiri, meliputi luas buang air besar sembarangan, sebaran

kontaminasi fekal – oral yang mempengaruhi dan mengganggu di masyarakat serta

menginisasi aksi lokal kolektif untuk bebas dari buang air besar di sembarang tempat.

Indikator ini dihitung berdasarkan jumlah desa yang menerapkan metode CLTS.

Jumlah Desa yang mendeklarasikan STOP BABS

Jumlah desa yang mendeklarasikan Stop BABS merupakan salah satu indikator dari Program

Kesehatan Lingkungan. Indikator tersebut merupakan banyaknya desa di Kabupaten

Bandung yang mendeklarasikan dan berperilaku tidak Buang Air Besar Sembarangan.

Jumlah Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total berbasis Masyarakat

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene

dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM terdiri dari

lima pilar yaitu :

1. Stop buang air besar sembarangan

2. Cuci tangan pakai sabun

3. Pengelolaan air minum / makanan rumah tangga

4. Pengelolaan sampah rumah tangga

5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga

Perhitungan indikator ini yaitu dengan mendata jumlah desa yang melakasanakan kelima

pilar STBM.

13. Sasaran: Meningkatnya air minum yang memenuhi syarat

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase DAMIU yang terawasi

40% 50% 60% 70% 80% 100%

Persentase air minum yang memenuhi syarat

72% 72% 75% 77% 80% 100%

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 72

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat air minum sesuai

Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002 bahwa air minum harus bebas dari bahan-bahan

anorganik dan organik yakni bebas bakteri, zat kimia, racun, limbah berbahaya dan lain

sebagainya. Dalam mengawasi kualitas air minum di Kabupaten Bandung, program

pengembangan lingkungan sehat dengan kegiatan pengkajian pengembangan lingkungan

sehat dilaksanakan untuk mencapai sasaran ini. Adapun rincian rencana kinerjanya adalah

sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase DAMIU yang terawasi

DAMIU adalah Depot Air Minum Isi Ulang. Pengawasan DAMIU dilaksanakan melalui

kegiatan audit sanitasi yang didalamnya mencakup pemeriksaan hygiene sanitasi DAMIU,

yang bertujuan mengurangi atau mencegah kejadian penyakit dan atau gangguan kesehatan

karena bawaan air yang disebabkan oleh air bersih maupun air minum dan sarana yang

digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan distribusi air minum harus memenuhi

syarat. Sasaran DAMIU yang diawasi adalah seluruh DAMIU yang ada di wilayah

Kabupaten Bandung.

Persentase DAMIU yang terawasi diperoleh dengan rumus :

= %100xadayangDAMIUJumlah

diawasiyangDAMIUJumlah

14. Sasaran : Meningkatnya tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Jumlah titik sampel yang diawasi kualitas air minum

40% 50% 60% 70% 80% 100%

Tempat pengelolaan makanan (TPM) adalah sebagai salah satu jenis tempat pelayanan

umum yang mengolah dan menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, untuk itu TPM

memiliki potensi yang cukup besar dalam menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit

bahkan keracunan akibat dari makanan yang dihasilkannya. Program pengembangan

lingkungan sehat kegiatan pengakajian pengembangan lingkungan sehat dilaksanakan untuk

mencapai sasaran tersebut di atas dengan rincian rencana kinerja di bawah ini:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 73

Rencana Tahun 2011 - 2015

Jumlah Titik Sampel yang Diawasi Kualitas Air Minum

Indikator Jumlah titik sampel yang diawasi kualitas air minum mempunyai sub indikator

yaitu :

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan

70% 70% 75% 75% 80% 80%

Persentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan

Tempat pengelolaan makanan (TPM) yang memenuhi syarat adalah TPM yang terpenuhi

persyaratan sanitasi yang karena fungsinya tidak akan menimbulkan gangguan/bahaya

kesehatan baik langsung bagi masyarakat yang berada di TPM tersebut maupun yang ada di

lingkungannya. Penilaian dilakukan dengan menggunakan format inspeksi sanitasi dan

dinyatakan dengan skor mininimal yang sesuai dengan persyaratan. TPM yang menjadi

sasaran adalah seluruh TPM yang diawasi di wilayah Kabupaten Bandung.

Persentase TPM yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dengan rumus:

= %100xdiawasiyangindustriJumlah

syaratmemenuhiyangTPMJumlah

Rincian rencana kinerja masing-masing sasaran pada misi 3 adalah sebagai berikut :

15. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan penyakit DBD

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Penderita DBD yang ditangani 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase pemenuhan kebutuhan alat dan bahan fogging

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Menanggulangi penyakit menular

dan tidak menular

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 74

Demam berdarah dengue (DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur saat menghisap darah manusia.

Orang yang terindikasi terserang demam berdarah harus secepatnya diberi pertolongan medis

untuk diobati. Terlambat member pertolongan pada penderita DBD dapat menyebabkan

penderita meninggal dunia. Untuk menurunkan angka kesakitan penyakit DBD

dilaksanakanlah program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan

kegiatan penyemprotan/fogging sarang nyamuk dan kegiatan pengadaan alat fogging dan

bahan-bahan fogging. Rincian rencana kinerja sasaran ini dijabarkan di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Penderita DBD yang Ditangani

Indikator Penderita DBD yang ditangani mempunyai Sub Indikator yaitu :

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Proporsi IR DBD 36,88

/100.000 pddk

55 /100.000

pddk

54 /100.000

pddk

53 /100.000

pddk

52 /100.000

pddk

51 /100.000

pddk

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD

Merupakan persentase penderita demam berdarah dengue (DBD) yang ditangani sesuai

standar (didiagnosis dan diobati/ dirawat sesuai standar dan ditindaklanjuti dengan

penanggulangan focus) di satu wilayah dalam waktu 1 (satu) tahun dibandingkan dengan

jumlah penderita DBD yang ditemukan/dilaporkan dalam kurun waktu satu tahun yang sama.

Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD dihitung dengan cara:

Cakupan penemuan

dan penanganan

penderita penyakit

DBD

=

Jumlah penderita DBD yang ditangani sesuai SOP di satu wilayah

dalam waktu satu tahun X 100 %

Jumlah penderita DBD yang ditemukan di satu wilayah dalam waktu

satu tahun yang sama Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD diharapkan mencapai target

setiap tahunnya melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan

kegiatan penyemprotan/fogging sarang nyamuk.

Proporsi IR DBD

Proporsi Insidens Rate (IR) Demam Berdarah Dengue merupakan indikator yang

menggambarkan angka kesakitan penyakit DBD per 100.000 penduduk. IR DBD dihitung

dari:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 75

Jumlah penderita DBD X 100.000

Jumlah penduduk di suatu wilayah

Proporsi IR DBD setiap tahunnya diharapkan menurun melalui program pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan penyemprotan/fogging sarang nyamuk.

Indikator lain dari sasaran ke- 14 yaitu :

Persentase pemenuhan kebutuhan alat dan bahan fogging

Merupakan bagian dari program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan

kegiatan pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging. Alat fogging yang dimaksud

merupakan alat untuk melakukan pengasapan terhadap sarang nyamuk. Sedangkan bahan

fogging yaitu insektisida cair yang digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa beserta

bahan pencampurnya. Kegiatan fogging dimaksudkan untuk mengendalikan vektor penyakit

(vector born disease) seperti DBD, filariasis, cikungunya dan sebagainya. Dalam

pengendalian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk, diikuti juga dengan kegiatan larvasida.

Larvasida adalah zat aktif kimia untuk membunuh larva nyamuk.

16. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan penyakit TB Paru

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Penemuan Pasien TB BTA positif

74% 80% 82% 84% 86% 90%

Penyakit Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium

Tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, diantaranya adalah batuk lebih dari 4 minggu

dengan atau tanpe sputum, malaise, gejala flu, demam derajat rendah, nyeri dada dan batuk

berdarah. Tuberculosis ditularkan terutama dari orang ke orang dengan menghirup udara

yang terinfeksi selama kontak yang dekat. Untuk mencapai sasaran menurunnya angka

kesakitan penyakit TB paru dilaksanakan program pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan

rincian kinerja sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Penemuan pasien TB BTA positif

Cakupan penemuan penderita baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR) adalah

persentase jumlah penderita baru TB BTA positif yang ditemukan dibandingkan dengan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 76

jumlah perkiraan kasus baru TB BTA positif dalam wilayah tertentu dalam waktu satu tahun.

Cara perhitungannya yaitu:

Cakupan penemuan

dan penanganan

penderita penyakit TB

Paru

=

Jumlah pasien baru TB BTA positif yang ditemukan dan diobati dalam

satu wilayah selama satu tahun X 100 %

Jumlah perkiraan pasien baru TB BTA positif dalam satu wilayah

dalam waktu satu tahun

Perkiraan pasien baru TB BTA positif adalah Insiden Rate TB baru BTA positif per 100.000

x jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu. Insiden rate kabupaten/kota mempergunakan

hasil survey nasional tentang prevalensi TB pada tahun terakhir. Cakupan di atas diharapkan

meningkat setiap tahunnya melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular dengan kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

Indikator Penemuan pasien TB BTA positif mempunyai sub indikator yaitu ;

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Angka kesembuhan penyakit TB Paru (Cure Rate)

89% 89% 90% 90% 90% 90%

Angka kesembuhan penyakit TB Paru (Cure Rate)

Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru BTA

positif yang sembuh setelah masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru BTA positif

yang tercatat. Angka kesembuhan penyakit TB Paru dihitung dengan cara:

Jumlah pasien baru TB BTA positif yang

sembuh X 100 %

Jumlah pasien baru TB BTA positif yang

diobati

Angka kesembuhan penyakit TB paru diharapkan meningkat setiap tahunnya melalui

program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pelayanan

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

17. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan penyakit Diare

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Penemuan penderita diare 88,3% 100% 100% 100% 100% 100%

Penyakit diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan

konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air

besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari). Penyakit diare masih sering

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 77

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu

yang singkat. Dalam mencapai sasaran menurunnya angka kesakitan penyakit diare di

Kabupaten Bandung maka dilaksanakan program pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan

rincian kinerja sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Penemuan Penderita Diare

Merupakan persentase jumlah penderita diare semua umur yang dilayani dalam satu tahun

dibagi target penemuan penderita semua umur pada tahun yang sama. Diare yang dimaksud

adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali

atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari. Cara

perhitungannya sebagai berikut:

Jumlah penderita diare semua umur yang dilayani dalam 1

tahun X 100 %

Target penemuan penderita diare semua umur

Target penemuan yaitu 10 % dari angka kesakitan diare di Kab/Kota. Angka kesakitan

kabupaten mempergunakan hasil survey nasional tentang morbiditas diare semua umur.

Cakupan pelayanan penderita diare dicapai melalui program pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pelayanan pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular.

18. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan penyakit ISPA

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Penemuan penderita penyakit Pneumonia Balita

79,41% 86% 86% 86% 86% 90%

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)

hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Demi menurunnya angka kesakitan penyakit

ISPA, maka dilaksanakan program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

kegiatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan rincian

kinerja sebagai berikut:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 78

Rencana Tahun 2011 - 2015

Penemuan penderita penyakit Pneumonia Balita

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang ditandai

dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran bernafas. Definisi operasional Cakupan

Penemuan Penderita Penyakit Pneumonia Balita adalah persentase balita dengan pneumonia

yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di suatu

wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Cakupan Penemuan Penderita Penyakit Pneumonia

Balita dihitung dengan cara :

Cakupan

penemuan

penderita penyakit

Pneumonia Balita

=

Jumlah penderita pneumonia balita yang ditangani

disatu wilayah kerja pd kurun waktu satu tahun X 100 %

Jumlah perkiraan penderita Pneumonia balita di satu wilayah kerja

pada kurun waktu yg sama.

Cakupan penemuan penderita penyakit pneumonia balita dicapai melalui program

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pelayanan pencegahan

dan penanggulangan penyakit menular.

19. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan penyakit HIV/AIDS

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Penjangkauan penderita HIV / AIDS

80% 80% 82% 83% 85%

Prevalensi HIV pada populasi Dewasa <0,5%

0,003% 0,20% 0,20% 0,20% 0,20% 0,30%

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan

cara menyerang sel darah putih yang sehingga dapat merusak system kekebalan tubuh

manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang

sangat ringan sekalipun. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan

dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh mahluk hidup. Dalam

menurunkan angka kesakitan penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Bandung dilaksanakan

melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular kegiatan pelayanan

pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan rincian kinerja sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Penjangkauan penderita HIV / AIDS

Indikator Penjangkauan penderita HIV / AIDS mempunyai sub indikator yaitu :

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 79

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Prevalensi HIV pada populasi Dewasa <0,5%

0,003% 0,20% 0,20% 0,20% 0,20% 0,30%

Prevalensi HIV pada populasi Dewasa <0,5%

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom) adalah sekumpulan gejala penyakit yang

timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus). Di dalam tubuh virus HIV ini hidup di dalam empat cairan tubuh

manusia : cairan darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu yang menderita HIV-

positif (KPA Nasional. 2006). Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

Prevalensi HIV

pada populasi

dewasa

=

Jumlah penduduk HIV / AIDS tercatat pada kurun waktu

satu tahun

X 100 % Jumlah penduduk pada tahun yang sama.

Pemberantasan penyakit HIV ini dilaksanakan melalui program pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pelayanan pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular.

20. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan penyakit kusta

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Penemuan kasus kusta 0,053 / 10.000 pddk

<1 / 10.000 pddk

<1 / 10.000 pddk

<1 / 10.000 pddk

<1 / 10.000 pddk

<1 / 10.000 pddk

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat

kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai

masalah social, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Kuman kusta biasanya

menyerang saraf tepi kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit

menular yang sifatnya kronis. Menurunnya angka kesakitan penyakit menular dicapai

melalui program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan

pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 80

Rencana Tahun 2011 - 2015

Penemuan Kasus Kusta

Prevalensi adalah jumlah penderita terdaftar pada suatu saat tertentu. Angka prevalensi kusta

adalah jumlah penderita kusta terdaftar PB (Pausi basiler) dan MB (Multi basiler) pada suatu

saat tertentu per 10.000 penduduk. Kusta Pausi Basiler adalah klasifikasi WHO untuk

membedakan pengobatan pada pasien kusta dengan tanda klinis lesi kulit anesthesia kurang

dari 5, satu saraf menebal yang disertai gangguan fungsi dan hasil pemeriksaan laboratorium

basil tahan asam negatif. Kusta Multi Basiler adalah klasifikasi WHO untuk membedakan

pengobatan pada pasien kusta dengan tanda klinis lesi kulit anesthesia kurang dari 5, satu

saraf menebal yang disertai gangguan fungsi serta hasil pemeriksaan laboratorium basil tahan

asam positif. Cara perhitungan prevalensi penyakit kusta yaitu:

Jumlah penderita kusta terdaftar pada suatu saat tertentu X 10.000

Jumlah penduduk pada tahun yang sama

Pecapaian prevalensi penyakit kusta <1 / 10.000 pddk dicapai melalui program pencegahan

dan penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pelayanan pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular.

21. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan Filariasis dan Schitosomiasis

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan pengobatan missal filariasis

85% 85% 85%

Microfilaria Rate < 1% >1% <1% <1% <1%

AFP Rate penduduk < 15 tahun 54% 31% 100% 100% 100% 100%

Filariasis adalah penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan

oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak

mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,

lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Untuk menurunkan angka

kesakitan filariasis dan schitosomiasis dilaksanakan program pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pencegahan penularan penyakit

endemik/epidemik. Rincian kinerja dapat dilihat di bawah ini:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 81

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan Pengobatan Massal Filariasis

Indicator Cakupan Pengobatan Massal Filariasis mempunyai Sub Indikator yaitu :

Sub Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Microfilaria Rate < 1% >1% <1% <1% <1%

Microfilaria Rate < 1%

Microfilaria rate merupakan ukuran untuk menggambarkan endemisitas dan intensitas infeksi

suatu daerah terhadap penyakit filariasis. Microfilaria rate dihasilkan dari survey darah jari.

Microfilaria rate dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk yang sediaan darahnya

positif microfilaria dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa dikali seratus persen.

Mf Rate

=

Jumlah sediaan darah positif mikrofilaria X 100%

Jumlah sediaan darah diperiksa

Penurunan angka kesakitan filariasis dilaksanakan melalui program pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dengan kegiatan pencegahan penularan penyakit

endemik/epidemik.

Indikator dari sasaran ke – 20 selanjutnya yaitu :

AFP Rate penduduk < 15 tahun

Merupakan jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15

tahun pertahun di satu wilayah kerja tertentu. Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang

dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flacid (layuh) terjadi secara akut

(mendadak) dan bukan disebabkan oleh rudapaksa. Kasus AFP non polio adalah kasus AFP

yang pada pemeriksaan spesimennya tidak ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang

ditetapkan oleh tim ahli sebagai kasus AFP non polio dengan kriteria tertentu. Cara

perhitungannya adalah :

Non Polio AFP

rate per 100.000

penduduk

=

Jumlah kasus AFP non Polio yang dilaporkan X 100.000

Jumlah Penduduk < 15 tahun

Penanganan kasus folio dilaksanakan melalui program pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular dengan kegiatan pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik.

22. Sasaran: Meningkatnya surveilans epidemiologi dan wabah

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan desa/kelurahan yang 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 82

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

mengalami wabah dan KLB penyakit menular yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

Surveilans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua

aspek penyakit tertentu, baik keadaan meupun penyebarannya dalam suatu masyarakat

tertentu untuk kepentingan perencanaan program pemberantasan penyakit, evaluasi program

pemberantasan penyakit, dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)/wabah.

Meningkatnya surveilans epidemiologi dan wabah dilaksanakan dengan program pencegahan

dan penanggulangan penyakit menular melalui kegiatan peningkatan surveilans epidemiologi

dan penanggulangan wabah.

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan desa/kelurahan yang mengalami wabah dan KLB penyakit menular yang dilakukan

penyelidikan epidemiologi < 24 jam

Cakupan desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam adalah desa/kelurahan

mengalami kejadian luar biasa (KLB) yang ditangani <24 jam oleh kab/kota terhadap KLB

periode/kurun waktu tertentu. Desa/kelurahan mengalami KLB bila terjadi peningkatan

kesakitan atau kematian penyakit potensial KLB, penyakit karantina atau keracuanan

makanan. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian

yang bermakna secara epidemiologis pada suatu desa/ kelurahan dalam waktu tertentu.

Ditangani adalah mencakup penyelidikan dan penanggulangan KLB. Pengertian kurang dari

24 jam adalah sejak laporan W1 diterima sampai penyelidikan dilakukan dengan catatan

selain formulir W1 dapat juga berupa fax atau telepon. Penyelidikan KLB adalah rangkaian

kegiatan berdasrakan cara – cara epidemiologi untuk memastikan adanya suatu KLB,

mengetahui gambaran penyebaran KLB dan mengetahui sumber dan cara-cara

penanggulangannnya. Penanggulangan KLB adalah upaya untuk menemukan penderita atau

tersangka penderita, penatalaksanaan Penderita, pencegahan peningkatan, perluasan dan

menghentikan suatu KLB.

Cara perhitungannya adalah sebagai berikut:

Cakupan KLB Desa/

kelurahan yang

ditangani

< 24 jam

=

Jumlah KLB di desa/kelurahan yang ditangani <24 jam dalam periode

tertentu X 100 %

Jumlah KLB di desa/kelurahan yang terjadi pada periode yang sama

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 83

Bila dalam 1 desa/kelurahan terjadi lebih dari 1 kali KLB pada suatu periode, maka jumlah

desa/kelurahan yang mengalami KLB dihitung sesuai dengan frekuensi KLB yang terjadi di

desa/kelurahan tersebut, dan ikut dimasukan dalam penghitungan pembilang maupun

penyebut.

Cakupan ini dilaksanakan dengan program pencegahan dan penanggulangan penyakit

menular melalui kegiatan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah.

23. Sasaran: Menurunnya angka kesakitan akibat Penyakit yang Dapat Ditanggulangi

Dengan Imunisasi (PD3I)

Indikator Kinerja Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan Desa/Kelurahan UCI 80% 83% 85% 86% 88% 90%

Program imunisasi adalah salah satu program pencegahan penyakit di Kementerian

Kesehatan RI yang terbukti cost effective dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang

dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Jenis penyakit PD3I adalah Hepatitis B, TBC,

Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio dan Campak. Untuk menurunkan angka kesakitan akibat

PD3I di Kabupaten Bandung dilaksanakan program pencegahan dan penanggulangan

penyakit menular kegiatan peningkatan imunisasi dan kegiatan pelayanan vaksinasi bagi

balita dan anak sekolah. Rencana kinerja tahun 2011-2015 dapat dilihat di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan Desa/Kelurahan UCI

Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah desa/kelurahan dimana

≥80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap

dalam waktu satu tahun. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah

kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. UCI adalah tercapainya imunisasi

dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur (WUS) dan anak

sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 dosis BCG, 3 dosis

DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2

dosis TT. Anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 84

Rincian rencana kinerja masing-masing sasaran pada misi 4 adalah sebagai berikut :

24. Sasaran: Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada ibu

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

cakupan kunjungan ibu hamil (K4)

88,4% 90% 91% 92% 9% 100%

cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

52,7% 90% 90% 90% 90% 95%

cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan

82,1% 85% 86% 87% 88% 90%

cakupan pelayanan nifas 67,5% 79% 82% 85% 87% 90% cakupan peserta KB aktif 43,8% 81% 81% 85% 85% 85%

Pelayanan kesehatan dasar pada ibu diutamakan untuk kelompok wanita usia subur (15-49

tahun), yang di dalamnya terdapat kelompok ibu hamil dan nifas yang merupakan kelompok

risiko tinggi dan merupakan kebutuhan yang paling mendasar karena dari kelompok inilah

akan dihasilkan sumber daya manusia Indonesia di masa datang. Pencapaian sasaran ini

terlaksana melalui program peningkatan keselamatan ibu dan anak dengan kegiatan

penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu. Rincian rencana kinerja

sasaran ini dijabarkan di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan kunjungan ibu hamil (K4)

Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal (sebelum melahirkan) sesuai dengan standar meliputi: anamnesa,

pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan lab rutin dan khusus serta intervensi

sesuai dengan resiko yang ditemukan, paling sedikit empat kali di suatu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu, cakupan ini menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil.

Diharapkan cakupan ini akan mencapai target setiap tahunnya melalui program peningkatan

keselamatan ibu dan anak dalam kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga

kurang mampu.

Menyehatkan keluarga dan

memberdayakan masyarakat

dalam bidang kesehatan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 85

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani adalah jumlah kasus kegawatdaruratan

obsetri yang ditangani dibandingkan dengan dua puluh persen jumlah sasaran ibu hamil

dalam satu tahun. Cakupan ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan

menangani kasus gawat-darurat kebidanan yang ditindaklanjuti sesuai dengan

kewenangannya dan/atau dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Melalui program

peningkatan keselamatan ibu dan anak dalam kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil

dan keluarga kurang mampu diharapkan target cakupan tercapai.

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

adalah jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran ibu bersalin

dalam satu tahun. Pada prinsipnya yg harus diperhatikan adalah: pencegahan infeksi, metode

pertolongan persalinan sesuai standar, merujuk kasus yg tidak dapat ditangani, melaksanakan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD), memberikan injeksi Vit K1, salep mata pada bayi dan Hbo.

Diharapkan cakupan ini akan mencapai target setiap tahunnya melalui program peningkatan

keselamatan ibu dan anak dalam kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga

kurang mampu.

Cakupan pelayanan nifas

Cakupan pelayanan nifas adalah jumlah pelayanan ibu nifas oleh tenaga kesehatan minimal

tiga kali sesuai jadwal dibandingkan jumlah sasaran ibu bersalin dalam satu tahun. Cakupan

pelayanan nifas dokatagorikan lengkap apabila kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam

setelah persalinan sampai dengan 3 hari, dilanjutkan dengan kunjungan nifas kedua dalam

waktu 4 hr – 28 hr setelah persalinan, dan terakhir kunjungan nifas ketiga dalam waktu 29-42

hr setelah persalinan. Melalui program peningkatan keselamatan ibu dan anak dalam

kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu diharapkan target

cakupan tercapai.

Cakupan peserta KB aktif

Cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif adalah jumlah peserta KB aktif dibagi

jumlah pasangan usia subur (PUS) dalam 1 tahun. Cakupan ini menunjukkan jumlah peserta

KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon. Diharapkan cakupan ini akan mencapai

target setiap tahunnya melalui program peningkatan keselamatan ibu dan anak dalam

kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 86

25. Sasaran: Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada bayi

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

cakupan kunjungan bayi 92,4% 88% 90% 90% 90% 90% cakupan neonatus dengan komplikasi yg ditangani

13,3% 92% 93% 93% 94% 95%

Pelayanan kesehatan dasar pada bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pelayanan yang diberikan dirinci di bawah

ini dan pada pelaksanaannya melalui program peningkatan keselamatan ibu dan anak dengan

kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu.

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan kunjungan bayi

Cakupan kunjungan bayi adalah persentase bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna

sesuai standar. Dimana jumlah bayi yang mendapatkan kunjungan bayi pertama, kedua,

ketiga dan keempat dibagi jumlah bayi dalam satu tahun. Pelaksanaan pelayanan kesehatan

bayi dibagi menjadi 4 kali yaitu: kunjungan bayi antara umur 29 hari-2 bulan, kunjungan

bayi antara umur 3-5 bulan, kunjungan bayi antara umur 6-8 bulan, dan kunjungan bayi

antara umur 9-11 bulan. Diharapkan cakupan ini mencapai target setiap tahunnya melalui

program peningkatan keselamatan ibu dan anak dalam kegiatan penyuluhan kesehatan bagi

ibu hamil dan keluarga kurang mampu.

Cakupan Neonatus dengan komplikasi yg ditangani

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani adalah persentase neonatus dengan

komplikasi yang ditangani sesuai standar dimana jumlah neonatus dengan komplikasi yang

ditangani dibagi dengan jumlah neonatus risiko tinggi (15% dari seluruh bayi) dalam satu

tahun. Cakupan ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam menangani

kasus kegawatdaruratan neonatal, yang ditindaklanjuti sesuai kewenangannya dan/atau

dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi. Melalui program peningkatan keselamatan

ibu dan anak dalam kegiatan penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang

mampu diharapkan target cakupan tercapai.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 87

26. Sasaran: Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada balita dan usia

SD

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan pelayanan anak balita 48,7% 96% 96% 96% 96% 96% Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

70% 53% 65% 77% 89% 100%

Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada balita dan usia sekolah dasar

dilaksanakan melalui program peningkatan keselamatan ibu dan anak dengan kegiatan

penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu dan program upaya

kesehatan dengan kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat.

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan pelayanan anak balita

Cakupan pelayanan anak balita adalah persentase anak balita yang memperoleh pelayanan

sesuai standar yang meliputi pemantauan pertumbuhan minimal delapan kali setahun,

pemantauan perkembangan minimal dua kali setahun, dan pemberian Vitamin A dua kali

setahun. Dimana jumlah anak balita yang mendapatkan pelayanan sesuai standar dibagi

jumlah anak balita dalam satu tahun. Diharapkan cakupan ini akan mencapai target setiap

tahunnya melalui program peningkatan keselamatan ibu dan anak dalam kegiatan

penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga kurang mampu.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

Penjaringan kesehatan siswa sekolah dasar (SD) dan setingkat adalah pemeriksaan secara

menyeluruh pada anak SD atau setingkat yang baru masuk (anak kelas 1). Penjaringan ini

dilaksanakan di seluruh SD atau setingkat yang ada di satu wilayah. Pencapaian target

penjaringan ini dilaksanakan melalui program upaya kesehatan masyarakat dengan kegiatan

peningkatan kesehatan masyarakat.

27. Sasaran: Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar pada lanjut usia

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan puskesmas santun lansia

8 pusk 12 pusk

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 88

Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut, dimana pada

kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh

lainnya. Dalam upaya meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan dasar pada lanjut usia,

dilaksanakan program peningkatan pelayanan kesehatan lansia dengan kegiatan

pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan. Rincian rencana kinerja sasaran ini dapat

dilihat di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan puskesmas santun lansia

Puskesmas santun lanjut usia (lansia) adalah puskesmas yang melakukan pelayanan

kesehatan kepada pra Lanjut Usia dan Lanjut Usia meliputi aspek promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif, dengan lebih menekankan unsur-unsur: pro-aktif, memberikan kemudahan

proses pelayanan, santun, dan pelayanan oleh tenaga profesional. Lanjut Usia adalah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan

kelompok umur lainnya. Pencapaian target sebanyak 12 puskesmas yang akan menjadi

puskesmas santun lansia dilaksanakan dengan program peningkatan pelayanan kesehatan

lansia melalui kegiatan pembangunan pusat-pusat pelayanan kesehatan.

28. Sasaran: Meningkatnya gizi pada keluarga

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan desa / kelurahan dengan konsumsi garam beryodium baik

83,3% 85% 87% 90% 90% 90%

Meningkatnya status gizi keluarga dicapai melalui program perbaikan gizi dengan kegiatan

penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro

lainnya. Rencana kinerja sasarannya adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan desa / kelurahan dengan konsumsi garama beryodium baik

Cakupan keluarga yang mengkonsumsi garam beryodium adalah jumlah keluarga sampel

yang menggunakan dan mengkonsumsi garam yang mengandung zat yodium dengan kadar ≥

40 ppm dibandingkan dengan jumlah seluruh keluarga sampel. Indikator ini diharapkan

mencapai target melalui program perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan

penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia gizi besi, GAKY, Kurang Vitamin A

dan kekurangan zat mikro lainnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 89

29. Sasaran : Meningkatnya gizi pada ibu hamil dan melahirkan

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe

74,7% 76% 78% 81% 85% 90%

Cakupan ibu nifas mengkonsumsi Vit. A

60% 65% 75% 85% 90% 90%

Cakupan ibu hamil KEK dari keluarga miskin mendapat PMT Pemulihan

4,15% 15% 20% 30% 40% 50%

Status gizi pada ibu hamil dan melahirkan sangat berpengaruh terhadap status bayi yang

dilahirkannya. Untuk itu dirasa perlu untuk memberikan perhatian lebih dalam meningkatkan

status gizi kelompok ini. Sasaran ini dicapai dengan melaksanakan program perbaikan gizi

dengan kegiatan penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY, kurang vitamin A dan

kekurangan zat mikro lainnya dan kegiatan pemberian makanan tambahan dan vitamin.

Rencana kinerja sasarannya adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe

Cakupan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe adalah jumlah ibu hamil yang mengkonsumsi

tablet Fe minimal sebanyak 90 tablet selama periode kehamilannya (sampai dengan 9 bulan)

dibandingkan dengan jumlah seluruh ibu hamil yang ada selama setahun. Melalui program

perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP),

Anemia gizi besi, GAKY, Kurang Vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya, dapat

mencapai target yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Konsumsi Fe selama masa kehamilan

bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb dalam tubuh sehingga tidak terjadi anemia selama

masa kehamilan dan mencegah pendarahan pada proses dan setelah melahirkan.

Cakupan ibu nifas mengkonsumsi Vit. A

Cakupan ibu nifas mengkonsumsi vitamin A adalah proporsi (%) ibu nifas yang

mengkonsumsi 2 kapsul vitamin A dengan dosis @ 200.000 SI (kapsul warna merah)

dibandingkan dengan seluruh jumlah ibu nifas selama satu tahun. Vitamin A ini diberikan 1

kapsul sesaat setelah melahirkan dan 24 jam berikutnya setelah pemberian yang pertama.

Konsumsi vitamin A selama masa nifas bertujuan untuk meningkatkan daya tahan ibu dan

bayi. Ibu nifas adalah ibu bersalin pada periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari

pascapersalinan. Target dari indikator ini diharapkan dicapai melalui program perbaikan gizi

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 90

masyarakat dengan kegiatan penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia gizi

besi, GAKY, Kurang Vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya.

Cakupan ibu hamil KEK dari keluarga miskin mendapat PMT Pemulihan

Cakupan ibu hamil KEK dari keluarga miskin mendapat PMT pemulihan adalah jumlah ibu

hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) dari keluarga miskin yang mendapat

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dibandingkan dengan jumlah seluruh ibu

hamil dari keluarga miskin yang menderita KEK. Penentuan ibu hamil KEK dilakukan

dengan pengukuran lingkar lengan atas ibu hamil dengan menggunakan pita lingkar lengan

atas (LILA) atau dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebelum hamil. Ibu

hamil dengan LILA <23,5 cm atau IMT <18,5 dikatagorikan KEK. Pemberian PMT

pemulihan dilakukan untuk meningkatkan dan memperbaiki status gizi ibu hamil, dan

dilaksanakan pada program perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan pemberian tambahan

makanan dan vitamin.

30. Sasaran: Meningkatnya gizi pada bayi

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan MP ASI pada anak 6 – 24 bulan dari keluarga miskin

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Meningkatnya gizi pada bayi dicapai melalui program perbaikan gizi dengan kegiatan

pemberian makanan tambahan dan vitamin. Rencana kinerja sasarannya adalah sebagai

berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan MP ASI pada anak 6 – 24 bulan dari keluarga miskin

Cakupan MP ASI pada anak 6-24 bulan dari keluarga miskin adalah cakupan pemberian

makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari

bagi balita kurus dan sangat kurus dibandingkan dengan jumlah balita kurus dan sangat kurus

dari keluarga miskin selama 1 tahun. Pencapaian target indicator ini dilaksanakan melalui

program perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan pemberian tambahan makanan dan

vitamin.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 91

31. Sasaran: Meningkatnya gizi pada balita

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Cakupan distribusi Vit. A pada balita

94,5% 90% 90% 90% 90% 90%

Prevalensi balita gizi buruk (sangat kurus)

0,057% 0,056% 0,055% 0,05% 0,045% 0,04%

Meningkatnya gizi pada balita dicapai melalui program perbaikan gizi dengan kegiatan

pemberian makanan tambahan dan vitamin, kegiatan penanggulangan KEP, anemia gizi besi,

GAKY, kurang vitamin A dan kekurangan zat mikro lainnya, serta kegiatan penyusunan peta

informasi masyarakat rawan gizi. Rencana kinerja sasarannya adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

Balita gizi yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang mendapatkan tindakan

mulai dari rujukan, klarifikasi dan konfirmasi, pengobatan, dan pemberian makanan

tambahan yang disertai dengan penyuluhan, baik rawat jalan maupun rawat inap. Sedangkan

cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan adalah jumlah balita gizi buruk yang dirawat

dibandingkan dengan jumlah gizi buruk yang ditemukan. Kegiatan ini bertujuan untuk

meningkatkan dan memperbaiki status gizi balita serta meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman ibu balita tersebut. Cakupan di atas dilaksanakan melalui program perbaikan

gizi masyarakat dengan kegiatan pemberian tambahan makanan dan vitamin.

Cakupan distribusi Vit. A pada balita

Cakupan distribusi vitamin A pada balita adalah jumlah balita yang mengkonsumsi vitamin

A pada bulan Februari dan Agustus dibandingkan dengan jumlah seluruh balita. Balita usia 1

sampai 5 tahun mengkonsumsi vitamin A dosis 200.000 SI dan bayi usia di atas 6 bulan

mengkonsumsi vitamin A dosis 100.000 SI. Tujuan dari distribusi vitamin A ini adalah untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah terjadinya xeropthalmia. Pencapaian target

setiap tahunnya dilaksanakan melalui program perbaikan gizi masyarakat dengan kegiatan

penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), Anemia gizi besi, GAKY, Kurang Vitamin A

dan kekurangan zat mikro lainnya.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 92

Prevalensi balita gizi buruk (sangat kurus)

Prevalensi balita gizi buruk adalah jumlah kejadian balita dengan status sangat kurus

dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ada di satu wilayah dalam kurun waktu satu

tahun. Status sangat kurus ditentukan dengan menggunakan standar antropometri berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB, standar WHO 2005). Prevalensi ini didapatkan dari hasil

bulan penimbangan balita pada bulan Agustus melalui program perbaikan gizi masyarakat

dengan kegiatan penyusunan peta rawan masyarakat rawan gizi.

32. Sasaran: Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan rumah tangga bewr-PHBS

35% 40% 45% 50% 60% 70%

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga

mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan

kesehatan masyarakatnya. PHBS merupakan wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,

mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat dengan kegiatan pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat

dilaksanakan untuk mendukung sasaran meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat

masyarakat. Rencana kinerja dijabarkan di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Cakupan Rumah Tangga ber - PHBS

Cakupan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga adalah cakupan

PHBS di rumah tangga yang memenuhi 10 (sepuluh) indikator PHBS yaitu persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi ASI eksklusif kepada bayi, menimbang berat badan

balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan

jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari,

melakukan aktivitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah.

33. Sasaran: Meningkatnya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat mandiri

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Terbinanya desa siaga 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Cakupan desa siaga 15% 25% 30% 40% 50% 70%

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 93

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Terbinanya UKBM, Saka bakti husada dalam promosi kesehatan berbasis pemberdayaan masyarakat

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) adalah salah satu wujud nyata peran serta

masyarakat dalam pembangunan kesehatan, dimana masyarakat secara mandiri dapat

mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayahnya. Program promosi kesehatan dan

pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan peningkatan pemanfaatan sarana kesehatan dan

kegiatan peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan dilaksanakan untuk mendukung

sasaran tersebut di atas. Rencana kinerja dijabarkan di bawah ini:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Terbinanya desa siaga

Cakupan desa siaga adalah jumlah desa/kelurahan yang peduli, tanggap dan mampu

mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi untuk

meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri.

Cakupan desa siaga

Cakupan desa siaga adalah jumlah desa siaga yang minimal telah mempunyai forum

desa/kelurahan, mempunyai kader kesehatan, mempunyai posyandu aktif, mendapat

dukungan dana dari pemerintah, ada peran aktif masyarakat, dan melaksanakan pembinaan

PHBS rumah tangga. Indicator ini mempunyai sub indicator yaitu :

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Cakupan Posyandu Madya 40% 42% 45% 50% 55% 60%

Cakupan Posyandu Purnama 20% 20% 25% 20% 35% 40% Cakupan poskestren aktif 5% 7% 10% 12% 15% 20%

Cakupan Posyandu Madya

Cakupan Posyandu Madya adalah jumlah posyandu dengan kategori madya (frekuensi

penimbangan lebih dari delapan kali setahun, kader posyandu lebih dari lima orang, cakupan

D/S <50%, cakupan kumulatif KB <50%, cakupan KIA <50%, cakupan Immunisasi <50%,

cakupan dana sehat <50%).

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 94

Cakupan Posyandu Purnama

Cakupan Posyandu Purnama adalah jumlah posyandu dengan kategori madya (frekuensi

penimbangan lebih dari delapan kali setahun, kader posyandu lebih dari lima orang, cakupan

D/S >50%, cakupan kumulatif KB >50%, cakupan KIA >50%, cakupan Immunisasi >50%,

cakupan dana sehat <50%).

Cakupan poskestren aktif

Cakupan poskestren aktif adalah jumlah pos kesehatan di lingkungan pondok pesantren yang

aktif melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan preventif dan promotif tanpa

meninggalkan kuratif dan rehabiliatif untuk warga pondok pesantrennya serta mendapat

pembinaan dari Puskesmas setempat.

Indikator lain dari sasaran ke- 32 berikutnya yaitu :

Terbinanya UKBM, Saka Bakti Husada dalam Promosi Kesehatan berbasis Pemberdayaan

Masyarakat

Persentase anggota Saka Bhakti Husada terlatih adalah jumlah anggota pramuka yang dilatih

sebagai kader aktif penggerak masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

Persentase Pangkalan Saka Bhakti Husada terbina adalah jumlah pangkalan Saka Bakti

Husada yang dapat dibina oleh Puskesmas secara rutin.

Rincian rencana kinerja masing-masing sasaran pada misi 5 adalah sebagai berikut:

34. Sasaran: Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan Dinas Kesehatan

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase puskesmas dengan pengelolaan obat memenuhi syarat/baik

10% 25% 35% 45% 60% 70%

Persentase pengelola obat yang melaksanakan validasi dengan baik dan benar

0% 55% 65% 75% 85% 100%

Melaksanakan pengawasan obat

(farmasi) dan makanan

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 95

Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan Dinas Kesehatan meliputi UPTD

Yankes dan Unit Pelaksana Fungsional (UPF) atau yang lebih dikenal dengan puskesmas

didukung oleh program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu pelayanan

farmasi komunitas dan rumah sakit. Rencana kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase puskesmas dengan pengelolaan obat memenuhi syarat/baik

Merupakan bagian dari program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu

pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit dimana untuk mencapai target cakupan 2010-

2015 dilakukan pembinaan pengelolaan obat terhadap puskesmas meliputi administrasi,

sarana dan prasarana yang menunjang pengelolaan obat serta penyimpanan obat (gudang

obat di Puskesmas), sedangkan kegiatan validasi data obat dilaksanakan dengan tujuan untuk

sistem administrasi yang baik dan mengendalikan pemakaian obat oleh Puskesmas.

Persentase pengelola obat yang melaksanakan validasi dengan baik dan benar

Validasi data obat dilaksanakan oleh pengelola obat di UPTD/UPF meliputi pemeriksaan

kartu stok, buku harian, buku penerimaan, serta LPLPO, kegiatan ini merupakan bagian dari

program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu pelayanan farmasi

komunitas dan rumah sakit.

35. Sasaran: Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan apotek dan

pedagang eceran obat

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Persentase apotek dengan pengelolaan obat memenuhi syarat/baik

10% 25% 40% 60% 80% 100%

Persentase pedagang eceran obat dengan pengelolaan obat memenuhi syarat/baik

10% 25% 40% 60% 80% 100%

Meningkatnya kualitas pengelolaan obat di lingkungan apotek dan pedagang eceran obat di

wilayah Kabupaten Bandung didukung oleh program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan

peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit. Rencana kinerja sasaran ini

adalah sebagai berikut:

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 96

Rencana Tahun 2011 - 2015

Persentase apotek dengan pengelolaan obat memenuhi syarat/baik

Merupakan bagian dari program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu

pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit dimana untuk mencapai target cakupan 2010-

2015 dilakukan pembinaan pengelolaan obat terhadap apotek meliputi administrasi, sarana

dan prasarana yang menunjang pengelolaan obat serta penyimpanan obat serta sistem

pelaporan yang dilaksanakan oleh setiap Apotek.

Persentase pedagang eceran obat dengan pengelolaan obat memenuhi syarat/baik

Merupakan bagian dari program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu

pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit dimana untuk mencapai target cakupan 2010-

2015 dilakukan pembinaan pengelolaan obat terhadap pedagang eceran obat meliputi

administrasi, sarana dan prasarana yang menunjang pengelolaan obat serta penyimpanan

obat.

36. Sasaran: Meningkatnya kualitas obat, obat tradisional dan kosmetik yang beredar

di masyarakat

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Tersosialisasikannya obat teurapeutik, obat tradisional, kosmetik, dan makanan minuman memenuhi syarat

13% 32% 52% 65% 81% 100%

Meningkatnya kualitas obat, obat tradisional dan kosmetik yang beredar di masyarakat

didukung oleh program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu pelayanan

farmasi komunitas dan rumah sakit. Rencana kinerja sasaran ini adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Tersosialisasikannya obat teurapeutik, obat tradisional, kosmetik, dan makanan minuman

memenuhi syarat

Merupakan bagian dari program obat dan perbekalan kesehatan kegiatan peningkatan mutu

pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit dimana untuk mencapai target cakupan 2010-

2015 dilakukan penyebarluasan informasi mengenai obat, obat tradisional, kosmetik, dan

makanan minuman yang memenuhi syarat kesehatan terhadap masyarat di kecamatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 97

37. Sasaran: Meningkatnya kualitas makanan dan minuman hasil industry rumah

tangga yang memenuhi syarat kesehatan

Indikator Kinerja

Kondisi Tahun 2010

Target Tahun 2011

Target Tahun 2012

Target Tahun 2013

Target Tahun 2014

Target Tahun 2015

Pengawasan peredaran makanan minuman yang beredar di masyarakat

100% 100% 100% 100% 100% 100%

Terbinanya industry rumah tangga pangan yang berizin

80% 80% 80% 80% 80% 80%

Terwujudnya industry rumah tangga pangan yang berizin

1748 IRTP

1748 IRTP

1748 IRTP

1748 IRTP

1748 IRTP

1748 IRTP

Meningkatnya kualitas makanan dan minuman hasil industry rumah tangga yang memenuhi

syarat kesehatan didukung oleh program pengawasan obat dan makanan dengan kegiatan

peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Rencana kinerja sasaran

ini adalah sebagai berikut:

Rencana Tahun 2011 - 2015

Pengawasan peredaran makanan minuman yang beredar di masyarakat

Merupakan bagian dari program pengawasan obat dan makanan kegiatan peningkatan

pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya dimana untuk mencapai target

persentasi industri rumah tangga bersertifikat PIRT tahun 2010-2015 dilaksanakan fasilitasi

kegiatan sertitikasi produk pangan industri rumah tangga yang terdiri dari pelatihan pemilik

atau penanggungjawab industri rumah tangga pangan serta pemeriksaan sarana dan

prasarana, apabila hasilnya memenuhi syarat maka dapat dikeluarkan sertifikat PIRT.

Terbinanya industry rumah tangga pangan yang berizin

Persentase pangan industri rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan dilaksanakan

dengan pembinaan kembali sarana dan prasarana industri rumah tangga sehingga didapat

hasil yang memenuhi syarat berbanding dengan industri rumah tangga terbina tahun 2010-

2015.

Jumlah tenaga kesehatan yang kompeten dalam pengawasan obat, obat tradisional, kosmetik

dan makanan minuman

Target dicapai dengan melaksanakan penyuluhan mengenai obat, obat tradisional, kosmetik,

makanan dan minuman serta aturan-aturan yang mencakup tentang hal-hal tersebut kepada

asisten apoteker dan sanitarian

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 98

BAB V KERANGKA IMPLEMENTASI

A. Pagu Indikatif Pendanaan dan Sumber Dana

Pembangunan Kesehatan 2011 – 2015

Tabel 5.1

MATRIK PENDANAAN DINAS KESEHATAN

BERSUMBER DANA APBD II KABUPATEN BANDUNG

NO PROGRAM ALOKASI ANGGARAN (dalam Rp Juta)

TOTAL

ALOKASI

2011-2015

(Rp Juta) 2011 2012 2013 2014 2015

1 Obat dan

Perbekalan 3.141,4* 2.264,1** 5.456,8 5.566 5.843,0 22.271,3

2 Upaya Kesehatan

Masyarakat 5.256,9 6.004 6.500 6.630 6.961,5 31.352,4

3 Pengawasan Obat

dan Makanan 163,1 143,4 150 153 160,6 770,1

4 Promosi

Kesehatan dan

Pemberdayaan

Masyarakat

439,5 464,6 475 484,5 508,7 1.887,8

5 Perbaikan Gizi

Masyarakat 718,9 985 900 918 963,9 4.485,8

6 Pengembangan

Lingkungan Sehat 514,0 477,5 500 510 535,5 2.537

7 Pencegahan dan

Penanggulangan

Penyakit Menular

4.208,7 3.718,5 3.732,6 3.807,3 3.997,6 15.467,1

8 Standarisasi

Pelayanan

Kesehatan

479,5 705,7 600 612 642,6 3.039,8

9 Pelayanan

Kesehatan

Penduduk Miskin

27.916,8 23.506,1 24.749,5 25.396,4 26.666,2 128.235

10 Pengadaan,

Peningkatan dan

Perbaikan Sarana

dan Prasarana

Puskesmas /

Puskesmas

Pembantu dan

Jaringannya

3.834,5 10.372,8 6.500 6.630 6.961,5 34.298,8

11 Kemitraan

Peningkatan

Pelayanan

Kesehatan

350,1 3.162,6 4.380 4.467,6 4.690,9 17.051,2

12 Peningkatan

Pelayanan

Kesehatan Lansia

72,5 48,5 55 56,1 58,9 291

13 Peningkatan

Keselamatan Ibu

dan Anak

1.095,5 1.547,5 1.750 1.785 1.874,2 8.052,2

* DAK : Rp. 10.939.700.000,00

** DAK : Rp.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 99

B. Koordinasi, Pengendalian dan Evaluasi

Untuk mencapai tujuan pembangunan yang dituangkan dalam Renstra perlu dilakukan

koordinasi antarSKPD/Badan penyelenggaraan fungsi kesehatan daerah dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan Kabupaten Bandung yang dikoordinasikan oleh

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bandung

Kegiatan koordinasi penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan Kabupaten Bandung

dilakukan melalui forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) tingkat

kecamatan,musrenbang tingkat kabupaten, rapat kerja kesehatan daerah tingkat provinsi dan

kabupaten. Pihak yang terlibat dalam perencanaan pembangunan kesehatan Kabupaten

Bandung meliputi bidang-bidang yang ada di Dinas Kesehatan dan Tim Anggaran

Pemerintah Daerah (TAPD) Kabupaten Bandung, serta pemerintah provinsi dan pemerintah

pusat.

Pengendalian dan Evaluasi

Pengendalian pembangunan kesehatan dimaksudkan untuk menjamin pelaksanaan rencana

pembangunan kesehatan daerah sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam Renstra

pembangunan kesehatan Kabupaten Bandung ini. Ruang lingkup pengendalian mencakup

realisasi pelaksanaan rencana pembangunan kesehatan dan identifikasi permasalahan dan

kendala serta langkah tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten

Bandung.

Sementara itu, evaluasi dimaksudkan untuk dapat mengetahui dengan pasti pencapaian hasil,

kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan kesehatan

dalam rangka perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan pendidikan di masa yang akan

dating. Fokus utama evaluasi diarahkan pada keluaran (output), hasil (outcomes), dan

dampak (impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan kesehatan. Proses pengendalian

dan evaluasi pelaksanaan Renstra Pembangunan Kesehatan Kabupaten Bandung merupakan

upaya bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menjamin

efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi pembangunan kesehatan Kabupaten

Bandung.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2011 - 2015 100

BAB VI PENUTUP

Demikianlah uraian mengenai rencana strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung tahun

2011-2015. Dokumen rencana strategis ini diharapkan akan dapat dijadikan acuan untuk

pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kabupaten Bandung baik untuk jajaran kesehatan,

masyarakat maupun pihak-pihak lainnya.

Diharapkan adanya masukan untuk perbaikan penyusunan rencana strategis pada

masa yang akan datang.

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

8,970,026,210 5,178,200,400 11,878,094,426 15,726,753,600 8,682,318,680 4,752,843,700 11,613,593,771 14,766,499,458

2 Program Upaya Kesehatan Masyarakat

11,090,656,185 11,379,819,764 15,507,066,125 5,443,860,500 3,801,498,668 9,826,823,986 13,734,017,900 4,963,971,412

3 Program Pengawasan Obat dan Makanan

58,667,000 58,000,000 127,587,500 222,035,000 58,667,000 54,425,000 127,587,500 219,725,000

4 Program Promosi Kesehatan & Pemberdayaan

Masyarakat 349,666,000 211,640,000 604,213,355 665,160,000 345,861,000 211,382,500 544,828,355 663,998,900

5 Program Perbaikan Gizi Masyarakat

2,120,930,000 758,380,000 1,414,567,000 1,875,541,575 1,556,938,109 435,470,000 1,275,000,850 1,847,719,575

6 Program Pengembangan Lingkungan Sehat

1,151,023,000 343,750,000 668,341,500 1,231,734,967 1,057,003,000 343,379,500 667,600,160 1,220,883,600

7 Program Pencegahan dan Penanggulangan

Penyakit Menular 1,982,194,000 1,205,420,000 4,758,266,600 4,803,405,475 1,884,212,000 1,190,747,000 3,675,519,333 4,376,901,515

8 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan

207,075,000 779,067,000 839,959,875 1,948,593,500 194,585,000 735,179,875 793,520,875 931,514,700

9 Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

- - 16,322,816,935 50,712,828,007 - - 16,255,026,436 46,698,723,850

10 Program Pengadaan, Peningkatan dan

Perbaikan Sarana dan Prasarana

Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan

Jaringannya

7,640,085,590 8,968,438,990 4,255,585,000 12,747,555,950 6,593,301,693 6,054,407,063 3,652,387,100 11,616,032,900

11 Program Pengadaan, Peningkatan & Perbaikan

Sarana & Prasarana Rumah Sakit 36,171,391,000 20,971,011,100 24,581,572,640 - 36,167,176,000 20,934,494,943 23,812,057,710 -

TABEL 3.2

ANGGARAN DAN REALISASI PENDANAAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006-2010

Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-

UraianNo

Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1

Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-

UraianNo

Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke-

12 Program Pemeliharaan Sarana & Prasarana

RS/RSJ/RS Paru/RS Mata - - 10,197,500 - - - 6,197,500 -

13 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan

Kesehatan - - 224,340,500 916,975,000 - - 222,070,500 672,915,000

14 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Lansia 75,487,000 - 151,533,000 76,395,000 74,917,000 - 147,249,500 69,195,000

15 Program Pengawasan & Pengendalian

Kesehatan Makanan 35,000,000 32,000,000 - - 35,000,000 32,000,000 - -

16 Program Peningkatan Keselamatan Ibu

Melahirkan dan Anak 244,265,000 637,095,315 831,955,000 1,021,007,750 242,688,000 627,347,340 751,542,575 1,020,862,750

J U M L A H - 70,096,465,985 50,522,822,569 82,176,096,956 97,391,846,324 - 60,694,166,150 45,198,500,907 77,278,200,065 89,068,943,660 -

2 3 4 5

14 15 16 17

96.79% 91.79% 97.77% 93.89%

34.28% 86.35% 88.57% 91.18%

100.00% 93.84% 100.00% 98.96%

98.91% 99.88% 90.17% 99.83%

73.41% 57.42% 90.13% 98.52%

91.83% 99.89% 99.89% 99.12%

95.06% 98.78% 77.24% 91.12%

93.97% 94.37% 94.47% 47.80%

99.58% 92.08%

86.30% 67.51% 85.83% 91.12%

99.99% 99.83% 96.87%

TABEL 3.2

ANGGARAN DAN REALISASI PENDANAAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006-2010

Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-

2 3 4 5

Rasio antara Realisasi dan Anggaran Tahun ke-

60.77%

98.99% 73.38%

99.24% 97.17% 90.58%

100.00% 100.00%

99.35% 98.47% 90.33% 99.99%

86.59% 89.46% 94.04% 91.45%

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

NOMOR : ……………………….

TENTANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KESEHATAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 – 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DINAS KESEHATAN :

Menimbang

Mengingat

:

:

a.

b.

c.

1.

2.

3.

4.

bahwa berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun

2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Kabupaten Bandung, dipandang perlu untuk menyusun

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Tahun 2011 – 2015.

bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu

menetapkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan

Kabupaten Bandung Tahun 2011 – 2015 dengan Surat

Keputusan dan Tim Penyusun Renstra SKPD.

bahwa nama-nama sebagaimana tercantum dalam

lampiran Surat Keputusan ini dipandang mampu dan

memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas sebagaimana

termaksud diatas.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 21, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor

4817);

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 tentang Tahapan. Tatacara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

Menetapkan

PERTAMA

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

:

:

:

:

:

5.

6.

7.

8.

9.

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Propinsi Jawa Barat 2005 – 2025;

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah Propinsi Jawa Barat 2008 – 2013;

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun

2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah

Propinsi Jawa Barat;

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 8 Tahun

2005 tentang Tatacara Penyusunan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten

Bandung Tahun 2005 Nomor 4 Seri D);

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomopr 26 Tahun

2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Kabupaten Bandung Tahun 2011;

M E M U T U S K A N

Menetapkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas

Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2011 –

2015.

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung Tahun Anggaran 2011 – 2015 akan menjadi

acuan membantu koordinasi dan integrasi dalam

penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung.

Biaya yang diperlukan untuk menyusun Renstra Dinas

Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2011 –

2015 sebagaimana di maksud dalam diktum PERTAMA

dibebankan pada APBD Kabupaten Bandung.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Soreang

Pada tanggal :

KEPALA DINAS KESEHATAN

dr.H. ACHMAD KUSTIJADI, M.Epid.

Pembina Utama Muda

NIP. 19580623 198711 1 001

Lampiran :

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

NOMOR : ……………………….

TENTANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS KESEHATAN

KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 – 2015

TIM PENYUSUN RENSTRA TAHUN 2011 - 2015

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

Ketua : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Sekretaris : ……………….

Kelompok kerja : ……………….

……………….

Soreang, ……………….

KEPALA DINAS KESEHATAN

dr.H. ACHMAD KUSTIJADI, M.Epid.

Pembina Utama Muda

NIP. 19580623 198711 1 001

Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung

Rencana Strategis 2010 - 2015 9

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN (Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20 Tahun 2007)

KEPALA DINAS

SEKRETARIAT

Sub. Bag. Umum dan Kepegawaian

Sub. Bag. Keuangan

Sub. Bag.

Penyusunan Program

Kelompok Jabatan

Fungsional

Bidang Pelayanan Kesehatan

Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Bidang Bina Kesehatan Masyarakat

Bidang Pengawasan

dan Pengendalian

Kesehatan

Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar

Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus

Seksi Penunjang Pelayanan

Seksi Pengamatan dan Pencegahan

Penyakit

Seksi Pemberantasan

Penyakit

Seksi Penyehatan Lingkungan

Seksi Kesehatan Keluarga

Seksi Gizi

Seksi Kemitraan dan Pembiayaan

Kesehatan

Seksi Pengawasan dan Pengendalian

Farmasi dan Makanan dan Minuman

Seksi Sumber Daya Kesehatan

Seksi Penelitian, Pengembangan, dan Informasi Kesehatan

UPTD Laboratorium

UPTD Pelayanan Kesehatan

UPTD Obat & Perbekkes